11 BAB SEBELAS

WANITA LAIN

Waktu membuat aku lupa pada semua kejadian sempat aku ceritakan kepada mama beberapa bulan berlalu aku mulai di sibukkan dengan ujian sekolah dan ujian akhir nasional sekolah dasa inpres mangon.

Disisi lain ayah jarang pulang ke rumah.

Aku sering minta uang kepada ibu untuk keperluanku sehari-hari..

Sehingga ibu memilih untuk berjualan di pasar untuk keperluanku.......

sedangkan ayah tak pernah memberikan mama uang untuk keperluan kami sehari –hari.

sehingga seketika ada yang mengatakan bahwa ibuku berselingkuh dengan laki-laki lain.

Hitss..hitss... hitss... hitss... tangisku pecah mendengar perkataan di lingkungan keluargaku sendiri .....

Bahkan yang kulihat adalah mama tak pernah begitu, tak ada yang tahu hati mamaku yang begitu bekerja keras kepada kami hanya untuk memenuhi kebutuhann kami dengan berjualan di pasar dan ayah malah bersenang-senang dengan wanita lain..

Wanita mana yang tak sakit hati dengan di perlakukan sebegitu tidak adilnya oleh seorang laki-laki yang begitu di hormati meski di caci dan di maki pun tetap diam tanpa bersuara,,,,

Waktu berlalu dengan cepat aku sudah selesai ujian sekolah.. namun masih les.

Tepatnya tahun 2006, aku kembali dari sekolah dan masuk ke rumah ingin membuka pakain serangamku, aku menemukan pukulan seperti memar berwarna biru di wajah wanita paruh baya tak lain mamaku yang selama aku kenal tak pernah ku lihat seperti itu. Wajahnya sayu dan ada bercakan air mata di kelopak kedua matanya seketika jatuh di pipih dan aku segerah menahan air mata itu.

Ada apa ma??

Kenapa wajah mama seperti ini, apa yang terjadi ma.??

Apakah ayah pukul mama lagi??

Wanita itu hanya memandangku dengan wajah tersenyum tanpa menjawab pertanyaan yang sedari tadi aku tanyakan..

Tidak apa-apa nak.?? Sana ganti pakaianmu dan makan

Yang lain mana ma.

Adikmu lagi main dengan sepupunya di luar..

Oooohhhhh, ya sudah mama istirahat ajah. Aku makan dulu.

Semua orang di rumah itu terlihat tegang dan terlihat diam serta tertutup.

Besoknya aku pergi ke sekolah lagi. Tepatnya soreh

15.00 wit pulang sekolah selesai les.

Semua orang lagi duduk di ruangan tengah dalam keadaan tegang dan diam, tak seperti biasanya itu aku lihat setiap hari, baru kali ini aku melihatnya. Tak lama kemudian ayah pulang namun tidak sendirian dengan seorang wanita.

Aku melihat dari arah rumah tak lain wanita yang pernah kami temui, di kos waktu beberap bulan yang lalu yang sempat ayah membawa kami ke sana.

Wajahnya bulat, terlihat gemuk. Dan dia tidak memakai jilbab, kulitnya putih dan rambutnya terlihat di luruskan dengan alat pelurus rambut.

Ayahku membawanya masuk ke rumah kami dan semua orang hanya diam tidak menegur tindakan ayahku itu..

Ayah membawanya langsung kedalam kamar kami, aku melihat namun aku bertanya –tanya dalam hatiku.

Siapa wanita ini? Apa hubungannya dengan ayah..? kenapa ayah membawanya di kamar kami???

Semua orang diam, dan tidak ada yang mau memberitahuku kenapa ayah membawa wanita lain datang di rumah kami.., bahkan eyang maaria yang berada di rumah itu hanya diam dan melihat saja aku tak tahu apakah eyang maaria menegur ayah dengan tindakannya atau tidak

Malam mulai datang dan setelah makan malam kami selesai, kami semua masuk di dalam kamar masing-masing untuk tidur.

Aku masuk di kamar setelah selesai belajar ternyata yang ku lihat wanita yang di bawah ayahku tidur juga bersama kami, dan ibu hanya diam tanpa berteriak ataupun marah kepadanya.

Dalam situasi itu aku serta ke 4 adikku tidur di jejeran mamaku sedangkan ayah di tengah-tangah mereka berdua

Wanita itu tidur berdekatakan dengan diding kamar kami.

Aku bertanya kepada mamaku. Ma. Siapa wanita itu ?? kenapa wanita itu tidur dengan kita, apa yang di lakukan di sini. Kenapa ayah membawanya ke kamar kita ???

