13 BAB TIGA BELAS

Twenty six siwalima

Suasana kota itu begitu ramai. Banyak orang sering berbincang-bincang. Di sepanjang jalanan kota.. ada beberapa kendaraan yang sedang menunggu di sepanjang jalanan agar dapat mengambil penupang untuk di naiki didalamnya, serta ada gedung-gedung menjulang tinggi bejejeran di dekat jalan itu

Dermaga itu terlihat berbentuk persegi, kita dapat melihat masyarakat berlalu lalang dengan perahu kecil dan beberapa kendaraan seperti motor laut berjejeran parkir di dermaga kota itu.. terlihat dari dermaga itu, di sebrang lautan kota terdapat pulau yang menghadap kesrsh dermaga tersebut.

Ma..mama.mama.

Mama. Mama.ma.. ada tat di bawah sana ma.

Mana ???

Itu ma, salah satu adik perempuanku melihatku dan memberitahukan kepada mama, bahwa aku ada di dermaga itu

Ibu terkejut dan segerah melihat kearah dimana adikku melihatku..

Kapal menurunkan tangga dan tali pada dermaga dan de pegang eleh buruh-buruh pelabuhan yang ada di bawah itu. orang-orang yang menungu di atas kapal segerah turun dengn berbondong-bondong.

Fa.. fa. Fajar. Mama di mana.. kenapa mama tidak turun

Pertanyaan itu terus terlontar dari mulutku. Aku memanggil terus adikku itu untuk bertanya di mana mama berada.

Kupandangi satu persatu orang yang turun dari kapal itu end itu dia sosok wanita paruh baya itu dengan kedua putra lelakinya dalam genggaman tangannya yang kiri dan kanan memegang kedua anaknya itu, seraya turun dari kapal menuju dermaga dimana aku berada..

Aku memeluk mama. Dengan terseduh-seduh serta bersedih estt..stt..sttt

Tangisku terus mengalir pada wanita paruh baya itu yang begitu kokoh menghadapi semua tantangan hidup demi anak-anak yang di lahirkanya ddari rahimnya sendiri..

Tanpa ada keluh, ataupun mengadu kepada anak-anaknya tentang rasa kecewa yang begitu besar kepada keluarga yang sudah menyakitinya, dan paling membuatnya terpukul itu ayah..

Trus. Ma barang-barang mama di mana.???

Nak kamu jaga adik-adikmu dulu, mama kembali mengambil tas pakaian yang ada diatas sana.

Iya ma..

Semua perlatan sudah turun dari kapal dan berada di dermaga, kami lima bersaudara yang masih berumur belia tahun, belum memahami rasa sakit yang ibuku rasakan itu

Ayo nak. Kita pergi

Kami masih baru di kota itu, belum tau kejamnya hidup di sana.

Kami berjalan kaki mengikuti jalanan kota yang begitu ramai, banyak gedung-gedung menjulang tinggi, ada bangunan tokoh-tokoh mengikuti jejeran parkiran jalanan kota itu.

Kami berjalan cukup jauh hingga sampailah kami di sebuah kompleks dengan jejeran rumah bergantung. Yang di bawahnya terdapat air seperti danau yang biasa di lihat di dalam film.. airnya berwarna hijau banyak sekali sampah berjejeran di sana..

Perjalanan yang cukup jauh itu membuat aku tersenyum sejenak dan melupakan kejadian yang menimpah ibuku selama ini.

Faa. Fa. Fajar.??

Ya ka. Kenapa ???

Coba kamu lihat anak-anak yang mandi sana, mereka mandi di genangan air berwarna hijau itu.. sepertinya mereka menikmatinya.

Aku jua ingin mandi ka.

Iiiihhhh kammu tidak lihat warna air serta sampah yang beserakan ini..

Aku melihatnya saja aku jiji, apalagi mandi di dalamnya itu airnya tidak sehat de.

Tat.tat.tata.tata. , ya ma. Serentak suara kami menjawab.

Ayo masuk , bersihkan diri kalian, dan makan?? Ok ma.

avataravatar
Next chapter