webnovel

Satu

*

*

*

*

Happy Reading

Matahari perlahan menyinari sebuah mansion bertingkat dua. Gorden abu-abu polos menghalangi sinarnya yang mencoba masuk ke dalam sebuah ruangan. Tempat tidur berukuran king size, lemari pakaian yang terbuat dari kayu yang terlihat seperti laci, sebuah meja rias sederhana dengan bedak, lipstik, dan lain-lain di atasnya. Tiga buah cermin yang tingginya 180cm dengan lebar berkisar 50cm berada di samping meja rias.

Rambut coklat panjang, berada di atas ranjangnya dengan selimut merah yang menutupi seluruh tubuhnya. Seorang laki-laki bertubuh jangkung dengan tinggi 190cm, rambut hitam legam mengenakan kemeja putih dan jas pelayan berwarna hitam, serta pin emas di dada kanannya berbentuk seperti dua ekor semut yang saling menyentuh antenanya.

Laki-laki itu perlahan membuka gorden dengan kedua tangannya. Tubuhnya berbalik dan memandang segumpalan sesuatu di bawah selimut. "Nona muda, sudah waktunya anda bangun!" suara lembutnya membuat nona muda yang dia panggil semakin meringkuk.

"Lima menit lagi." Ujar nona muda dengan suara lemah.

"Nona muda, jika anda tidak segera bangun, Tuan Muda Ardian akan marah." Laki-laki itu perlahan menghampiri nona mudanya yang masih meringkuk di atas tempat tidur.

"Aku bangun!" Seketika nona mudanya terduduk. Senyuman tipis tersungging di bibir laki-laki itu. Wajah bersih dan kulit putih bersih, rambut coklat panjang yang sedikit berantakan. Piyama berwarna putih dengan memperlihatkan lengan dan bahunya yang kurus.

"Saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda." Ujar laki-laki itu seraya sedikit membungkukkan badannya dan tangan kiri menyentuh dada kanannya. Nona mudanya segera melepaskan tubuhnya dari balutan selimut merah.

"Terima kasih." Ujarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi yang menjadi satu dengan kamarnya. Laki-laki itu memandang nona mudanya hingga menutup pintu kamar mandi lalu pergi.

...

Sebuah ruang makan yang luasnya sepuluh kali lima meter. Sebuah meja makan yang panjang berada di tengah-tengah ruangan dengan kursi yang tertata rapi. Lampu gantung yang terbuat dari batu alam berwarna bening berada di atasnya. Tiga buah jendela besar membantu cahaya matahari masuk ke dalam ruangan. Tiga vas kecil berwarna putih dengan perpaduan Bunga Seruni putih dan Daisy di atas meja makan.

Seorang laki-laki muda dengan usia berkisar 25 tahun dengan pakaian rapi duduk seraya membaca sebuah Koran harian. Tubuh yang jangkung dan terlihat sedikit berotot. Wajah tampan dari kulitnya yang halus dan pipi yang tirus.

Roti yang telah dipanggang, gumpalan daging yang berbentuk lingkaran dan pipih dengan rare daging setengah matang berwarna kecoklatan. Semangkuk salad yang tersebuat dari selada, tomat cherry, dengan tambahan buah berry tersedia di atas meja.

Laki-laki muda itu menutup korannya setelah merasakan kehadiran seseorang. "Selamat pagi!" sapanya dengan suara serak basah dengan senyuman yang tersungging di wajah tampannya.

"Selamat pagi!" balas seorang gadis yang datang seraya mengenakan gaun berwarna biru tua yang melebar pada daerah pinggul hingga kakinya. Gaun sederhana namun terlihat mewah hanya memperlihatkan tangan dan dada atasnya yang sedikit terbuka.

Laki-laki pelayan tersebut menarik kursi yang berada di dekat laki-laki yang membaca Koran. Gadis itu duduk dengan anggun dan mengambil koran yang telah dibaca orang yang berada di sebelah kanannya.

"Apa yang akan kau lakukan hari ini, Anna?" tanya laki-laki itu dengan wajah penasaran memandangi gadis bernama Anna.

"Tidak ada." Jawab gadis itu dengan tenang lalu meminum susu hangat seraya membaca Koran pagi yang telah dia lipat dan meletakkan di hadapannya setelah menyingkirkan sepiring roti panggang dan hamburger. Laki-laki itu hanya tersenyum lalu memakan sarapannya. "Ardian, aku ingin membeli buku." Sambung gadis itu seraya memandang laki-laki yang duduk di dekatnya, Ardian.

"Apa buku di perpustakaan kita tidak ada yang menarik lagi, Anna?" Tanya Ardian dengan wajah heran.

"Aku sudah membaca semuanya." Jawab Anna dengan santai.

"Tanpa izinku, kau bisa membelinya sendiri. Han bisa menemanimu seperti biasa. Aku harus pergi bekerja." Ucap Ardian seraya berdiri setelah membersihkan mulut dan melepaskan kain putih yang menutup pakaiannya.