Banyak sekali pertanyaanku kepada mama, namun mama hanya diam dan tak menjawab pertanyaanku.. Yang terlihat hanya sebuah senyum kecil di wajah wanita paru bayah itu..

Aku melihat pengorbanan seorang wanita yang begitu sabar dalam menghadapi ketidak adilan yang di lakukan ayah kepada dirinya.

Beberapa bulan berlalu begitu cepat seperti biasa kami mulai ditinggal ayah lagi, dan mama mulai mencari kerja di rumah orang dengan cara mencuci pakaian, sesering mungkin aku menemui mama untuk membatunya, serta biasanya aku membawa makanan untuk adik-adikku mama selalu mengatakan kepadaku bahwa jika orang rumah bertanya kepadaku dimana mama. Maka jawablah kamu tidak tahu di mana mama berada.

Setiap hari mama selalu keluar untuk bekerja hanya untuk aku dan adik-adikku. Bulan berlalu serta hari berlalu begitu cepat tanpa aku sadar aku sudah dekan menghadapi ujian nasional untuk keluar dari sekolah dasar, 6 tahun begitu cepat berlalu tanpa aku sadari hal itu. Tinggal menunggu 1 bulan saja maka aku bisa menyelesaikan sekolahku

Namun, sayang takdir berkata lain.

Disi lain ayah berangkat dengan wanita yang di bawahnya kerumah kami itu,,,,, ternyata mereka diam-diam menikah tanpa memberitahukan kepada mama,,,,,,,

Soreh hari aku pulang dari lesku di sekolah, aku melihat wanita yang selalu menemani ayahku dalam suka maupun duka itu meneteskan airmatanya untuk kesekiaan kalinya lagi namun kali ini tangisnya di tahan dalam hatinya. Dengan harapan bersabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan hidupnya itu.

Ayah begitu tega menyakiti mama dengan membawa wanita lain masuk ke rumah dan menikahi wanita lain tanpa sepengetahuan mama, yang selalu menemaninya selama 12 tahun terakhir..

Airmatanya menetes lagi dari wajah wanita paruh baya itu, semua orang hanya menyuruhnya untuk ikhlas dan menerima keputusan itu tanpa menyadari perasaan yang di rasakan wanita tersebut..

Eyang maaria mengatakan nak. Ikhlas khan saja jangan di pikirkan nak..

Memang mudah bagi orang yang ingin menerima wanita lain tanpa bertanya kepada wanita itu bagamana perasaannya saat di sakiti dengan menduakan cinta, tanpa berpikir menikah dengan wanita lain, dan meninggalkan istri dan anak yang cukup banyak apakah semua laki-laki memiliki pemikiran seperti itu.

Kami para wanita di anggap kesenangan sesaat untuk di nikmati dan kemudian di buang ke tempat sampah.. sakit hati ini bila seperti itu

Aku masih sangat kecil.. mana aku pahami mengenai hubungan rumah tangga, sejak kejadian itu, mama lebih memilih meninggalkan rumah dimana yang menyimpan banyak kenangan.. sehingga kami pergi ke rumah eyang hindon untuk tinggal sementara di sana.

Semua kejadian yang terjadi kepada mama, membuat mama meilih pergi dari rumah ini, sehingga mama bisa merasa lebih legah tanpa harus menangis diam-diam di sela-sela kami tidak ada

Eyang hindon baik beliau sosok wanita sudah berumur lanjut usia, saudara eyang maaria d. saudara sepupu sekali dan dari kampung yang sama yakni kei besar.

Aku pulang les, tidak langsung kerumah tapi, aku malah pergi menemui mama, di rumahnya eyang hindon.

Assalamualaikum mama..

Waalaikkumsalam warrohmatullahi wabbarkathu.

Ada mamaku di dalam..??

Terdengar suara dari dalam rumah itu.. tattat. Tata.

Ya ma. Itu suara mamaku, kalian boleh pulang terimaksih sudah mengantarku..

Sama-sama.

Mereka teman-temanku satu kelas. Yang kulinta agak hitam namanya abu, yang kulitnya putih namanya saripa, rugaya, dan hamima, sedangkan yang kurus dan tinggi namanya nasir mereka itu sahabatku di sekolah, aku bersama dengan saudara sepupuku hanyati masuk ke dalam rumah.

Ma. Ngapain mama di sini, ..??? kenapa kita ngak tinggal di rumah di mangga dua lagi.?? Ada apa ma..??

Sekarang kita tinggal di sini dulu ya nak.??

Nanti baru mama jelaskan.??

Iyaa ma..??

