3 Bertemu Pria Aneh

"Halo."

"Halo. Aku menerima tawarannya, tetapi katakan dengan mereka aku mau meminta DP secepatnya," tegas Natalia.

"Bagus. Aku akan katakan dengan mereka mengenai permintaan kamu," jawab Arav dengan suara begitu ceria.

Natalia yang mendengar hanya bergumam. Perlahan, dia mematikan panggilan dan membuang napas pelan. Dia mulai memejamkan mata pelan dan bersandar dengan dinding kampus yang membuatnya semakin membeku.

"Sekarang aku harus mulai semua dari mana?" gumam Natalia sembari menggenggam ponsel erat. Rasanya benar-benar sulit untuk memulai ceritanya. Bahkan, ide pun belum terlintas di dalam benak pikirannya.

Natalia hanya diam dengan perasaan tidak karuan. Sampai dia memutuskan melangkah pelan ke arah kursi besi yang terletak tidak jauh darinya, memutuskna duduk dan menundukan wajah.

Apa aku harus mulai membaca cerita romansa yang begitu menggelikan itu? Rasanya aku benar-benar tidak mau, batin Natalia.

"Tetapi, kalau aku tidak mau, aku tidak akan bisa memulainya," guman Natalia dengan wajah berpikir, mencoba memilah apa yang harus dia lakukan.

Namun, pikirannya kembali buyar ketika merasakan sebuah pergerakan di dekatnya, membuat Natalia menatap ke arah sang pelaku dengan wajah datar.

"Kamu kenapa di sini? Ada masalah?" tanya Sasa dengan pandangan lekat.

Natalia yang melihat kedatangan sahabatnya hanya diam, menatap dengan wajah berpikir. Pasalnya, dia tahu Sasa akan benar-benar terkejut ketika mendengar kabar yang akan disampaikannya, membuatnya memilih diam dan mengalihkan pandangan.

"Hei, kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Sasa kembali. Kali ini, dia menatap wajah sahabatnya dengan pandangan semakin lekat.

Namun, Natalia hanya diam, memilih bungkam dan enggan membuat masalah.

"Aku yakin kamu ada masalah," ucap Sasa penuh rasa percaya diri. "Kamu tidak mau berbicara dan menceritakannya denganku? Apa aku bukan lagi sahabatmu?"

"Bukan begitu," sela Natalia cepat, sembari menatap Sasa dengan tatapan kesal.

"Lalu apa kalau bukan begitu? Kamu bahkan tidak menceritakan masalahmu denganku. Padahal, biasanya kamu selalu bercer ...."

"Aku mendapat tawaran menulis kisah dewasa dan aku menerimanya," sela Natalia dengan nada cepat.

Sasa yang baru membuka mulut dan siap mengatakan sesuatu terhenti, menatap Natalia dengan mulut setengah terbuka dan kening berkerut dalam.

"Apa?" Sasa menayap ke arah sahabatnya dengan pandangan tidak percaya.

Natalia menarik napas dalam dan membuang pelan. Dia mulai menatap ke arah Sasa dan mengangguk pelan. "Iya, aku menerima tawaran mereka untuk menulis kisah dewasa," ulang Natalia dengan tatapan serius.

Seketika, Sasa yang mendengar membuang napas pelan dan menyandarkan tubuh, tidak percaya dengan apa yang baru saja Natalia katakan. Pasalnya, dia begitu hapal dengan sikap Natalia yang selalu tidak peduli dengan lelaki.

Dan sekarang dia harus membuat kisah cinta? Mana dia bisa, batin Sasa dengan pandangan tidak percaya.

"Jujur, aku sendiri bingung harus memulai dari mana. Aku sempat menolak karena memang aku yang tidak mampu, tetapi karena kebutuhan lain, aku memilih menerimanya," ucap Natalia pelan.

"Kamu membutuhkan apa?" tanya Sasa dengan pandangan lekat.

"Aku membutuhkan biaya untuk membayar kuliahku, Sa dan itu membutuhkan waktu yang cepat. Aku tidak mungkin menunggu royaltiku turun," jawab Natalia dengan pandangan serius.

Hening. Sasa dan Natalia hanya diam dengan pandangan saling mengamati. Hingga Sasa mengulas senyum lebar, menepuk pelan pundak sahabatnya.

"Kamu bisa meminjamnya dulu denganku," ucap Sasa.

Namun, Natalia menggeleng pelan. "Aku tidak mau menyusahkan siapa pun, Sa. Aku akan berjuang supaya bisa membayarnya sendiri," tolak Natalia pelan.

