6 Chapter 6

Luka melirik ke arah ayuda, menatap ayudia.

"hidup kita tuh akan terus maju kedepan, didepan tuh banyakkk banget rintangannya, bahkan kita gatau rintangannya seperti apa. Kakek adalah orang yang sudah melewati itu semua, secara tidak langsung kakek memberi kamu jalan untuk kamu, agar hati-hati di depannya, jadi kakek memberi kamu syarat untuk kamu usaha dulu sebelum kamu menikmati hasilnya" ucap ayudia.

Wajah luka terkejut, kebingungan, "seperti yang dikatakan ibu" bisik luka menatap kembali ayudia.

"kamu tau, kamu akan menjalani hidup sendiri, tanpa kakek. kamu harus bisa itu, kamu tidak boleh bergantung kesiapapun, bahkan teman" ucap ayudia menjelaskan.

"teman? Bukannya teman untuk menjadi teman?" tanya luka memastikan.

Ayudia mengangguk, "seharusnya seperti itu, seperti dibicarakan di awal, semuanya itu banyak rintangannya, banyak teman belum tentu semua baik"

Luka menelan ludah, "ta-tapi itu bukan ancamankan?" tanya luka.

Ayudia menggeleng, tersenyum, "kamu akan melewati itu semua, hati-hati yah" ucap ayudia, mengusap-usap rambut luka. "oh iya, salam untuk kakek yah, aku percaya, kakek sayang sama kamu"

Luka diam, menatap ayudia.

"terima kasih, ayu, selamat tinggal" ucap seri layar monitornya memunculkan bentuk senyum.

"sama-sama, sampai juga lagi seri, luka, dahhh" ucap ayudia, turun kembali, pintu tertutup kembali.

Luka masih melamun, memikirkan kata-kata percakapan barusan, hening.

Video di layar kembali muncul, 'terlihat luka dan ibu sedang makan malam di ruang tengah.'

"ibu" ucap luka langsung.

'Terlihat dari wajah luka berbicara dengan mengkerutkan dahinya, ibu terus menanggapi luka dengan tersenyum. Tiba-tiba luka dan ibu berhenti berbicara, melihat ke arah pintu, pintu terbuka, kakek masuk ke dalam rumah, luka mengkerutkan wajahnya lalu berhenti makannya, bergegas pergi kekamar.'

Wajah luka melihat video didepannya, kebingungan.

'wajah ibu mengkhawatirkan, wajah kakek pun kebingungan, ibu dan kakek berbincang, kakek terlihat merasa bersalah'

"apa yang terjadi?" tanya luka.

Tidak ada yang menjawab.

Tiba-tiba layar menjadi gelap kembali, wajah luka kebingungan, mengedipkan matanya beberapa kali.

Kotak berhenti bejalan, pintu bawah yang di sebelah luka terbuka lagi, sosok laki-laki terbang naik keatas, pintu tertutup kembali.

Farel melihat kiri, "udah ada yang dateng kesini sebelum aku yah?" tanya farel melihat ke arah luka dan seri secara bergantian.

Luka diam tidak menjawab, terus manatap farel.

"maaf farel, harus ayudia duluan" jawab seri.

"baik, ga apa-apa, hallo luka" farel melirik ke arah luka, "aku farel murid dari seorang pelukis" ucap farel.

"apakah kakek orangnya benar-benar baik?" tanya luka.

"wah, banget, sabar banget ngajarin orang yang ga bisa melukis, sampai akhirnya lukisannya bagus banget, dan juga kakek ngajarin banyak hal buat muridnya" ucap farel tersenyum.

"tapi kenapa aku ga pernah mau kalau di ajarin sama kakek" ucap luka menyenderkan badan dan kepalanya.

"ga apa-apa, yang penting udah tau kan? Sekarang luka tinggal buka pintunya untuk kakek mapir di kehidupan luka, Kakek itu baik, sayang sama cucunya" ucap farel.

Luka perlahan tersenyum, "aku ingin coba belajar banyak dengan kakek"

"untuk belajar jangan Cuma terpaku sama kakek, di luar, banyak orang yang sedang berusaha untuk kehidupannya, luka bisa ambil pelajarannya dari kegagalan orang lain, luka engga harus gagal dulu. Belajar lebih peka sama kejadian di sekitar yah" ucap farel.

Luka mengangguk bersemangat, "baik aku akan coba belajar"

Farel mengangkat jempolnya, "oh iya, aku ingin memberikan kamu pesan penting, dengerin yah"

avataravatar
Next chapter