1 Perkumpulan

Terlihat seorang laki-laki tinggi yang berumur tak lebih dari 18 tahun yang merupakan putra dari dewa Hermes, sedang mengetuk pintu sebuah rumah atau yang lebih tepatnya disebut pondok sederhana yang terletak di tengah hamparan padang rumput yang luas.

Tak perlu menunggu waktu yang lama, pintu terbuka dan terlihat seorang laki - laki di pertengahan usia 20-an dengan rambut yang acak - acakan dan muka yang gosong terkena abu.

"Ternyata kamu, ada apa?" Sapa pria tersebut yang terdengar ramah.

"Ya ampun! Kakak ngapain sampe kaya gitu?" Tanya Renji.

"Aku lagi bikin ramuan, tiba – tiba Helwid main terbang kesana – kesini terus tumpah deh jadi gini." Ucap Joshua, seorang Alchemist yang terkenal.

"Yaampun, emang ya Helwid sukanya kaya gitu. Aku kesini mau nyampaiin pesannya Mark, Kak." Ucap Renji.

"Pesan apa?" Tanya Joshua.

"Mark nyuruh kita semua buat kumpul, kak Joshua disuruh kasih tau penyihir lainnya. Kak Joshua juga disuruh kumpul duluan soalnya ada yang mau Mark sampaiin." Ucap Renji panjang lebar.

"Oke deh kalau gitu, nanti aku sampaiin ke yang lain, makasih ya infonya." Ucap Joshua.

"Kalo gitu aku pergi dulu ya, Kak. Aku mau ngasih tau yang lain nih." ucap Renji dan mulai berjalan menjauhi pondok milik Joshua.

"Hati - hati ya, Ren!" Teriak Joshua sambil melambaikan tangannya.

Renji membalas lambaian tangan Joshua tanpa menoleh ke arah Joshua dan berlari secepat kilat karena masih banyak orang yang harus ia datangi untuk menyampaikan berita dari Mark. Joshua kembali masuk ke rumahnya dan menulis surat. Joshua kemudian menyuruh Helwid untuk mengantarkan surat itu kepada para penyihir lainnya.

"Helwid, sampaiin pesan ini ke Bian, Ramon, Cedric, Julian, Alex, Delvan, Stevan ya." Pesan Joshua.

Setelah Helwid pergi, Joshua segera membersihkan segala kekacauan yang terjadi—terutama dirinya yang penuh dengan asap dan abu, kemudian berangkat menuju ke rumah Mark.

Disisi lain, Renji telah tiba di depan sebuah mansion yang terlampau megah dengan nuansa gelap dan mencekam tersebut. Ia membunyikan bel yang terdapat di samping pintu depan mansion. Tidak lama, muncul seorang pria dengan rambut merah dan rahang yang tajam.

"Ada apa?" Tanya pria tersebut to the point setelah melihat kehadiran Renjun.

"Ada pesan dari Mark, Kak. Nanti malam semua disuruh kumpul di tempat biasa tapi kak Edzard disuruh berangkat lebih dulu karena ada hal penting yang mau Mark omongin." Jelas Renji agak takut.

"Oh, oke." Ucap Edzard datar.

Sebenarnya Edzard tidak seperti yang terlihat, hanya saja nada bicaranya memang datar jadi mau diubah bagaimanapun tetap saja datar. Ekspresi dan rahang serta tatapannya yang tajam menambah kesan datarnya, apalagi ia tidak pandai menunjukkan perasaanya atau membuat lelucon seperti Lucas, Darran, atau Stevan.

"Yaudah kak, itu aja, aku pamit dulu." ucap Renji dan langsung melesat pergi.

Melihat Renji telah pergi, Edzard kembali ke dalam mansion dan memanggil semua vampir yang tinggal di mansion mewah tersebut.

"Nanti malam kumpul di rumah Mark, awas ga dateng, penting." Ucap Edzard begitu mereka semua tiba di ruang tamu.

Edzard kemudian masuk ke kamarnya untuk bersiap - siap dan pergi mendahului yang lain. Saat hari menjelang malam, para vampir bersiap - siap dan berangkat menuju ke rumah Mark bersama - sama.

Renji sekarang telah tiba di sebuah pondok yang dapat dibilang cukup besar yang terletak di tengah - tengah hutan. Pondok ini sedikit berbeda dari pondok yang ditinggali Joshua karena ini adalah pondok milik manusia serigala.

Kembali Renji mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya atau lebih tepatnya untuk yang kedua kalinya karena di mansion Vampir, ia membunyikan bel bukan mengetuk pintu rumah.

