13 Serangan Maut Kami

Aku dan erisa berjalan ke area kelas, erisa melepas penutup matanya.

"Riala kira kira kita akan sekelas?"

"Ku tidak tahu"

"Bukan nya kamu dewi?"

"Aku emang dewi tapi bukan peramal, tuhan atau dewa hanya memprediksi yang akan terjadi berdasarkan pengalaman, karena makhluk seperti manusia itu bukan sesuatu yang mudah di urus"

"Ooh begitu"

"Dan lagian bukanya kamu memiliki realita seeker?"

"Itu hanya untuk mengetahui informasi dan fakta"

Aku dan Erisa sampai di area kelas, ku melihat sebuah papan lalu berjalan ke sana, ku melihat daftar daftar kelas.

Aku melihat diriku di tempatkan di kelas A, lalu ku melihat nama erisa di urutan kelas A.

"Hei Erisa kita sekelas"

Erisa yang tadi mencoba berkonsentrasi langsung berhenti dan berlari ke arah ku.

"Woah benar, tidak ku sangka kekuatan ku bisa masuk ke kelas A"

"Apa maksudmu?"

"Kelas A itu untuk golongan murid yang kuat"

"Kok aku masuk ke kelas A?"

"Mungkin mereka ada yang tahu soal kekangan mu?"

"Kurasa begitu, tapi kan mereka tidak tahu berapa ME ku"

"Salah satu dari mereka mungkin punya skill sense"

"Oooh.. omong omong berapa ME mu?"

"50.000"

"Cukup tinggi"

"Ya"

"Oh iya apa kemampuan mu hanya realita seeker?"

"uum... ku bisa memakai semua elemen kecuali waktu dan kehidupan, lalu ku memiliki 2 sihir original, yaitu countdown dan eradication, countdown itu sihir area, yang di dalam area itu akan mati dalam hitungan ke 10, kecuali orang yang ku pilih, eradication sihir linear yang menghapus semua yang di lewati nya"

".... ku tidak bisa berkata apa apa, kedua sihir original mu itu sudah setingkat demi god"

"Benarkah? Ku bisa memakainya 2 kali perhari sih"

"Wow itu luar biasa"

"Hehe.. dan aku memiliki 1 skill ultimate tapi itu tersegel, ku tidak tahu cara melepas segel itu"

"Bukanya bisa memakai realita seeker?"

"Ku memang bisa melihat sebuah fakta dari seseorang, tapi ku tidak bisa melihat kebenaran diriku"

"..."

"Bagaimana dengan kemampuan mu Riala?"

"Aku menguasai semua elemen, dan mampu membuat sihir apapun, itu saja"

"Itu saja? Itu sudah di luar akal sehat"

"Iya iya, omong omong kamu sudah memanggil senjata mu?"

"memanggil senjata?"

"Iya, senjata yang merupakan bagian dari jiwa mu"

"Ku belum melakukan nya"

"Bagaimana dengan nanti sepulang sekolah"

"Ok!"

Aku dan Erisa meninggalkan papan, lalu berjalan ke ruang kelas A.

Kami melihat pintu dengan tulisan ruang kelas 1 (A).

"Ini tempat nya?"

"Realita seeker ku menunjukan kalau ini kelas nya"

"Ok ayo masuk dan mengambil kursi"

Kami masuk dan ruang kelas masih kosong, kursi nya disusun perbangku(2(meja+kursi)) ada 20 bangku yang disusun 4 kolom 5 baris.

Aku mengambil bangku paling depan dan di paling kanan dekat pintu.

"Ok!, ini tempat paling strategis"

"Kenapa?"

"Kita bisa melihat guru datang atau tidak, jadi kita bebas melakukan apa pun"

"Wow pemikiran yang hebat Riala"

"Hehe"

Tradisi ku ini telah ku lakukan sejak sd.

Aku membuat jam dan melihat sudah jam 7,36 tapi tidak ada murid lain yang datang

"Kok sepi..." ucap ku.

"Mungkin murid kelas A bisa sihir teleportasi"

"Kurasa tidak"

"Haaah...."

Jam 7.40 murid lain memasuki kelas, mereka semua terlihat seperti kaum bangsawan, mengapa?, karena pakaian norak mereka.

"Hei lihat, si terlemah bersama dengan si kacau"

"Benar tuh, pasangan yang serasi"

"Hei mereka mengambil kursi di depan ayo suruh mereka kebelakang"

Lalu 4 pria mengeliling bangku kami.

