4 Chapter 4

Luka menatap ruangan studio terlihat berantakan, namun hanya meja lukis yang sangat rapih, luka berdiri perlahan, sambil mengusap air matanya.

Melangkah perlahan menuju meja, menarik kursi, lalu duduk, melihat ke arah depan, terdapat selembar foto, yaitu foto kakek dan luka.

Luka meneteskan air matanya kembali, menahan tangisan lebih keras, luka mengeluarkan amarahnya dengan menyeretkan semua benda yang ada di atas meja.

"ahhhkk!!!!" teriak luka.

Luka terus sesegukan, mengusap air mata dengan tangannya. Tiba-tiba luka melihat sepucuk kertas yang tidak jatuh dari meja.

Luka mendekat, ke arah kertas itu, luka mengambil kertasnya, ternyata kertasnya menempel.

'siapapun yang membaca ini, tolong berikan kepda cucu saya, luka'

luka membuka isi kertasnya, terdapat sepucuk kertas dan bertulisan.

'luka, ada sesuatu yang kakek ingin berikan, cukup hanya kamu saja yang tau,tenang,kamu tidak akan sendiri, tentu saja kakek akan membuatkan kamu teman, ambil sebuah kotak di sebelah kanan dari kamu saat melihat amplop ini'

Luka seketika melirik ke arah kanan, berdiri perlahan, melangkah mendekati kotak yang diarahkan kakek, lalu menyimpannya di atas meja.

Luka melanjutkan bacanya kembali.

'didalam kotak terdapat sebuah spary, ayo kamu pergi ke bukit dekat sini lalu semprotkan spraynya ke wajah kamu, dengan keadaan kamu sedang berbaring'

Bug! Luka membanting pintu studi, keluar dari studi, berlari sekencang mungkin ke atas bukit dengan membawa kotak.

***

Setelah sampai di atas bukit angin sangat kencang, "Krek" "Krek" "Krek" luka menyiapkan kotak, luka tidak tahu apa yang akan terjadi. Luka terus menyiapkan benda kotak yang menghadap ke tempat per istirahatan matahari.

Luka berdiri di bukit yang tingginya sekitar 360 an meter, luka sendirian hanya di temani benda kotak itu, luka terus manahan tangis, dan jantungnya berdetak sangat cepat tidak karuan.

Luka masuk kedalam kotak itu, dengan memegang spary, tiba-tiba luka meneteskan air matanya, tidak menunggu lama luka menyemprotkan sparynya.

SRUTT!!!

Luka membuka matanya perlahan, ruangannya terlihat gelap, luka terkejut, bergegas duduk, mencari jalan keluar, tapi tidak ada, melihat ke kanan dan kekiri secara bersamaan.

tiba-tiba terdapat mesin menyala, seperti di ruangan pesawat, luka terus terkejut, kebingungan.

layar di sebelah kiri dia memunculkan suku kata, satu per satu.

"L-U-K-A" bisiknya.

Kali ini layar di sebelahnya memunculkan kalimat, "Nama kamu"

"iya itu nama aku, kenapa?" Bisiknya, kebingungan.

Seri memuncul kan emot senyumnya dilayar.

Luka sedikit gelisah melihat sekeliling perlahan.

"tidak usah cemas, yang memberikan kotak ini kakek mu kan?" tanya seri.

raut wajah luka sedikit cemas, lampu, tombol, dan lainnya sekarang menyala, Tepat di depan luka, terdapat sekotak kaca, untuk melihat keadaan diluar.

"maaf, aku belom memperkenalkan diri, mana aku seri, kakek kamu yang memberikan namanya" ucap seri.

Luka menatap layar, menelan ludah, cemas.

"Tidak usah cemas, aku akan menemanimu untuk beberapa hari kedepan" ucap seri.

"seri, tolong bisa buka pintu kotaknya?" tanya luka.

"maaf luka, ini perintah, tidak boleh aku langgar" ucap seri.

Luka menelan ludah, cemas, memikirkan, apa yang di rencanakan kakeknya.

Suit! Tiba-tiba depan luka muncul laci kecil berisi, beberapa permen.

"oh iya, untuk menahan lapar jangka yang panjang, aku menyediakan ini" ucap seri.

"Aku butuh makan, bukan hanya sekedar pemen itu!" Tegas luka.

"Luka, permen itu akan membuat kamu kenyang untuk beberapa hari kedepan" ucap seri.

Akhirnya luka menyerah, dia memakan permen lalu menyenderkan badanya, menutup mata.

"tenang luka, aku tidak akan melakukan yang aneh-aneh" ucap seri.

Hening seketika.

avataravatar
Next chapter