1 Bu Ginting

Sean. Satu kata angker di sekolah ini. Kenapa di kata angker? Ya, mana saya tahu saya kan ikan. Oke sekarang serius. Sean Branagh. Sosok cowok dingin, kejam, jahat, disiplin dan sayangnya dia jenius. Eh, bukan cuma itu saja. Dia juga anak dari pemilik yayasan. Ya dia semakin angker kan?

Siswa lain memanggil Sean dengan panggilan kutub es atau kulkas dua pintu. Dan cuma Sharen di sekolah ini yang berani memanggilnya, "SEANNN!"

Sudah hal biasa. Sharen tau dia bakal jadi tontonan lagi kali ini. Tapi inilah yang Sharen mau. Sean menatap Sharen dengan tatapan tajamnya. Dan sayangnya Sharen sudah kebal dengan itu. Sean berjalan kesini dengan langkah kakinya yang besar. Dia berdiri tepat di bawah Sharen. Oiya btw, Sharen naik meja. Kenapa? Karena dia lebih pendek dari Sean Bra jadi dia naik meja biar gak gengsi. Masa majikan lebih pendek dari budak.

Sean menghela napasnya kasar. "Kenapa?," tanya Sean. Suaranya terdengar malas dan kesal.

Ya. Jadi mereka terikat perjanjian lebih tepatnya kesepakatan. Dan Sean kalah. Yap benar yang kalah bakal menjadi babu si pemenang sampai promnight mendatang. Seru kan?

"Oke, Sean Branagh. Mulai hari ini derajat lo gue angkat. Tepuk tangan dulu dong," kelekar Sharen terdengar mengejek. Hampir seluruh pengunjung kantin yang menyaksikannya bertepuk tangan. Karena si singa betina akan marah jika tidak ada yang tepuk tangan. Dan singa betina itu adalah Sharen.

Muka Sean memerah karena marah atau salting Sharen gak tau pasti. Yang penting merah.

"Yap, lo ... " Sambil menunjuk kearah Sean. " ... Mulai hari ini jadi pacar gue. Tepuk tangannya dong," tawa Sharen pecah di iringi dengan bunyi siul dan tepuk tangan murid lainnya. Dan tak lupa MangJisoo yang salah satu fanboy nya Blackpink.

Sean memalingkan wajahnya yang semakin memerah, lalu meninggalkan kantin tanpa sepatah katapun. Sean tidak terlihat seperti orang marah. Namun lebih terlihat seperti orang yang salah tingkah. Walaupun dia tetep cool sih. Aneh juga. Share mungkin berfikir dengan cara ini bisa mengeluarkan emosi lain di diri Sean selain diam, cool, dan tenang. Dia memang mayat hidup!

"Gila lo Ren. Bebeb Sean marah banget pasti. Ih, kasian gue," ucap Nabila tanpa dosa.

"Lo temen gue apa Sean sih," kesal Sharen.

Nabila nyengir lalu memeluk Sharen dan berkata, "Gue ya Sharen polepel lah"

"Gue juga Sharen polepel" tambah Saski

"Sharen polepel kok gue. Jangan mendelik gitu kearah gue ih," kekeh Felli. Mereka tertawa bersama. Tanpa sadar ada seseorang yang sedang menguntit kami dari kejauhan. Dan orang itu adalah Sean Branagh.

***

TRRINGGGG!!!

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi nyaring ke seluruh penjuru sekolah. namun guru di kelas Sharen masih saja sibuk dengan laptopnya.

"Bu! ngorok yak?," seru Sharen kesal.

Satu kelas langsung ramai dengan tawa tak luput murid dari kelas lainnya yang kebetulan sedang melewati kelas ini.

Bu Ginting atau bisa di plesetin menjadi Bu Sinting karena hobinya yang tidur atau nge-drakor sewaktu mengajar. Padahal umur udah bau tanah. Masih aja baperan sama drakor. Apalagi sama serial yang trending banget di kalangan emak-emak itu, termasuk emaknya Sharen. 'The World of The Married' setiap pelajarannya pasti dia selipin "Seperti yang ada di TWOTM itu ... bla bla bla" dan berakhir dengan kengenesan muridnya. Pasalnya paham enggak bosen iya. Oiya, dia itu guru Bahasa Indonesia tapi name tag nya pakai Abjad Korea. Cocok dengan panggilannya dia Bu Sinting. Oke kembali ke topik.

"SHAREN! barusan suara kamu kan? siapa lagi yang berani mengusik ketenangan ibu di jam pelajaran ini selain kamu!," murka Bu Ginting.

Sharen menjawab dengan malas sembari merapikan peralatan sekolahnya. "Bu, ini udah bukan jam pelajaran. Ini itu udah jam pulang. Noh, liat mereka dah pada balik. Ibu aja yang keasyikan nge-drakor. Pasti mantengin The King kan. Hayoloh,"

Wajah Bu Ginting terlihat merah lalu menoleh ke laptopnya dan menengok kembali ke arah Sharen dengan tatapan bingung. 'Si tengil kok bisa tau ya gue nonton The King' ucap Bu Ginting dalam hati.

