webnovel

Dia Kekasihku

"Aku masih tidak menyangka dengan yang aku lihat tadi. Apa benar mereka berpacaran? Atau mereka memiliki hubungan lain?" tanya Natalia dan menatap Daniel lekat.

Daniel mulai mendekat ke arah Natalia dan menatap gadis tersebut dengan pandangan serius. "Kamu mau aku beritahu kebenarannya?" tanya Daniel. "Kebenaran yang akan membuat kamu tidak percaya sama sekali," tambah Daniel, membuat Natalia langsung diam dengan raut wajah tegang.

"Sebenarnya ada apa, Daniel?" tanya Natalia dengan penuh rasa penasaran.

Namun, Daniel yang mendengar hanya diam, tidak berniat sama sekali untuk membuka mulutnya. Natalia yang melihat hal tersebut langsung membuang napas kasar dan menggenggam lengan Daniel erat.

"Daniel, sebenarnya kenapa? Jangan membuatku takut," ucap Natalia kembali.

Daniel mengalihkan pandangan dan menatap Natalia yang begitu cemas. Seketika, dia tertawa kecil ketika menyadari wajah sang kekasih yang terlihat begitu tegang. Natalia yang melihat reaksi Daniel langsung berdecak kecil dan melepaskan genggaman.

"Aku serius, Daniel," ucap Natalia dengan raut wajah masam.

"Aku juga serius, Natalia. Aku mau cerita, tetapi melihat wajah kamu yang kaku, aku menjadi lupa semua. Kamu tahu ekpsresi yang kamu tunjukkan tadi? Kamu itu seperti akan menerima hukuman mati, Nat," sahut Daniel, masih dengan tawa kecil.

Natalia yang mendengar hanya berdecak kecil dan memanyunkan bibir. Rasanya kesal karena Daniel yang mengoloknya. Dia memilih menyendok makanan di depannya dan menyantap, mengabaikan Daniel yang masih terus tertawa.

Iya, tertawa saja terus. Aku harap kamu terus tertawa dan tidak bisa berhenti, gerutu Natalia dalam hati.

Daniel yang melihat Natalia masih diam dengan raut wajah masam langsung diam, mencoba menghentikan tawanya. Tangannya mulai meraih gelas di depannya dan menyesap minuman tersebut perlahan. Hingga dia merasa membaik, membuatnya mengembuskan napas kasar dan menatap Natalia lekat.

"Sebenarnya hanya masalah biasa, Nat. Dulu, Arav dan Shasa memang berpacaran. Usia mereka yang terpaut cukup jauh membuat kedua keluarga tidak setuju. Shasa dikirim ke luar negeri agar bisa melupakan Arav. Sedangkan Arav harus menikah dengan pilihan keluarganya. Tapi, siapa yang menyangka takdir berbalik. Kamu sahabat Shasa, kamu bekerja sama dengan Arav dan mereka berdua kembali bertemu," jelas Daniel dengan tenang.

Natalia yang mendengar mengerutkan kening dalam dan menatap Daniel lekat. "Arav dan Shasa pernah berpacaran?" ulang Natalia dan langsung mendapat anggukan dari arah Daniel.

"Kalau memang sayang, kenapa Arav mau menikah dengan orang lain?" tanya Natalia, masih tidak mengerti dengan keputusan yang diambil pria tersebut.

"Karena semua berjalan dengan uang, Nat," jawab Daniel dengan tenang. "Kalau dia menolak perjodohan itu, dia akan kehilangan semuanya. Selain itu, dia tidak akan bisa menyusul Shasa ke luar negeri. Itu sebabnya dia menerima perjodohan," jelas Daniel.

Seketika, Natalia yang mendengar membelalakan mata dan menatap Daniel lekat. "Jadi, maksudnya pernikahan mereka hanya sebagai tameng hubungan Arav dan Shasa?" tanya Natalia mencoba memastikan dan langsung mendapat gumaman dari arah Daniel.

"Astaga. Shasa tau tentang ini?" tanya Natalia kembali, masih tetap tidak bisa percaya dengan kabar yang diterimanya.

"Mereka yang merencanakan, tentu saja dia tahu," jawab Daniel santai.

Natalia kembali membuka mulut dan siap mengatakan sesuatu. Namun, niatnya terhenti ketika Daniel menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, membuat ucapannya terhenti.

"Aku mengajakmu ke sini bukan untuk bergosip, Talia. Aku mau kita menghabiskan waktu berdua. Selain itu, aku rasa itu urusan mereka. Jadi, anggap saja kamu tidak tahu apa pun. Jangan libatkan kamu dalam masalah mereka bedua," ucap Daniel dengan tatapan serius.