"Kak Juna!" Teriak Renji sambil menyusuri ruangan demi ruangan pondok tersebut.

"Eh ada Renji, tumben kesini?" Tanya Juna, sang alfa.

"Iya kak, aku mau nyampaiin pesannya Mark." Ucap Renji.

"Pesan apa?" Tanya Juna.

"Nanti malam, semuanya disuruh kumpul di rumahnya Mark karena ada hal penting yang harus dikasih tahu, tapi kak Juna disuruh kesana duluan." Ucap Renji.

"Oh, oke! Makasih ya infonya" Ucap Juna.

"Sama - sama, kak" Jawab Renji.

"Kamu mau disini dulu atau langsung pulang, Ren?" Tanya Juna.

"Langsung pulang aja deh, Kak. Aku cuma ijin sebentar, takut diomelin sama yang lainnya." Ucap Renji.

"Oh, yaudah. Hati - hati ya, Ren." ucap Juna.

"Iya, kak" Jawab Renji.

Renji kemudian pergi dari pondok tersebut. Setelah Renji benar-benar meninggalkan pondok mereka, Juna langsung memanggil para manusia serigala lainnya untuk memberitahukan hal yang baru saja disampaikan oleh Renji.

"Siap." Jawab Raven.

Mereka kemudian bersiap-siap untuk pergi ke rumah Mark. Juna yang disuruh tiba lebih dulu, langsung pergi tanpa menunggu yang lain.

Hari sudah sore, sudah mendekati waktu untuk berkumpul dan disinilah ke-4 pemimpin berkumpul untuk membahas hal lain yang pastinya sangat penting. Mark tidak pernah mengumpulkan mereka semua bersama-sama jika bukan merupakan hal yang sangat penting.

Terdapat Joshua yang memimpin para penyihir, Juna sang alfa para manusia serigala, Edzard yang memimpin para vampir, dan Mark yang memimpin para demigod.

"Jadi, kamu mau ngomong apa, Mark?" tanya Joshua mengawali pertemuan kali ini.

"Ada masalah penting, Kak. Situasi sekarang bahaya." Ucap Mark pelan.

Mereka semua kebingungan, mereka mengira sudah tidak ada bahaya yang bisa mengancam mereka lagi.

Sudah lama sejak terakhir kali mereka semua berperang, mungkin sudah sekitar dua abad yang lalu dan sekarang? Tiba - tiba saja mereka bisa terdapat dalam bahaya.

Seingat mereka semua penjahat dari peperangan dua abad yang lalu sudah ditangkap dan mereka dipenjara di Azkaban, dimana tidak ada yang bisa kabur dan keluar dari penjara mengerikan itu.

"Ada apa? Bahaya apa?" Tanya Juna meminta penjelasan.

"Tartaros sedang dalam bahaya." Ucap Mark.

"Apa mereka mencoba untuk kabur?" Edzard yang sedari tadi hanya diam mengamati akhirnya angkat bicara.

"Tepat sekali." Jawab Mark.

"Dan sebagian dari mereka sudah berhasil kabur dan memporak-porandakan Tartaros." Sambung Mark.

"Kenapa tidak meminta bantuan kepada ayahnya Haechan? Ayah Haechan kan penguasa Tartaros." Jawab Edzard.

"Ayah Haechan sudah tua jadi kemampuannya juga pasti berkurang, dia tidak bisa mengalahkan mereka sendirian. Kalian tahu sendiri kan yang dikurung di Azkaban itu seperti apa?" Ucap Mark gelisah.

"Iya kita tau. Kamu tenang aja, Mark. Kita pasti bakal bantuin kamu, kok." Ucap Joshua untuk menenangkan Mark.

"Itu aja yang mau aku omongin ke kalian. Tujuannya biar nanti pas aku ngomong ke yang lainnya, kalian ga shock." Ucap Mark.

Akhirnya mereka semua mengiyakan perkataan Mark dan keluar dari kamar Mark. Di ruang tamu, mereka semua orang sudah berkumpul. Lengkap tanpa kekurangan anggota satupun.

Sean yang tadinya sedang mengobrol dengan Alex kemudian melihat para ketua mendatangi mereka. Sean langsung berinisiatif dan bertanya kepada mereka.

"Oke, langsung to the point aja. Ada masalah apa?" Tanya Sean.

"Tartaros dalam bahaya." Ucap Mark.

"Kok bisa? Gimana ceritanya?!" Tanya Julian kaget.

"Tahanan Azkaban sebagian besar kabur." Jawab Felix.