"Ngaco! ya sudah anak-anak pelajaran ibu hari ini sampai di sini ya. Sampai ketemu di pertemuan berikutnya."

Sean yang berada pada jendela kedua di kelas Sharen dibuat tersenyum walau dikit dan hanya dia dan tuhan yang tau, karena ulah si tengil. Yakni, Sharen.

Sharen mengemasi barangnya sembari menyanyi riang. Moodnya sangat bagus hari ini. Pertama, karena dia pacaran sama Sean. Kedua, karena dia berhasil mengerjai Bu Sinting di depan banyak murid. Ah, senangnya dalam hati~. Eits stop!

"Bahagia bener dah si harimau hari ini" canda Nabila pada teman sebangkunya, Sharen.

"Gue? Happy forever dong," balas Sharen.

Nabila menangkup pipi merah Sharen dengan kedua tangannya. "Cie yang mau pulang bareng sama Sean. Dugun-dugun nih ceritanya?" goda Nabila.

"Iya ih gue dugun-dugun. Tapi dugun-dugun gegara lo pegang pipi gue tolol. Kek mau nyipok gue aja. Sorry ya Nabil walaupun kita makan, mandi, minum pokoknya hampir semua bareng. Tetep aja gue masih doyan cowo tau!," kesal Sharen.

Nabila, Saski dan Felli menonyor kepala Sharen bersamaan. Sharen mengucapkan nya dengan lantang. Yakali, yang denger gak nething sama ucapan Sharen.

Sean ikut tersenyum dibuatnya. Dia melihat jamnya. Dia harus cepat. Akhirnya Sean memutuskan menjemput Sharen ke dalam kelasnya.

"Buruan balik. Gue udah nunggu lama,"

Singkat, padat dan jelas. Tapi cukup membuat Sharen malu dibuatnya. Jadi, Sean tadi mendengarkan obrolan dia dan teman-temannya dong.

Sean berjalan 2 meter di depan. Langkah kakinya lebar. Sean terlihat buru-buru. Tidak biasanya Sean begini. Ya, Sharen mengaku pernah stalking Sean. Jadi kurang lebih dia paham kalau cowok di depannya kini sedang buru-buru. Sean itu orang tersantai saat jalan. Dia berjalan seakann berada pada panggung catwalk, biasanya. Tapi kali ini berbeda.

Sharen berlari kecil menyusul Sean di depannya. Lalu dengan cekatan tangan mungilnya merengkuh tangan Sean yang bergelantung bebas. Sean kaget bukan main dibuatnya.

Lagian si satu tengil ini, udah tau Sean gak suka di pegang-pegang malah ngerangkul. Kan kesel.

"Sans lu thor. Kan lu yang nyiptain gue begini modelannya," kesal Sharen.

Sean terkejut karena Sharen memegang tangannya atau lebih tepat bergelantung di tangannya. Sean merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ini kali pertama nya dia tidak marah di sentuh oleh orang asing seperti Sharen atau 'Si tengil'.

Sean tetap berjalan tanpa memedulikan Sharen yang kesusahan untuk menyamai langkah lebarnya.

"Sean ih, bisa pelanin dikit gak tempo jalannya? kaki aku belibet nih ntar keseleo gimana?," keluh Sharen sembari cemberut.

Sean menaikan alisnya sebelah, dia menjawab dengan santai, "Lagian siapa suruh gentawilan di tangan gue. Ini tangan itu cuma punya gue. Gak ada yang boleh megang selain gue"

MATAMU SOMPLAK. Dua kata kasar yang ada di kepala Sharen saat ini. "SEAN BRA! pertama, siapa yang lo kata gentawilan? kedua, APA? HAH? GAK SALAH DENGER? TANGAN ITU PUNYA ALLAH BUKAN PUNYA LO"

Sean terlihat geli dengan ucapannya sendiri. Bisa-bisanya dia mengucapkan hal bodoh tadi. Tapi dia berusaha untuk tetep cool.

"T-tapi kan di kasih pinjem ke gue. Jadi gue berhak menjaga apa yang di pinjami dong. Termasuk menjaganya dari serangga macam lo. Lagian, orang waras mana yang bergelantung di tangan orang," balas Sean setengah malu.

Muka Sharen semakin memerah. Sharen maju dua langkah sampai tepat di hadapan Sean. "Siapa yang lo bilang bergenlantung? dan ... SIAPA YANG LO KATA SERANGGA?"

Sean hanya bergidik lalu menjawab dengan santai, "Maybe"

Tak sengaja Sean meraih tangan Sharen lalu menuntun Sharen menuju parkiran mobilnya.

Sharen dibuat tercengang dengan tingkah spontan Sean.

"Buruan masuk. Lo mau sampai kapan berdiri disitu?"

***

avataravatar