1 Chapter 1

Matahari menyorot lapangan berpasir, angin membawa terbang pasir-pasir ke atas udara, ditambah gersangnya di tengah lapangan. terlihat beberapa anak sedang bermain, seakan lapangan sebesar sepak bola hanya milik anak-anak itu.

Ctak!!. Ctak! Ctak! Ctak! "Yeshhh!!" luka mengangkat tangannnya setinggi mungkin, kelereng yang dia tembak berhasil menembak tiga kelereng sekaligus.

"yah, jago banget, ga seru" ucap yoga mengeluh.

Hanif tertawa mendengar keluhan yoga.

Luka berjalan untuk mengambil kelereng yang di tembak.

Yoga mengambil alih untuk menembak kelereng, bersiap dengan jarinya, menekan dengan keras.

Ctak! Ctak! Ctak! Kelereng berhasil menembak dua kelereng.

"yah, Cuma dua doang" ucap yoga.

"yah bersukurlah, aku sekarang belom tentu dapet kelereng" ucap hanif.

"giliran kamu hanif" ucap luka sambil memasukan kelereng kedalam toples.

Hanif mengambil alih, bersiap untuk menembakan kelerengnya, Ctak! Ctak! Ctak! Hanif berhasil menembak dua kelereng sekaligus.

"yes" hanif mengepalkan tangannya dengan bangga.

Hanif berjalan mengambil kerelengnya.

Tong! Tong! Tong!

Luka, yoga dan hanif melirik setelah mendengar suara itu, mang es potong berjalan di pinggir lapangan.

"mang! Tunggu aku mau beli!" teriak yoga.

Luka dan hanif saling menatap satu sama lain. Yoga berjalan mendekati mang es potong.

"aku juga deh" ujar hanif berjalan mengikuti yoga.

Luka juga berjalan mendekati yoga dan hanif, "eh aku mau ambil uang, tungguin yah"

"ya" jawab yoga.

Luka berlari.

***

BRUG! Luka membuka pintu studio lukis kakek sangat keras, membuat kakek yang sedang mengaduk cat, terkejut.

"kek! Minta uang jajan" ujar luka sambil menyimpan tangannya di pinggang.

Kakek menghela nafas melihat cucunya, kakek meraih kaleng berisi koin-koin di atas mejanya, lalu menuangkan ke tangannya beberapa koin dan memberikannya ke luka.

Luka meraih koinnya dari tangan kakek, "Cuma segini kek? Tanya luka menatap kakeknya.

Kakek mengangguk, "kalau mau di tambah, ayo belikan dulu kakek kuas di sebrang jalan"

Luka mengkerutkan dahinya, menatap ke arah kakeknya, "engga ah kek, jauh"

"ya sudah, segitu saja uangnya" ujar kakek sambil menyimpan kalengnya.

"ya sudah!" teriak luka membalikan badannya lalu melangkah keluar dari studio lukis, dengan langkahan yang keras, dan membanting pintu studio.

Kakek hanya bisa menggeleng.

***

Luka kembali ke lappangan, yoga dan hanif sedang memakan es potong di tempat arena kelereng, luka membeli dulu es potongnya lalu bergabung dengan yoga dan hanif.

"Cepet banget ngambil uangnya" ucap yoga sambil memakan es potong.

"aku minta dari kakek" jawab luka.

"wohh, kakek kamu pelukis kan?" tanya hanif.

Luka mengangguk, fokus dengan es potongnya.

"boleh dong, kita melukis juga" ucap yoga.

Luka terhenti memakan es potongnya, melirik ke yoga, lalu menggeleng.

"lah emang kenapa?" tanya hanif.

"kakek aku nyebelin, tadi aja aku minta uang sedikasihnya" ucap luka.

"hmm" hanif melirik ke arah luka.

"dari ke dua kakek aku semua baik kok, ga pernah ada yang pelit, bahkan aku selalu di kasih apapun yang aku mau sama kakek" ucap yoga.

"nah bener, kakek aku juga sama gitu" ucap hanif.

Luka tiba-tiba diam sejenak, memikirkan hal itu, "kenapa kakek aku beda yah?"

Yoga dan hanif saling melirik satu sama lain, lalu menggeleng bersama.

avataravatar
Next chapter