45 45. Pertemuan tak disengaja

"Thalita, Aku minta maaf karena memaksamu ikut denganku." Furkan memindahkan porsneling mobilnya.

Thalita mencoba menjawab dengan tenang.

"Tuan, tidak perlu meminta maaf, justru Aku yang seharusnya minta maaf karena telah mengasarimu." Thalita menurunkan egonya yang dari semenjak berangkat selalu tinggi.

"Tuan, Aku pikir Kau sudah sangat sabar menanggapiku." Thalita pun menatap ke arah Furkan.

"Kau juga sudah sangat sabar menghadapiku." Furkan membalikkan kata- kata Thalita.

Thalita sangat risau dalam hatinya memikirkan apa yang sedang dipikirkan Furkan sekarang ini, terlebih mengetahui jika Furkan masih sangat dekat dengan mantan pacarnya, Fahriye.

"Thalita, bagaimana dengan selera Fahriye? Dia sangat pandai kan memilihkan apa yang bagus untukmu?"

Thalita tersentak dengan pertanyaan Furkan.

Bukannya menjawab, Thalita memasang wajah jutek bak orang yang sedang cemburu.

"Thalita, kau suka tidak?" tanya Furkan sekali lagi.

"Iya, Aku suka sekali dengan riasan Fahriye Abla."

"Aku sangat iri senang jika Kau sangat menyukai apa yang dipilihkan Fahriye untukmu."

Batin Thalita. Tentu Kau suka, Fahriye Abla kan mantanmu, pasti Dia tahu apa yang kau sukai.

Furkan tak merasa ada getaran api cemburu yang menghentakan hati Thalita.

"Lain kali, kalau ada apa- apa, Fahriye saja yang menjadi MUAnya bagaimana?"

"Iya Tuan, trserah Kau saja!" jawab Thalita dengan nada ketus.

Furkan pun menyadari dengan nada ketus Thalita.

"Kau kenapa sih dari tadi? Tadi sudah minta maaf, kok tiba- tiba nada suaranya tak mengenakan lagi?"

"Tidak Tuan... Tidak ada apa- apa."

"Aku sangat khawatir Thalita, dalam waktu satu detik saja Kau bisa merubah moodmu seratus delapan puluh derajat."

"Iya Tuan maaf... Aku minta maaf. Aku tidak kenapa- napa kok."

Furkan mengernyitkan dahinya. "Baik, Aku percaya Kau tidak kenapa- napa."

Akhirnya Mereka tiba di Hotel The Stay Bosphorus.

Furkan membukakan pintu mobil Thalita dan menawarkan tangannya.

Thalita pun menggapai tangan Furkan, Mereka pun berjalan berdampingan memasuki Hotel dan menuju ke Balroom Hotel dimana pertemuan tersebut diadakan.

Furkan disambut baik oleh beberapa pelayan dan menawarkan minuman.

"Tuan mau mencoba wine atau cocktailnya?" tanya sang Pelayan.

Furkan pun menolak tawaran sang Pelayan.

Ia berjalan menuju ke tengah bersama Thalita.

Seorang Pria setengah baya menyapa Furkan. "Furkan Atagul."

"Tuan Selim Akkaya." Furkan balik menyapa Pria tersebut.

"Apa kabar?"

"Baik, Tuan. Anda apa kabar? Lama sudah tak berjumpa."

"Baik." Selim melirik ke arah Thalita.

Thalita hanya tersenyum kecil menyapa Selim.

"Ini calon istrimu? Tunanganmu?"

"InsyaAllah Calon istri dan tunanganku," jawab Furkan. "Perkenalkan ini Thalita."

"MasyaAllah cantik sekali calon istrimu Furkan, Kau sangat pandai mencari istri Furkan."

Thalita mencoba menyapa. "Halo Tuan Selim Akkaya, perkenalkan nama Saya Thalita Assegaf." Thalita menaruh tangannya di dada.

Selim terpana melihat Thalita.

"Kau bukan asli Turki? Kau berasal dari Timur Tengah?"

"Ayah Saya asli Indonesia keturunan Saudi, Ibu Saya asli Turki."

"Kau blesteran ternyata. Aku penasaran dimana Furkan menemukanmu?" tanya Selim.

"Tuan Selim, Saya ada keinginan bekerja sama denganmu. Namun belum sempat menghubungimu. Saya juga sangat khawatir Anda sangat sibuk sehingga tak bisa menemukan waktu untuk bekerja sama dengan Saya."

"Furkan, Saya sudah menunggu- nunggu tawaran kerja sama darimu. Kau tahu kan, jika Kau yang mengajak kerja sama, orang lain akan kutolak tawaran kerja samanya demi memprioritaskan tawaran kerja sama darimu."