"Apa? Kita harus segera bertindak!" Ucap Bian yang mendadak gelisah setelah mendengar berita itu.

"Tenang dulu, jangan panik. Aku ngumpulin kalian semua disini untuk bahas masalah ini. " Jelas Mark.

"Bahaya kalau sampai mereka lolos dari Tartaros dan naik ke dunia sini." Ucap Joshua.

"Besok kita ke Avernus, kita susun rencana di Erebos. Kita jaga supaya mereka gabisa keluar dari Tartaros, apalagi sampai berhasil masuk ke dunia sini." Ucap Felix.

Yang lain menganggukkan kepala tanda setuju karena mereka tahu sebobrok - bobroknya Felix, kalau sudah menyangkut masalah seperti ini dia adalah orang yang paling serius dan yang paling mengerti tentang apa yang terjadi.

Akhirnya, mereka melupakan apa yang baru saja mereka bahas setelah Mark menuntup pertemuan kali itu, dan sekarang mereka sedang berkumpul serta bercanda ria. Namun tetap saja, di dalam hati mereka masing-masing mereka sedang ketakutan dan was-was dengan apa yang akan terjadi kedepannya, hanya saja tidak ada yang menampakkannya dalam raut wajah mereka.

Javier bersama dengan para manusia serigala dan vampir sedang berburu untuk menyiapkan makan malam, sedangkan Joshua sedang menyiapkan alat yang diperlukan untuk memasak dan makan malam.

Tidak perlu waktu lama, Javier dan para manusia serigala serta vampir pulang dari berburu dengan membawa hasil buruan yang melimpah. Joshua langsung memasak hewan buruan tersebut, kecuali hewan untuk santapan para vampir. Dengan kemampuan Joshua yang seorang Alchemist dan pengalamannya, memasak seperti itu adalah hal yang mudah.

Setelah makanan yang Joshua masak matang, mereka semua langsung menyantapnya karena kelaparan. Selama makan malam, mereka saling bercanda dan beberapa kali bertengkar kecil karena hal sepele. Tapi karna itulah mereka bisa menjadi sedekat ini.

Setelah selesai makan malam, para vampir dan manusia serigala beranjak pulang karena rumah mereka yang jauh, sedangkan para penyihir masih tetap berdiam diri disana.

"Pulang kalian, besok kita harus berangkat pagi - pagi." Ucap Jeffrey.

"Nanti aja." Jawab Alex.

"Jangan mentang - mentang kalian punya portkey jadi bisa seenaknya, ya." Ucap Jeffrey.

"Makanya jadi penyihir, kan enak kalo mau kemana - mana, tinggal pakai portkey." Ucap Alex membanggakan dirinya sendiri.

"Hhh, dasar. Rasanya ingin aku pukul kepalamu." Ucap Jeffrey menahan emosinya.

"Kualat baru tau rasa." Jawab Alex.

"Kalian mending pulang, istirahat untuk besok. Besok kita butuh banyak tenaga, jangan sampai kalian kurang istirahat." Ucap Mark akhirnya.

Joshua yang mendengar perkataan Mark berpikir bahwa itu ada benarnya. Mereka tidak boleh sampai kekurangan istirahat dan menyebabkan mereka tidak fit sehingga menghambat perjalanan besok. Joshua akhirnya memutuskan untuk mengajak mereka semua pulang.

"Baiklah. Ayo pulang semuanya, siap - siap untuk besok." Ucap Joshua.

"Tapi, kak! Aku sama Renju masih main ps." Pekik Cedric tanpa menoleh sedikitpun, ia terlalu serius bermain.

"Main ps nya kapan-kapan aja.Sekarang ayo pulang atau mau aku seret?" Ucap Ramon mengancamnya.

"Iya, kak. Ampun, kak." Ucap Cedric dan langsung meninggalkan permainan psnya dengan berat hati.

Mereka masing-masing mengeluarkan portkey pribadi mereka dan mengucapkan serangkaian kalimat yang berupa mantra. Seketika mereka lenyap dan langsung berada di pondok mereka masing-masing.

"Udah, kalian semua juga istirahat untuk besok." Ucap Mark setelah para penyihir pergi.

Setelah itu, mereka semua menuju ke kamarnya masing-masing dan beristirahat untuk menyiapkan hari esok yang pasti sangat berat.

Begitu juga di pondok maupun mansion lainnya, mereka semua sudah istirahat untuk menyiapkan hari esok. Perjalanan yang berat dan panjang sedang menunggu mereka.

avataravatar
Next chapter