Aku hanya anak kecil yang berumur 6 tahun, belum mengerti perasaan cinta atau perasaan rumah tangga lainya,,,,.

Tinggal beberapa hari di rumah eyang hindon membuat aku senang sebab aku tidak melihat wajah murung wanita paruh baya itu lagi setiap harinya mama membantu eyang hindon berjualan makanan khas kei, seperti sirsir, capeti embal, ikan bakar ala tomat, ikan goreng marut, ikan goreng momar, dengan warung kecil di depan jalan

Semua itu membuat mama merasa tenang dalam beberapa bulan.. akhirnya tinggal 3 minggu aku menghadapi ujian nasionalku untuk keluar dari sd, namun mama malah membawa adik-adikku pulang ke kampung halamanya longar apara, tempat kelahiranya dan kelahiranku dengan fajar.

Aku tak diberitahu oleh mama, sebab beliau memikirkan masa depanku lebih penting dari apapun di bandingkan dengan perasaan sakit hatinya itu

Aku pulang dari lesku dan menemui eyang hindon, dan ternyata ibuku tak ada di rumah itu lagi.

Aku bertanya kepada mereka yang ada di rumah itu

Wanita mana yang tak sakit hati dengan di perlakukan sebegitu tidak adilnya oleh seorang laki-laki yang begitu di hormati meski di caci dan di maki pun tetap diam tanpa bersuara,,,,

Waktu berlalu dengan cepat aku sudah selesai ujian sekolah.. namun masih les.

Tepatnya tahun 2006, aku kembali dari sekolah dan masuk ke rumah ingin membuka pakain serangamku, aku menemukan pukulan seperti memar berwarna biru di wajah wanita paruh baya tak lain mamaku yang selama aku kenal tak pernah ku lihat seperti itu. Wajahnya sayu dan ada bercakan air mata di kelopak kedua matanya seketika jatuh di pipih dan aku segerah menahan air mata itu.

Ada apa ma??

Kenapa wajah mama seperti ini, apa yang terjadi ma.??

Apakah ayah pukul mama lagi??

Wanita itu hanya memandangku dengan wajah tersenyum tanpa menjawab pertanyaan yang sedari tadi aku tanyakan..

Tidak apa-apa nak.?? Sana ganti pakaianmu dan makan

Yang lain mana ma.

Adikmu lagi main dengan sepupunya di luar..

Oooohhhhh, ya sudah mama istirahat ajah. Aku makan dulu.

Semua orang di rumah itu terlihat tegang dan terlihat diam serta tertutup.

Besoknya aku pergi ke sekolah lagi. Tepatnya soreh

15.00 wit pulang sekolah selesai les.

Semua orang lagi duduk di ruangan tengah dalam keadaan tegang dan diam, tak seperti biasanya itu aku lihat setiap hari, baru kali ini aku melihatnya. Tak lama kemudian ayah pulang namun tidak sendirian dengan seorang wanita.

Aku melihat dari arah rumah tak lain wanita yang pernah kami temui, di kos waktu beberap bulan yang lalu yang sempat ayah membawa kami ke sana.

Wajahnya bulat, terlihat gemuk. Dan dia tidak memakai jilbab, kulitnya putih dan rambutnya terlihat di luruskan dengan alat pelurus rambut.

Ayahku membawanya masuk ke rumah kami dan semua orang hanya diam tidak menegur tindakan ayahku itu..

Ayah membawanya langsung kedalam kamar kami, aku melihat namun aku bertanya –tanya dalam hatiku.

Siapa wanita ini? Apa hubungannya dengan ayah..? kenapa ayah membawanya di kamar kami???

Semua orang diam, dan tidak ada yang mau memberitahuku kenapa ayah membawa wanita lain datang di rumah kami.., bahkan eyang maaria yang berada di rumah itu hanya diam dan melihat saja aku tak tahu apakah eyang maaria menegur ayah dengan tindakannya atau tidak

Malam mulai datang dan setelah makan malam kami selesai, kami semua masuk di dalam kamar masing-masing untuk tidur.

Aku masuk di kamar setelah selesai belajar ternyata yang ku lihat wanita yang di bawah ayahku tidur juga bersama kami, dan ibu hanya diam tanpa berteriak ataupun marah kepadanya.

Dalam situasi itu aku serta ke 4 adikku tidur di jejeran mamaku sedangkan ayah di tengah-tangah mereka berdua

Wanita itu tidur berdekatakan dengan diding kamar kami.

Aku bertanya kepada mamaku. Ma. Siapa wanita itu ?? kenapa wanita itu tidur dengan kita, apa yang di lakukan di sini. Kenapa ayah membawanya ke kamar kita ???

