1 Light

Panas.

Menyakitkan.

Keluhan dari milyaran kesadaran yang tampak putus asa itu berdengung dalam pusat, pikiran yang rapuh, dan juga lebih putus asa.

Pengorbanan.

Pengabdian.

Penyelamatan.

Karena tidak bisa menyelamatkan semuanya, setidaknya, biarkan "kami" melindungi yang mampu "kami" lindungi.

Ketika pemikiran itu muncul, bola cahaya hangat muncul, yang entah bagaimana, semua manusia bisa melihat cahaya itu, dari arah yang sama.

Itu bukan bintang yang memenuhi harapan.

Pergerakannya cukup lambat.

Ketika bola cahaya itu mendekati "tirai" transparan yang menyelimuti bumi seperti atmosfer, gelombang informasi menyapu setiap kesadaran yang tersisa.

"Tirai" transparan itu pecah.

Sayang sekali, tidak ada yang bisa melihat pecahan "tirai" transparan.

Pecahan itu jatuh ke masing-masing tubuh manusia.

Sebagian besar mendapat satu pecahan, kecil maupun besar, sebagian yang lain mendapat lebih dari satu pecahan.

Pecahan-pecahan itu memilih "tuan rumah"-nya.

1 detik.

2 detik.

Semua orang mendapat kesadarannya kembali.

4 detik.

Dengan telinga berdengung dan visi yang kabur, bagaimana mereka masih menyaksikan peristiwa ini? Tidak ada yang tahu alasannya.

6 detik.

7 detik.

8 detik.

"Tes ... Tes .... Eh, sepertinya keberuntungan kalian tidak buruk. Agak diluar perkiraan. Cukup menarik."

Entah bahasa apa yang digunakan, semua orang bisa memahami perkataannya.

Padahal, telinga mereka masih berdengung.

Suara itu sangat relatif saat didengar. Tidak yakin apakah dia laki-laki atau perempuan. Bahkan tidak ada yang tahu apakah suara itu lembut atau kasar.

Kesan, apakah suara itu enak didengar atau tidak membuat nyaman? Tidak ada yang tahu.

Sebagian orang langsung beradaptasi, sebagiannya lagi menyangkal dan mengira itu mimpi. Ada pula yang membuat berbagai spekulasi maupun bertanya-tanya, dengan gugup memperhatikan perubahan situasi.

Jika itu mimpi, kamu hanya perlu menutup matamu untuk menggantinya dengan mimpi yang lain.

Tapi, bagaimana bisa begitu mudah untuk menutup mata dalam mimpi?

Dalam situasi yang sangat asing, manusia cenderung ingin keluar secepatnya. Mungkin, menutup mata adalah pilihan terbaik?

Siapa tahu, ketika membuka mata kembali, semua masalah ternyata sudah selesai?

Siapa tahu saat membuka mata lagi, kebahagiaan menunggu di depanmu?

Kemudian, kamu akhirnya menyadari bahwa, itu hanya mimpi.

Saat ini, bola cahaya itu mulai bersinar lebih terang sebelum meledak.

"Ketika penglihatan mu mulai sembuh, ledakan cahaya memenuhi visi mu. Bagaimana perasaan mu? Sakit? Ingin mengutuk si pengarang? Ayo, luapkan kekesalan mu pada ku!"

"Seolah itu belum cukup, ternyata suara yang memprovokasi itu .... Apa maunya?"

???

Meskipun perasaan mereka disinkronkan dengan kata-kata itu, hanya tanda tanya besar yang akhirnya muncul.

Apa yang terjadi?

Seakan menjawab pertanyaan itu, gelombang informasi sekali lagi menyapu kesadaran setiap orang.

Dengan itu, mereka akhirnya tahu situasinya.

Hanya saja, sepertinya gelombang informasi itu terlalu kuat.

Sebagian orang dengan pengetahuan rendah hanya mendapat sedikit informasi.

Sebagiannya lagi mendapat cukup banyak informasi.

Ada pula yang berhasil memperoleh petunjuk terkait ide-ide baru.

Ada juga yang memiliki potensi besar, tapi karena kurangnya pengalaman, informasi itu disegel.

Tapi pada akhirnya, tidak peduli seberapa baik pengetahuan dan pengalaman mereka, banyak informasi yang disegel, tersimpan namun tidak dapat diakses karena kurangnya otoritas.

Semua orang tahu itu. Berhenti sebelum mencapai batas adalah norma. Siapa yang ingin melewatkan kesempatan untuk menyaksikan hal yang menakjubkan ini?

Tidak. Sebenarnya, ini cukup mengerikan.

Setiap orang akhirnya tahu.

Bencana gelombang pertama.

Sekitar satu dekade yang lalu, berbagai jenis bencana "kecil" bermunculan silih berganti dalam jangka panjang maupun pendek.

Lelah?

Tentu saja. Bagaimanapun juga, bencana "kecil" yang dimaksud itu bukan standar manusia.

Kali ini, adalah "bencana" yang sebenarnya.

Ketika semua orang mulai menyesuaikan diri dengan informasi baru, cahaya aneh seperti pilar muncul di beberapa tempat sekaligus.

Cahaya ... lagi?!

Tapi kali ini, lebih berwarna-warni. Mungkin menyenangkan?

Dalam satu daerah, terdapat tiga jenis pilar cahaya, dengan warna pokok–merah, biru, dan kuning.

Kemudian, setiap kelompok tiga pilar cahaya berputar silih berganti, mengelilingi ruang kosong di antaranya.

Tiga pilar cahaya berputar menjadi satu, terlihat lebih seperti pelangi sebelum berotasi lebih cepat dan warnanya mulai kabur, memutih, sangat terang, menyilaukan.

Jika pilar cahaya itu memiliki bentuk fisik, pasti sudah membentuk tornado.

Seolah menuruti pemikiran tersebut, pilar cahaya yang berputar mulai menarik apapun di sekitarnya.

Oh, "lubang hitam" yang menyamar.

Abaikan si pengarang dan penonton di luar sana, meskipun itu agak konyol, hampir tidak ada yang menyangkalnya.

Semua makhluk hidup disekitarnya tertarik oleh "pusaran" pilar cahaya.

Radiasi, tirai transparan, bola cahaya, suara tanpa identitas, ledakan bola cahaya, suara provokator yang menyebalkan, gelombang informasi, pilar cahaya.

Terlalu banyak cahaya!

Yah, pilar cahaya bukan hanya akhir dari gelombang bencana besar. Tapi juga awal dari petualangan baru.

Permainan untuk karakter yang bertahan hidup.

Juga, para protagonis potensial itu harus mulai membentuk karakter yang baru.

Kali ini, semua orang adalah karakter utama.

Lalu, di saat-saat berikutnya, akan ada yang kehilangan kualifikasi sebagai karakter utama.

Ini tidak menguji kemampuan untuk bertahan hidup.

Hanya, siapa yang pantas untuk bertahan hidup?

Kesempatan itu sangat terbuka.

Semua orang menyadari itu.

_______

Untuk, Fragmen Ilusi yang terlupakan, apa yang akan kamu lakukan setelahnya? Utusan cahaya ini menanti jawabanmu.

avataravatar
Next chapter