"Kenapa?" tanya Natalia ketika makanannya sudah tertelan.

"Karena kamu akan terkena masalah besar. Selain itu, Shasa sudah besar. Apa pun yang terjadi, biarkan dia bertanggung jawab sendiri," jawab Daniel serius.

Natalia kembali diam ketika mendengar penjelasan Daniel. Dia mulai menganggukkan kepala beberapa kali, merasa ucapan Daniel kali ini masuk akal. Hingga dia menatap ke arah pria di depannya, mengamati wajah Daniel yang terlihat serius.

"Kamu terlihat berbeda kalau lagi serius," celetuk Natalia sembari mengamati Daniel dan bibirnya tersenyum lebar.

Daniel yang baru menelan makanannya langsung menatap Natalia dengan bibir mengulum senyum. "Aku terlihat semakin tampan, ya?" tanya Daniel dengan penuh percaya diri.

Natalia langsung berdecak kecil ketika mendengar hal tersebut. Rasanya cukup menyesal mengatakan hal tersebut. Membuatnya memilih mengabaikan Daniel dan kembali fokus dengan makanannya. Mulutnya sibuk mengunyah dan enggan menatap ke arah pemuda di depannya.

Daniel yang melihat tingkah Natalia hanya tertawa kecil. Namun, dia tidak mengatakan apa pun, memilih melanjutkan makan. Hening. Keduanya hanya diam dan sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga Daniel meletakan sendok dan menatap ke arah Natalia.

"Kamu sudah selesai?" tanya Daniel.

Natalia yang mendengar hanya mengangguk. Pasalnya, mulutnya masih sibuk mengunyah makanan, membuat Daniel tersenyum lebar.

"Kalau begitu, aku bayar dulu. Kamu tunggu di sini," ucap Daniel dan langsung mendapat anggukan dari Natalia.

Daniel melangkah ke arah kasir yang terletak tidak jauh darinya. Natalia hanya diam dan mulai menelan makanan. Tangannya meraih gelas dan meneguk hingga habis. Sampai Daniel kembali, tepat ketika Natalia meletakan gelasnya.

"Sudah?" tanya Daniel, membuat Natalia menganggukkan kepala.

"Kalau begitu, ayo pergi. Aku mau ke tempat lain sebentar," ucap Daniel.

Natalia hanya mengangguk dan mengenakan tasnya. Dia mulai bangkit dan siap pergi. Namun, niatnya terhenti ketika Daniel yang berada di sebelahnya berhenti. Membuat Natalia mengalihkan pandangan.

"Ada apa?" tanya Natalia.

"Daniel."

Natalia yang belum mendapat jawaban langsung mengalihkan pandangan ketika mendengar sapaan tersebut. Kali ini, dia kembali diam, tahu apa yang membuat Daniel menghentikan langkah. Membuat Natalia memilih menatap wanita dengan pakaian minim di depannya dan tersenyum manis.

Siapa lagi ini, batin Natalia.

"Kamu kenapa di sini?" tanya wanita tersebut.

Namun, Daniel yang mendengar hanya diam, tidak berniat sama sekali untuk menjawab. Dia malah mengalihkan pandangan, enggan menatap ke arah wanita tersebut. Natalia yang berada di antara keduanya hanya diam, bingung harus melakukan apa. Sampai wanita tersebut menatapnya dengan kedua mata menyipit.

"Dia siapa, Daniel?" tanya wanita tersebut dengan pandangan mengamati.

Daniel langsung menatap ke arah Natalia berada, menatap gadis di dekatnya lekat. Hingga dia memutuskan meraih jemari Natalia dan menggenggam lembut, membuat gadis tersebut tersentak kaget dan menatap Daniel lekat.

"Dia kekasihku, Intan. Namanya Natalia," jawan Daniel dengan tatapan serius.

Seketika, Intan yang mendengar membelalakan mata, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pasalnya, selama ini Daniel hanya menganggap semua wanita sebagai teman tidur atau bahkan hanya teman kencan. Namun, tidak ada yang pernah menjadi kekasih, membuat Intan merasa terkejut dengan jawabna Daniel.

"Ayo pergi," ajak Daniel.

Natalia hanya menurut. Dia mulai melangkah, meninggalkan Intan yang masih berdiri mematung. Hingga keduanya melangkah keluar, membuat Intan menatap ke arah Daniel dan Natalia lekat.

"Dia kekasihnya? Apa benar?" tanya Intan dengan diri sendiri.

*****

Next chapter