Banyak sekali pertanyaanku kepada mama, namun mama hanya diam dan tak menjawab pertanyaanku.. Yang terlihat hanya sebuah senyum kecil di wajah wanita paru bayah itu..

Aku melihat pengorbanan seorang wanita yang begitu sabar dalam menghadapi ketidak adilan yang di lakukan ayah kepada dirinya.

Beberapa bulan berlalu begitu cepat seperti biasa kami mulai ditinggal ayah lagi, dan mama mulai mencari kerja di rumah orang dengan cara mencuci pakaian, sesering mungkin aku menemui mama untuk membatunya, serta biasanya aku membawa makanan untuk adik-adikku mama selalu mengatakan kepadaku bahwa jika orang rumah bertanya kepadaku dimana mama. Maka jawablah kamu tidak tahu di mana mama berada.

Setiap hari mama selalu keluar untuk bekerja hanya untuk aku dan adik-adikku. Bulan berlalu serta hari berlalu begitu cepat tanpa aku sadar aku sudah dekan menghadapi ujian nasional untuk keluar dari sekolah dasar, 6 tahun begitu cepat berlalu tanpa aku sadari hal itu. Tinggal menunggu 1 bulan saja maka aku bisa menyelesaikan sekolahku

Namun, sayang takdir berkata lain.

Disi lain ayah berangkat dengan wanita yang di bawahnya kerumah kami itu,,,,, ternyata mereka diam-diam menikah tanpa memberitahukan kepada mama,,,,,,,

Soreh hari aku pulang dari lesku di sekolah, aku melihat wanita yang selalu menemani ayahku dalam suka maupun duka itu meneteskan airmatanya untuk kesekiaan kalinya lagi namun kali ini tangisnya di tahan dalam hatinya. Dengan harapan bersabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan hidupnya itu.

Ayah begitu tega menyakiti mama dengan membawa wanita lain masuk ke rumah dan menikahi wanita lain tanpa sepengetahuan mama, yang selalu menemaninya selama 12 tahun terakhir..

Airmatanya menetes lagi dari wajah wanita paruh baya itu, semua orang hanya menyuruhnya untuk ikhlas dan menerima keputusan itu tanpa menyadari perasaan yang di rasakan wanita tersebut..

Eyang maaria mengatakan nak. Ikhlas khan saja jangan di pikirkan nak..

Memang mudah bagi orang yang ingin menerima wanita lain tanpa bertanya kepada wanita itu bagamana perasaannya saat di sakiti dengan menduakan cinta, tanpa berpikir menikah dengan wanita lain, dan meninggalkan istri dan anak yang cukup banyak apakah semua laki-laki memiliki pemikiran seperti itu.

Kami para wanita di anggap kesenangan sesaat untuk di nikmati dan kemudian di buang ke tempat sampah.. sakit hati ini bila seperti itu

Aku masih sangat kecil.. mana aku pahami mengenai hubungan rumah tangga, sejak kejadian itu, mama lebih memilih meninggalkan rumah dimana yang menyimpan banyak kenangan.. sehingga kami pergi ke rumah eyang hindon untuk tinggal sementara di sana.

Semua kejadian yang terjadi kepada mama, membuat mama meilih pergi dari rumah ini, sehingga mama bisa merasa lebih legah tanpa harus menangis diam-diam di sela-sela kami tidak ada

Eyang hindon baik beliau sosok wanita sudah berumur lanjut usia, saudara eyang maaria d. saudara sepupu sekali dan dari kampung yang sama yakni kei besar.

Aku pulang les, tidak langsung kerumah tapi, aku malah pergi menemui mama, di rumahnya eyang hindon.

Assalamualaikum mama..

Waalaikkumsalam warrohmatullahi wabbarkathu.

Ada mamaku di dalam..??

Terdengar suara dari dalam rumah itu.. tattat. Tata.

Ya ma. Itu suara mamaku, kalian boleh pulang terimaksih sudah mengantarku..

Sama-sama.

Mereka teman-temanku satu kelas. Yang kulinta agak hitam namanya abu, yang kulitnya putih namanya saripa, rugaya, dan hamima, sedangkan yang kurus dan tinggi namanya nasir mereka itu sahabatku di sekolah, aku bersama dengan saudara sepupuku hanyati masuk ke dalam rumah.

Ma. Ngapain mama di sini, ..??? kenapa kita ngak tinggal di rumah di mangga dua lagi.?? Ada apa ma..??

Sekarang kita tinggal di sini dulu ya nak.??

Nanti baru mama jelaskan.??

Iyaa ma..??

avataravatar
Next chapter