Anna membulatkan matanya dan lehernya refleks memandangi saudara tuanya. "Bekerja? Kau akan bekerja di hari minggu? Apa ada masalah di perusahaan?" Tanya Anna dengan wajah khawatir memandang saudara tuanya, Ardian.

Ardian mendekati Anna lalu mengelus lembut kepala adiknya. "Ada sedikit masalah yang membuatku harus ke sana. Jangan khawatir!" Jawab Ardian dengan santai seraya tersenyum.

"Katakan jika kau memerlukan bantuanku." Ucap Annda. Ardian menganggukkan kepalanya. Anna hanya terdiam memandang kepergian Ardian.

...

Anna duduk di atas kursi kayu sederhana dan meja kecil di hadapannya. Setumpuk buku memenuhi meja dan kursi kosong berada di dekatnya. Jendela besar yang mengarah ke halaman depan dan cahaya mentari masuk. Ruangan dengan luas lima kali lima meter penuh dengan rak-rak buku yang tertata rapi.

Han yang masuk beserta membawa baki perak dengan ukiran bunga di pinggirannya. Sebuah amplop berwarna putih dan lambang kambing berdiri seraya membawa tongkat sebagai lambang menunjukkan siapa sang pengirim.

"Nona muda, sebuah surat untuk anda dan Tuan Muda Ardian." Ujar Han dengan sopan. Anna yang sedang membaca sebuah buku meliriknya. Anna meletakkan bukunya dan mengambil amplop putih di atas baki. Anna membuka sebuah surat setelah melepaskan perekatnya dengan pisau pembuka surat.

"Merepotkan!" Ujar Anna dengan wajah datarnya membuang surat itu dengan sembarangan.

"Apa saya perlu membuat surat penolakan?" tawar Han seraya memungut surat yang sudah jatuh di lantai.

"Tidak perlu. Aku tidak mau merusak nama baik Ardian." Ucap Anna dengan tenang seraya membuka kembali buku yang dia baca.

"Baiklah, nona muda." Han menundukkan tubuhnya sebentar lalu berbalik hendak meninggalkan Anna.

"Apa bisa kita pergi ke toko buku? Aku ingin melihat apakah ada buku baru." Ujar Anna seraya memandang Han. Han menghentikan langkahnya berbalik memandang nona mudanya.

"Saya akan menyiapkan mobil." Han menundukkan kepalanya lalu pergi. Anna memandang halaman depan dengan wajah tenang. Sinar matahari mengenai wajahnya yang putih. Terasa hangat baginya.

Sebuah toko buku sederhana dengan tembok terbentuk seperti tumpukan batu. Sebuah papan kayu yang bertuliskan "BOOKSTRORE" dengan cara diukir. Sebuah pintu kayu dengan sebagian atasnya terdapat kaca dan bagian atas terdapat lonceng perak.

Anna mengenakan jaket coklat yang memiliki kancing di lehernya. Anna perlahan masuk setelah lonceng berbunyi saat dia membuka pintu toko buku tersebut. Han dengan tenang berdiri di belakang mengikuti nona mudanya.

Seorang gadis yang menggunakan gaun sederhana menghampirinya dengan penuh senyuman. Wajahnya sedikit terkejut memandang tamu yang datang. "Anna."ucapnya dengan lirih.

"Anna~. Aku merindukanmu!" teriaknya dengan wajah senang berlari memeluk Anna. Anna hanya tersenyum tipis tidak membalas pelukannya. "Apa yang membawamu kemari? Lama kita tidak bertemu." Gadis itu melepaskan pelukannya dan memandang Anna dengan wajah senang. Kulit sawo matang dan rambut coklat kehitaman dan memiliki senyum yang manis.

"Aku mencari buku yang menarik. Bisakah kau menunjukkannya padaku, Erina?" Anna dengan senyuman tipisnya dan suara penuh kehangatan membuat gadis bernama Erina tersenyum cerah seraya menganggukkan kepalanya.

Erina menarik tangan Anna dengan senang seraya memperlihatkan beberapa buku yang mungkin menarik untuk Anna. Erina membawa Anna ke rak novel yang berkisah romansa, persahabatan, dan horror namun, Anna hanya menggelengkan kepalanya.

Han dengan tenang menunjukkan sebuah buku yang cukup tebal. Tertuliskan nama "SHERLOCK HOLMES" dengan siluet gambar seorang laki-laki yang sedang memegang pipa rokok. "Nona muda, apakah buku ini yang anda inginkan?" Han menyodorkan buku itu pada Anna.

Anna menerimanya dan membaca ringkasan cerita yang berada di cover belakang buku tersebut. "Karya SIR Arthur Conan Doyle? Terima kasih, Han. Erina aku ambil buku ini."

"Tuan Han paling mengerti Anna. Padahal sebentar lagi aku akan membicarakan buku ini." Puji Erina seraya menerima buku yang akan Anna ambil.

"Terima kasih atas pujiannya, Nona Erina." Han membungkuk hormat dengan tangan kirinya menyentuh dada kanannya.

Next chapter