12 12. Pretty Thoughts

"Nona Skye!" Suara berat menyela. Membuyarkan fokus Luna yang kini mulai tersadar, bahwa ia sudah mengacaukan semuanya!

Luna menoleh. Berjalan menjauh dari meja wanita menyebalkan yang sukses memancing emosi miliknya. Menundukkan wajah serta pandangan untuk menghindari kontak mata dengan Tuan Ge.

"Tenangkan dirimu," imbuh pria itu sembari mengulurkan tangannya. Seakan memberi isyarat pada Luna untuk meredam segala bentuk amarah yang ada di dalam dirinya.

"Maafkan saya." Lirih gadis itu berucap. Ditatapnya dengan penuh keraguan paras tampan awet muda milik Tuan Ge, kemudian kembali menatap si wanita yang masih terlihat begitu kesal dengan kalimat Luna.

"Kau sedang bertengkar dengan kekasihmu, Nona Skye?" Tuan Ge bertanya acak. Tersenyum ringan di bagian akhir kalimatnya yang sukses membuat jantung Luna berdebar saat ini. Senyum dengan lesung pipi milik Tuan Ge benar-benar meluluhkan, Tuhan! Sekarang Luna paham apa arti penyesalan selalu datang di akhir kisah. Luna menyesal ia terlahir terlalu lambat.

"Maksud ku, kau datang terlambat hampir lebih dari satu jam, sekarang kau kesal sebab pertanyaan dari sekretarisku yang terbilang wajar dan ini baru permulaannya. Pasti hatimu sedang kesal saat ini." Pria berjas mahal dengan dasi segitiga yang membalut rapi di atas dada bidang miliknya itu menjelaskan. Suara berat Tuan Ge kini terdengar tak asing lagi untuk Luna Theresia Skye. Seakan menjadi pengingat bahwa suara khas itu ada dan terdengar kalau pria bernama lengkap Ge Hansen Joost itu membuka mulutnya.

"Aku hanya kesal seseorang meremehkan mimpi. Terkadang hal kecil yang ada di dalam diri kita bisa menjadi suatu yang amat berharga untuk orang lain. Singkatnya, kita harus saling menghargai bukan?" tukas gadis itu dengan nada lirih. Berkata dengan kehati-hatian penuh sebab ia tak ingin kalah kalimatnya itu menjadi Boomerang kedua untuknya nanti.

"Kau benar." Tuan Ge tertawa ringan. Membuat Luna tegas mendongakkan wajahnya dan membulatkan matanya sempurna.

Sepersekian detik, dua lensa indah identik warna dan bentuk milik Luna Syke juga Tuan Ge bertemu. Saling melempar tatap dengan senyum manis yang mengembang di atas paras tampan milik Tuan Ge Hansen Joost.

"Tapi tempat ini bukan tempat yang tepat untukmu mengatakan hal itu. Di sini semua mimpi akan menjadi sama posisinya." Pria itu bangkit dari tempat duduk. Berjalan mendekat pada salah satu miniatur bangunan yang sengaja diletakkan di sudut ruangan untuk menjadi bahan pajangan yang memperindah suasana ruangan.

Tuan Ge menarik satu buku kecil di sisinya. Mengusapnya perlahan sembari sesekali tersenyum ringan. "Aku sudah mewawancarai puluhan pegawai magang yang datang. Tapi hanya kau yang berani membentak sekretaris ku dan mengatainya dengan sebutan sampah." Tuan Ge kembali tertawa di bagian akhir kalimatnya. Luna paham, itu bukan tawa untuk menanggapi sebuah kelucuan, namun itu adalah tawa guna menanggapi kebodohan milik Luna beberapa menit yang lalu.

Sekarang gadis itu hanya bisa berharap dan berpasrah kalau dirinya tak akan terkena denda sebab sudah melecehkan salah satu pegawai dengan jabatan penting di dalam bangunan kantor Ge Sketchbook Company. Syukur-syukur kalau Luna hanya dijatuhi hukuman dengan tidak diterimanya ia untuk bergabung menjadi bagian dari perusahaan penerbit terbesar di Kota Amsterdam Belanda.

"Apa yang kau rasakan setelah memberi sumpah serapah pada Nona Bella?"

Luna diam. Hanya mampu menatap gadis yang ada di sisinya sekarang ini.