"Hei pergi tidak, ini khusus bangsawan"

"Iya tuh, kalian hanya rakyat rendahan"

Kami diam saja.

"Hei! Kalian dengar tidak!"

Kami kemudian kesal lalu kami menyerang mereka

Erisa berdiri lalu dia membuka mulut nya, ku juga siap siap walaupun masih duduk, lalu erisa menyerang duluan.

"Bodoh" ucap Erisa

"Egois" lanjutku

"Temperamen"

"Tidak tahu diri"

"Otak dungu"

"Otak kacang"

"Monyet"

"Kera"

"Tak berwibawa"

"Tak beraura bagus"

"Jelek"

"Suara nya juga"

Kami menyerang secara verbal.

Ke empat orang itu muka nya menjadi sangat jelek karena kesal.

"Gyahahaha muka apa itu"

"Super jelek"

"Foto riala"

"Woke!"

Aku menggunakan sihir penjimplak pandangan mata, lalu ku mengambil kertas dan memasukan hasil jimplak ke kertas itu.

Ku memperlihatkan nya pada Erisa.

"Gyahahaha ayo tempel ke papan"

"Yahahaha hayuuk!"

Salah satu dari pria itu mengambil foto itu dan merobek nya, mereka kemudian mencaci maki kami, dari mulutnya keluar nama nama hewan, mungkin dia punya kebun binatang.

"Erisa kamu tahu dari mana mereka?"

"Iya, yang satu itu dari keluar baron di kota sebelah, yang itu juga sama, sisanya mereka marquis dari kota ini"

"Baiklah apa kamu melakukan nya"

"Iya"

Keempat pria itu terkejut.

"Dari mana kamu tahu asal ku"

"Apa yang akan kalian lakukan!"

Erisa memberiku 1 bola hijau, ku memasukan mana ke bola itu dan muncul rekaman seperti hologram, isi rekaman itu adalah caci makian dari ke empat pria itu.

"Kami membuat 200 rekaman kalian, kalau ingin selamat sebaiknya kalian pergi sekarang"

"Riala jangan begitu, lebih baik kita langsung kirim ke orang tua mereka, biar mereka melihat anak mereka yang baik ini"

"Oh ide bagus, sini ku pakai sihir pengiriman"

"Ok!"

Aku menggambar sebuah lingkaran sihir di atas meja.

"Hentikan, kalian bebas melakukan apapun, kami pergi!"

Kami melihat ke arah mereka.

Erisa kemudian memasang muka senyum sinis.

"Kalian pikir aku akan membiarkan kalian pergi begitu saja, oh.. sungguh lucu"

Ke empat pria itu berhenti berjalan.

"Minimal ucapkan satu kata baru kalian boleh pergi"

"Ide bagus Riala"

"Ayo katakan apa itu?"

"Ayo katakan kata itu"

""Ma-ma, kalian pikir kami akan melakukan nya!!!""

Mereka menembakan bola api ke arah kami, ku membuat perisai mana seukuran uang logam, lalu menangkis semua tembakan mereka dengan 1 perisai sekecil koin itu

"Hah!? Apa ini, kalian kalah dengan sebuah perisai yang ku ciptakan dengan 10 ME?"

Ke empat orang itu terus menembakan bola api.

Aku hanya perlu menangkis nya, tak lama kemudian mereka lelah sendiri

"Haah... membosan kan" Ucap ku.

Erisa sibuk memakan kue kering.

"Khrasa khitha bhierkhan sheja mjrreka"

"Telan dulu baru ngomong"

"Kurasa kita birkan saja mereka, kalau mereka melakukan nya lagi kita tinggal mengirim bola ini"

"Ok"

Kami melihat ke arah pria pria itu.

""Pergilah ke belakang, sebelum kami berubah pikiran""

Ke empat orang itu langsung berjalan ke belakang.

Aku bisa mendengar suara siswa lain yang membicarakan kami.

Tak lama kemudian seorang wanita berambut hijau, umur kira kira 28 tahun, memakai kemeja putih dan rok ketat selutut, dia memakai kaca mata tipis.

"Nama ku Gravia Walless Kritonier, ku akan menjadi guru pelajaran keahlian dan kemapanan sihir dan fisik kalian"

-----------------------

avataravatar
Next chapter