"Baiklah kalau memang itu mau kamu. Aku akan terus mendukung dan akan membantu. Jadi, jangan sungkan untuk mengatakan apa yang kamu perlukan," sahut Sasa pelan.

Natalia hanya menganggukan kepala dan mengulas senyum lebar. Rasanya senang karena masih ada orang baik yang ada di dekatnya. Setidaknya aku akan mulai mencari ide lebih dulu, batin Natalia.

*****

"Kamu mau pulang denganku?" tanya Sasa sembari melangkah keluar kampus.

Natalia yang baru melangkah memilih berhenti, menatap ke arah Sasa dengan wajah berpikir. Apa dia mau pulang bersama dengan sahabatnya? Membuatnya diam, mencoba mencari jalan terbaik untuk dirinya. Sampai dia menarik napas dalam dan membuang pelan, menggelengkan kepala dengan senyum manis.

"Tidak perlu, Sasa. Aku harus ke perpustakaan kota dan setelah itu ke toko buku," jawab Natalia dengan senyum suringah.

"Kamu yakin? Aku bisa menemani," ucap Sasa serius.

Namun, Natalia yang sudah memutuskan menggeleng kembali, menunjukan wajah sumringah dan tanpa masalah sama sekali. Padahal, beberapa jam yang lalu dia baru saja mengatakan mengenai keluh kesahnya, membuat Sasa menarik napas dalam, mengembuskan lirih dan mengangguk setuju.

"Ya sudah kalau memang itu mau kamu, Talia. Aku akan menurut saja," putus Sasa mengalah. "Kalau kamu butuh sesuatu, bantuan atau apa pun, aku siap. Kamu bisa katakan saja denganku," lanjut Sasa dengan senyum sumringah.

Natalia hanya mengangguk, membiarkan Sasa melangkah lebih dulu. Dia mulai menatap kepergian sahabatnya yang mulai memasuki mobil. Hingga mobil Sasa tidak lagi terlihat, membuatnya mengulas senyum lebar.

Natalia menarik napas dalam dan membuangnya pelan. "Sekarang aku sendiri yang harus berjuang," gumam Natalia. Kembali, dia mengembuskan napas kasar dan mengulas senyum lebar.

Aku pasti bisa, batin Natalia menyemangati diri sendiri.

"Semangat, Natalia. Kamu pasti bisa," teriak Natalia dengan diri sendiri.

Natalia mulai melangkah, meninggalkan parkiran kampus. Dia terus berjalan, sesekali mengamati para mahasiswa yang tengah sibuk berorganisasi. Namun, dia terus melangkah keluar gerbang.

Natalia mulai keluar dari kampus. Matanya menatap jalanan yang terasa begitu ramai, mencari angkutan umum yang akan dinaikinya, tetapi tidak ada yang melintas. Membuat Natalia membuang napas kasar dan memutar bola mata kesal.

"Astaga, apa sekarang juga aku harus sesulit ini mencari angkutan umum untuk ke perpusatakaan," gumam Natalia dengan bibir dimanyunkan. Tangannya sudah terulur, menutup bagian atas wajah karena cuaca yang begitu terik.

Natalia yang tidak juga mendapatkan angkutan umum berdecak kecil. Dia mulai mengayunkan kembali kakinya, menyusuri trotoar jalan yang membuatnya kesal. Hingga dia berada di halte, membuatnya menghentikan langakh dan membuang napas pelan.

"Semoga di sini aku cep ...." Natalia menghentikan ucapan ketika seseorang tanpa sengaja menabrak, membuat dia yang tidak siap menjadi oleng. Namun, beruntung karena pria yang baru saja menabraknya menangkap tubuhnya.

Natalia memejamkan mata, takut merasakan sakit karena terjatuh di aspal. Namun, lama dia menunggu dan tidak merasakan apa pun juga. Membuatnya perlahan membuka mata, menatap manik mata pria di depannya lekat.

Diam. Natalia yang menatap manik mata pria di depannya hanya diam, terasa membeku dan seperti terhipnotis. Bahkan, sejak tadi matanya tidak berkedip sama sekali. Sampai pria yang sejak tadi menopang tubuhnya mulai menegakan tubuh dan melepaskan pelukan di bagian pinggang.

"Kamu tidak apa?" tanya pria tersebut, sembari menatap Natalia yang sejak tadi tidak berkedip sama sekali.

*****

avataravatar
Next chapter