"Baiklah kalau begitu, akan segera Saya atur proposal kerja samanya kepada Anda."

"Saya menunggu proposal darimu, Furkan." Selim melihat Wanita muda di depannya dan menyapanya. "Melika..."

Wnita muda berambut merah tersebut menghampiri Selim.

"TuaN Selim Saya kira Anda kemana..." Wanita tersebut nampak langsung mendempet Selim. Selim merangkul erat Wanita tersebut dan Ia pun berlalu meninggalkan Furkan dan Thalita.

Thalita tersenyum kepada Wanita tersebut dan dimbalas senyum juga.

Furkan berbisik kepada Thalita.

"Thalita, Tuan yang tadi adalah Bos Perusahaan Huaxia."

"Huaxia China?"

"Iya, benar."

"Di Indonesia sangat berkembang Perusahaan Huaxia."

"Di Turki pun juga sama."

"HalloTurk kemungkinan akan segera mengganti vendor perangkat komunikasinya ke Huaxia. Aku sudha sangat mempertimbangkan segalanya sejak beberapa lama, namun belum sempat terealisasi."

"Aku punya banyak teman yang bekerja di Huaxia di Indonesia. Aku tahu Huaxia adalah salah satu vendor perangkat telekomunikasi yang sangat besar dan mumpuni, namun mantan Perusahaanku dulu tak ingin bekerja sama dengan Huaxia, Mereka memakai Perusahaan asli Korea seperti Samsung untuk mengimpor segala perangkat komunikasi."

"Korea sangat anti-China bukan setahuku?"

"Entahlah. Aku tidak mengurus soal itu."

"Aku harus menyapa orang di depanku lagi. Dia adalah bos dari Apple Turkey."

Pria yang memiliki wajah dari Asia Selatan dengan tubuh tingi besar rambut rapi klimis menyapa Furkan.

"Furkan, Aku mencarimu sejak tadi. Ternyata Kau baru terlihat."

"Maaf Tuan Ajit Sharma, Aku baru datang." Furkan melihat Pria tersebut menggandeng wanita cantik berpakaian cukup terbuka dimana belahan dadanya sanpai di bawah payudara, rambutnya ikal blonde, wajahnya seperti Wanita berkulit putih pada umumnya.

Pria tersebut tampak sangat sumringah bertemu Furkan.

"Furkan, Aku sudah menyuruh sekretarisku mengimkan proposal untukmu. Kau sudha menerimanya kan?" tanya Ajit.

"Iya Tuan, Saya akan mengeceknya lagi."

"Ngomong- ngomong ini siapa? Pacar barumu?" tanya Ajit sembari melirik Thalita dan tersenyum hangat kepada Thalita.

"Perkenalkan nama Saya Thalita Assegaf, tunangan dari Tuan Furkan." Kini Thalita sudah lebih percaya diri memperkenalkan dirinya sendiri ke rekan kerja Furkan.

Furkan sangat bangga dengan apa yang dilakukan Thalita.

"Calon istri rupanya, Selamat kalau begitu... Aku harap pernikahan Kalian berjalan dengan lancar nantinya."

"InsyaAllah..." ujar Furkan.

Wanita yang berdiri di samping Ajit tampak terus memandang Furkan dan memberikan wkode senyuman yang tak biasa.

Furkan hanya membalas dengan senyum kecil.

Ajit pun berlalu dengan pasangannya tersebut.

"Tuan Furkan... semua rekanan bisnis Anda nampaknya sangat ingin tahu siapa Aku, Kau tak bertanya balik kepada Rekananmu datang dengan siapa?" tanya Thalita.

"Tidak perlu Aku bertanya, cukup melihat gerak- geriknya saja Aku sudah tahu siapa Wanita yang Mereka bawa Asal Kau tahu ya Thalita, Mereka menanyai siapa Kau karena Kau nampak Wanita yang tak mungkin Aku kencani dalam semalam."

Thalita sendiri terkejut dengan kata- kata Furkan. Batinnya. Apa? Kencan dalam semalam? Tentu Aku bukan Wanita yang seperti itu? Seenaknya saja Tuan Furkan berkata?! Sabar Thalita... sabar...

"Kau satu- satunya Calon istriku dan Aku akan memperkenalkanmu ke semua rekan kerjaku."

"Iya Tuan. Aku sangat mengerti, pernikahan Kita juga tetang bisnis, Aku tak bisa protes apapu." Thalita menjawab ketus.

Furkan menggandeng Thalita menuju ke pelataran ballroom.

Mereka berpapasan dengan Seseorang yang tak terduga.

"Tuan Inwoo, Anyeonghaseyo...." sapa Thalita.

**

avataravatar
Next chapter