15 15. An ugly heart

Tatapan sepasang netra indah milik Luna Theresia Skye menatap jauh ke depan. Menembus pintu masuk bar yang terbuat dari kaca tebal sedikit buram. Tempat yang menjadi alasannya untuk memungkaskan hari ini adalah tempat dimana sang kekasih berada sebelum kata 'dipecat' terlontar keluar dari celah bibir milik William Brandy. Bar yang dibangun di tepi indah dan padatnya kota Amsterdam ini memang terdengar cukup asing di telinga masyarakat umum. Tempat yang mengusung tema bangunan klasik dengan dominasi cat tembok berwarna merah bata dan lampu indah yang menggantung di atas langit-langit ruangan dengan jarak yang sama besarnya itu sengaja ditempatkan jauh dari keramaian. Hanya orang-orang tertentu yang datang kemari. Pelanggan baru yang dibawa dan direkomendasikan oleh teman si pelanggan lama, orang-orang dalam yang mengenal baik para pegawai juga bos di sini, dan yang terakhir adalah pekerja dan penghibur yang ada di dalam bar.

Tempat ini sedikit unik. Menyediakan layanan 'hiburan' namun tak menerima pesta seks. Hanya hiburan dengan berdansa bersama dibawah remangnya lampu ruangan, bercumbu panas di dalam kamar pribadi dengan jangka waktu yang ditentukan, juga berpesta dengan bikini di sisi kolam renang besar yang dibangun di belakang bar.

Tak menerima seks? Omong kosong! Seks adalah hal yang biasa untuk orang-orang dunia malam. Yang berbeda di tempat ini, seks dengan cara yang sopan. Itu sebabnya, tak ada yang bisa menyebut bahwa tempat ini menyediakan pesta seks.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seseorang menyela pandangan gadis itu. Menepuk perlahan punggung Luna untuk mengambil alih fokus gadis berambut pendek dengan ujung sedikit ikal itu.

"Bar dibuka pukul delapan malam. Ada keperluan apa datang siang-siang begini?" Ia mengimbuhkan. Nadanya ringan dengan penuh kesopanan yang patut dipuji dan diagungkan. Bukan sebab sopan adalah hal yang langka di sini. Yang membuat Luna kagum adalah tak semua 'orang bar' itu bisa berlaku sopan dan santun. Terkadang, di tempat seperti ini hanya mengajarkan bagaimana memperlakukan pelanggan dengan gaya bebas dan menarik. Bukan memberi sopan santun dan pelayanan terbaik layaknya di pusat perbelanjaan kota.

"Apa mungkin anda mengenal William?" tanya Luna sedikit ragu. Mencoba untuk menelisik arti tatapan gadis yang mungkin saja bisa lebih tua darinya.

"William Brandy?" Gadis itu menyahut. Ikut memberi tatapan pada Luna yang kini tersenyum tegas. Ia tepat sasaran! Gadis di depannya ini adalah informan yang tepat!

"Bisa kita berbicara sebentar?" pinta Luna memohon. Matanya berbinar. Bibirnya mengatup bersama kedua telapak tangannya yang bersatu di depan dada. Seakan ingin benar meminta waktu gadis setara tinggi dengannya itu. Tidak! Luna yakin ia akan lebih pendek kalau sudah melepas high heels pekat yang dikenakannya sekarang.

•••IMPERFECT CEO•••

Kopi panas dengan asap yang mengepul di udara. Sebungkus kopi sangrai Kenya Kigwandi beraroma manis dan elegan menjadi peneman dua gadis cantik yang kini saling melempar tatapan satu sama lain. Memilih tempat dengan kursi sofa kecil yang ditata rapi di teras kedai menghadap ke jalanan luar adalah tempat yang dipilih oleh keduanya. Kedai ini cukup terkenal dikalangan remaja yang sedang menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi seperti Luna. Namun entah untuk si lawan bicara yang tak sempat ia tanyai nama dan usianya sekarang ini.

Gadis itu mulai mengambil sendok kecil di sisi cangkir. Mengaduk-aduk kopi panas dengan kepulan asap di atas permukaannya. Warna kopi itu hitam legam. Diseduh di dalam cangkir berbentuk cup yang berukuran besar. Seakan sudah hapal rasa kopi yang di pesan, gadis berambut panjang pekat itu tak menunjukkan ekspresi berlebihan. Selepas kopi masuk dan membasahi tenggorokannya, ia hanya ber-ah ringan. Memberi kesan puas pada diri sendiri selepas hangat masuk ke dalam tubuhnya di sela cuaca dingin yang melanda Kota Amsterdam.

