14 BAB EMPAT BELAS

KAPAL KECIL BARU

Setelah beberapa hari kami di sana, ibu mengatakan seebentar malam kita akan pulang ke kampung halaman, dimana tepat potong pusarnya ibu, kampung longar, semua pakaian di rapikan kembali ke dalam tas, makan malam telah selesai dengan di tengahnya di temani sebuah lampu pelita..

11.00. wit

Nak. Tatatata. Tat, ayo bangun.

Mataku terkejut, serentak membuka dan melihat seseorang sedang menggendong kedua adikku yang laki-laki, sedangkan ibuku memegang aku dengan fajar untuk berjalan perlahan lahan, mataku masih belum bisa ku buka sebab aku masih sangat mengantu sekali.

Hingga kami menaiki sebuah kapal yang berisi banyak barang-barang, dan dengan orang-oorang yang baru pula

Rasa kantukku membuat aku tertidur di dalam kapal kecil baru itu dengan aku terkejut bangun kami berada di atas air laut

Aku melihat banyak burung yang berjejeran beterbangan di langit pohon-pohon hijau yang terpapar di sepanjang pantai sunggu indah tempat itu. Udara yang begitu segar, ada beberapa rumah yang terlihat dari perjalanan kami itu, aku merasa sangat senang dengan semua pemandangan yang kulihat.

Ma. Ma. Ma.. tempat apa itu..

Yang mana nak. Itu ma batu yang begitu besar tingginya seperti gunung dan ada banyak burung di sana ma..

Hmmmm.. itu pulau banteng nak.

Kami memandang dengan bersamaan, di ikuti alur hembusan angin yang begitu tenang membuat suasana disana terlihat bahagia, namun luka yang ada di dalam hati kecil sana masih terlihat di wajah wanita paruh baya itu, dengan hanya memiliki kami kebahagiaannya terobati rasa sakit itu bisa berkurang tanpa harus menggunakan obat penawar rasa sakit

09.00. wit.

Di sana kita bisa melihat cahaya matahari terbit dengan indahnya.

Perjalanan itu memakan waktu 24 jam lamanya. Banyak pulau –pulau yang terlewatkan. Banyak juga burung beterbangan kesana kemari banyak pohon-pohon dengan tangkai kayu yang begitu banyak tertancap di dasar tanah atau lumpur, biasanya orang menyebutnya pohon bakau.

Aku suka sekali tempat alami itu. Yang terdengar hanya bunyi mesin yang berada di dalam kapal itu.

Suara terdengar lagi dari arah mesin itu berbunyi..

Tat….tata….tata… ya ma..

Ayo kemari makan dulu. Iya ma

Ibu menyiapkan makanan berupa 5 buah ketupat, seekor ikan, aku tak tahu nama ikanya mnmnmn sebotol air minum di gen berwarnah coklat, persediaan kami selama perjalanan.

Kami berlima menikmati makananya, dan tak lama di ikuti ibu juga aku selalu mengingat senyum kecil itu, rasa bahagia memiliki anak-anak yang begitu membanggakan dirinya. Itu membuatnya kuat dan bertahan hidup. Tawa kami bersamaan pecah dengan mendengar suara kentut dari salah satu orang di sekitar kami.

Perjalanan yang sangat menyenangkan itu membuat kami begitu bahagia, serta bisa tersenyum dengan semua perjalanan kami itu. Itu kataku dalam hati.

Semakin dekat, kataku kepada ibu.

Mama…mama….ma. Pulau apa sana ma..

Itu tempat kelahiranmu nak.. kita sudah sampai pada tujuan kita nak.

Tempat itu seperti pulau yang begitu indah. Jauh dari keramaian kota dekat dengan laut pokoknya pulau impian.

Di sana tidak ada kendaraan darat, yang ada hanya kendaraan laut saja. Aku menyukai tempat itu, setiap aku duduk di atas kapal baru itu aku suka sekali menggantungkan kakiku sehingga seperti di film-film itu. Itu hayalanku loh..

Kami mulai menempati dermaga longar end menuju rumah kami. Banyak keluarga ibu di sana.. setelah hari beberapa bulan berelalu dengan cepat.

Hidup dengan serba ketidak cukupan namun mama tak pernah mengeluh kepada kami akan setiap kekurangan yang kami alami dalam ekonomi rendah ini….

Aku menghabiskan waktu ku untuk membantu mama selama kami di longgar ini.. aku menjual ikan hasil tangkapan mama dari laut dengan menggunakan jala agar dengan mudah mendapatkan ikannya..

Ikan ku jual dengan harga sribu rupiah pertali tusuk ikan..

Aku menjualnya di kampung yang saat ini kami tinggal ini…

Mama.. ikannya sudah habis terjual.. apakah masih ada ma.. agar aku bisa menjualnya lagi…

Sudah cukup nak.. ini sudah lebih dari cukup yang di dalam sana untuk makan malam kita nantinya…

Iya ma…

Semua terlihat sibuk dengan makanan di dalam piring mereka yang mereka pegang masing-masing.. kami merasa sangat bahagia.. namun aku tak tahu apakah mama bahagia seperti tawa kami malam ini…

Wanita paruh baya lainya sedang berdiri di depan tumpukan bara api yang menyala dan sebuah panic kecil diatas tumpukan batu itu.. wanita itu tak lain ibu dari mamaku yang sering kami sebut ama..i.. tak lain nenek kandung kami sendiri..

Meski mama di kecewakan oleh ayah karena memilih wanita lain dan meninggalkan mama.. namun wanita itu terlihat sangat bahagia dengan kehadiran kami anak-anaknya ini…

***

Berbulan-bulan berlalu dengan cepat aku sudah menyelesaikan sekolahku di kota dobo… dengan di biyayai oleh mamaku.. sekolah yang selalu membuat aku bahagia ketika aku merasa sedih dan mengingat ketidak adilan bagi ayah terhadap ibu karena memilih meningagalkan ibu..

Namun berbeda dengan mama kami bahwa meski ayah pergi meninggalkanya.. namun mama masih memiliki kami yang menjadi kekuatannya bertahan hingga sekarang ini..

Usia boleh bertambah namun semangat harus lebih kuat lagi dalam mencapai tujuan hidup..

Halija selalu tersenyum meski terasa sakit di sana.. kesabaran itu memang manis dan bagi orang yang mau sabar dia akan mendapatkan hikmah yang indah pada waktunya…

avataravatar
Next chapter