"Namanya Bella Victoria. Kau bahkan belum mengenalnya dengan baik tapi kau sudah mengumpati dirinya. Kau memang gadis yang unik, Nona Skye." Tuan Ge mengimbuhkan. Menatap sang sekretaris yang hanya bisa tersenyum kecut sekarang ini kemudian berjalan mendekat ke arah Luna.

"Aku merasa bersalah tentunya, tapi di sisi lain aku lega." Luna menegaskan kalimat miliknya. Menatap sejenak pria dewasa dengan dada bidang dan dalam keyakinan Luna pastilah di setiap lengan milik Tuan Ge tersimpan otot-otot besar nan pepak.

"Lega?"

"Karena dia meremehkan mimpi dan bakatku, maka aku juga harus meremehkan mimpi dan bakatnya." Luna berucap. Menyeringai pada wanita menyebalkan dengan lipstik merah merona yang sukses mendukung penampilan jahatnya pagi menjelang siang ini.

"Sudah kubilang dia adalah gadis yang unik."

Luna menoleh. Kembali menempatkan fokus lensa cokelat miliknya untuk menatap Tuan Ge yang baru saja menepuk-nepukkan tangannya dengan antusias. Tersenyum bangga pada Luna yang sudah mau meluangkan sedikit sabar dan keberanian untuk berkata apa yang menjadi isi hatinya selepas hinaan dan celaan datang padanya.

"Nona Skye, kau tau ini adalah dunia bisnis dan kerja bukan?" Tuan Ge kini menarik kursi yang ada di sisinya. Duduk tepat di depan Luna dengan jarak satu jengkal tangan manusia dewasa. Membuat Luna kini mampu dengan jelas menatap paras tampan Tuan Ge.

Demi apapun, Luna memohon pada jantungnya agar mampu bekerja sama dengannya kali ini. Jangan berdetak kencang! Jangan meronta! Dan jangan menggila! Luna paham benar kalau yang ada di depannya adalah idola masyarakat penyuka dunia sastra. Bukan hanya kesuksesan yang dipuja dan diagungkan, namun juga paras dan fisiknya yang terbilang begitu sempurna.

"Kalimatnya barusan tentang menghargai mimpi seseorang tak berlaku di dunia kami. Dunia bisnis hanya memandang bakat dan pengalaman yang kau punya, Nona Skye."

"Kau memang pandai berkata dan menjawab segala pertanyaan yang kuajukan barusan dengan jujur dan tegas, tapi semua jawabanmu itu adalah sampah di ruangan ini," tutur Tuan Ge memungkaskan kalimatnya dengan senyum manis. Menyodorkan buku yang ada di dalam genggamannya untuk Luna.

"Ambilah dan pelajari tentang dunia bisnis dan perusahan. Menjadi karyawan bukan hal yang mudah, Nona Skye." Tuan Ge mengimbuhkan. Menatap sejenak gadis berambut pendek yang ada di depannya kemudian bangkit dari kursinya. Kembali berjalan untuk menyambangi kursi empuk dan meja kerja dengan tulisan jelas namanya ada di atas sana.

"Aku tidak diterima berkerja di sini?" tanya Luna tak ingin banyak berbasa-basi.

"Siapa bilang?"

"Kau menyuruhku untuk pulang dan membaca ini. Mempelajarinya dari awal, itu artinya—"

"Kau bisa bekerja satu minggu lagi. Semua karyawan magang di tempat ini juga begitu. Ada yang salah?" sahut Tuan Ge dengan nada ringan. Merentangkan tangannya dan mengantungkan kesombongan yang ada di dalam dirinya saat ini.

"Ku kira kau tak menyukai jawabanku tadi. Apa alasannya menerimaku sebagai pegawai magang di sini? Karena kau menarik kata-katamu?" Luna menimpali.

"Nona Skye! Jaga bicaramu! Kau sedang berbicara dengan CEO Ge Sketchbook Company sekarang ini!" Sang Sekretaris kembali menyela. Mengetuk meja kaca yang ada di sisinya untuk menginterupsi gadis kurang ajar itu.

"Karena kau cantik, Nona Skye." Tuan Ge menyela. tersenyum manis di bagian akhir kalimatnya.

Kalimat singkat itu ... terdengar bodoh!

... To be Continued ....

avataravatar
Next chapter