"Ada yang ingin aku tanyakan." Luna kini mulai menyela. Mengumpulkan banyak keberanian sebab ia bukan orang yang pandai bersua dengan orang baru nan asing.

"Katakan saja. Aku akan menjawab itu jika bisa."

"Soal William ...." Luna menarik napasnya dalam-dalamnya. Sedikit ragu, sebab datangnya kemari hanya bermodalkan nekat. Tak pernah berpikir bagaimana nanti kalau kabar buruk akan menghancurkan hatinya.

Rasa penasaran Luna Skye akan kabar dipecatnya sang kekasih-lah yang membuat gadis itu datang kemari. Bertemu dengan nona asing berwajah cantik nan imut ini.

"Dia dipecat bukan, kemarin?"

Gadis di sisinya menoleh. Menatap sejenak Luna yang tak suka banyak berbasa-basi. Senyum mengembang di atas paras cantiknya. Menganggukkan kepala sembari mengerang samar.

"Pertama namaku adalah Odile. Semua orang di bar memanggilku dengan nama Nona Od. Hanya satu yang tak memanggilku begitu." Gadis yang baru saja memperkenalkan namanya itu terdiam. Dalam-dalam ia memberi kesan tatapan pada Luna. Gadis polos yang terlihat begitu baik dan tak mengerti apapun sekarang ini.

Sungguh! Nona Od tak sampai hati untuk mengatakan ini. "Ada satu orang yang memanggilku dengan nama kesayangan. Dia memanggilku dengan sebutan Odear," ucapnya mengimbuhkan.

Luna kini mengernyitkan dahinya samar. Haruskah ia mendengar semua basa-basi ini? "Apa hubungannya denganku?"

"Tanyalah siapa yang memanggilku begitu." Nona Odile memerintahkan. Memberi banyak teka-teki pada gadis muda di depannya.

"William Brandy." Keduanya berucap bersama. Tegas nada untuk Nona Odile, namun samar nan lirih terdengar dari bibir Luna Skye.

Sial! Kekasihnya selingkuh!

"Hubungan kita berakhir tiga bulan sebelum William dipecat." Ia menambahkan. Seakan tak ingin Luna berada dalam situasi canggung dengannya sekarang ini.

"K--kenapa kau mengakhirinya?"

"Karena aku mendengar tentang dirimu," susulnya menjawab dengan nada tegas. Menatap Luna yang kini menundukkan pandangannya. Entahlah, perasaan ini sangat aneh!

Bukan kali pertama Luna diselingkuhi oleh sang kekasih. Tuan Jeff adalah pertama kalinya yang melakukan hal biadab itu padanya. Namun seakan semua sudah banyak berubah, rasa cinta Luna pada William tiada tandingnya. Mendengar sang kekasih sempat menyelingkuhinya, membuat hati Luna benar-benar hancur sekarang ini. Bagiamana bisa, setelah bertahun-tahun tidur bersamanya, William mampu melakukan hal sekeji itu pada Luna?

"Aku ingin sekali bertemu denganmu, Luna." Lawan bicara Luna kembali mengimbuhkan. Sukses menarik perhatian Luna untuk kembali menaikkan pandangannya. Bahkan, gadis asing itu tau dan menyebut namanya sekarang.

"Kenapa kau ingin menemui ku?" tanya Luna melirih. Kembali menunduk dan memainkan ujung jari jemari berkuku tajam miliknya. Jika saja ia tak bisa mengontrol emosinya, Luna akan menghancurkan wajah gadis di depannya itu dengan satu cakaran menggunakan kuku runcingnya itu.

"Karena aku ingin meminta maaf secara formal padamu. Saat itu aku tak tahu bahwa William sudah memiliki kekasih."

Luna mengalihkan pandangannya. Mengembuskan napasnya kasar sembari sesekali berdecak lirih.

"Dipecatnya Wiliam dari bar ... itu karena kau, Nona Od?"

"Gadis William tak hanya kau dan aku saja."

... To be Continued ....

avataravatar
Next chapter