43 43. MUA

Thalita dijemput oleh Furkan di rumahnya, Ia diajak ke acara makan malam Pengusaha Turki di Hotel The Stay Bosphorus. Hotel berbintang 5 yang sangat megah dan mewah yang berdiri tegak menjulang di pingggiran Selat Bosphorus.

Sayangnya Furkan tak memberitahukan Thalita tempat yang dituju sehingga Ia yang hanay pakai pakaian santai diajak ke salon dan butik terlebih dahulu untuk didandani cantik oleh para MUA dan fashion stylist disana.

"Aku bisa bergaya dengan pilihanku sendiri tanpa harus ke salon dan butik, Tuan!" Thalita hanya menggumam saja di dalam mobil Furkan.

"Tidak Thalita, akan lebih bagus jika Kita menyerahkan ke yang spesialisnya! Kau hanya tinggal duduk manis saja, semua selesai!" ujar Furkan sembari fokus menyetir.

"Aku juga sudah biasa kok ke pertemuan Pengusaha seperti ini sehingga Aku tahu apa yang Aku harus kenakan dan mendadani diriku sendiri sesuai dengan seleraku!" ujar Thalita yang masih keras kepala.

Furkan hanya geleng- geleng kepala saja. "Apa yang susah dari menuruti kemauanku yang sangat sederhana dan sepele seperti ini sih?!"

"Aku sudah curiga dari awal, mengapa Kau tiba- tiba mengajakku pergi mendadak! Harusnya kutolak saja ajakanmu dari awal!"

Furkan menghela nafas panjang, AC di dalam mobil sudah di punak dingin. Ia pun mengecilkan satu knot di bawahnya.

"Kita itu pasangan tunangan ya Thalita... Aku tidak ingin orang- orang curiga mengenai apa yang akan ditanyakan orang- orang mengenai hubungan Kita, apalagi acara ini adalah acara sangta penting dimana para undangan akan membawa pasangannya. Aku tentu tidak bisa melewatkan sesuatu yang amat penting ini! Kau harus mengerti ya Thalita! Bersikaplah sesuai dengan statusmu sekarang!" ujarnya.

"Status Kau bilang? Aku rasa, tidak ada yang berubah dari statusku sekarang! Aku hanya wanita biasa yang tidak akan pernah memiliki status setinggi Kau, Tuan!" balas Thalita sinis.

Furkan diam saja dan mendiamkan Thalita kali ini karena Ia tahu jika Thalita bisa lebih meradang jika Ia membalasnya.

Akhirnya Mereka pun tiba di depan Salon yang dimaksud dimana, Salon yang dimaksud adalah milik MUA ternama di Turki, Fahriye Ates yaiyu Ates Beauty Salon dimana Ia juga menyewakan baju untuk bridal sehingga tak perlu mencari butik lagi untuk mencari baju pesta.

"Ayo turun!" Furkan membuakakan pintu untuk Thalita yang masih diam di dalam mobil Furkan.

Thalita pun ogah- ogahan turun dari mobil mewah Furkan tersebut.

"Kau sangat suka mobil porsche baruku ya rupanya?" goda Furkan.

"Mobil baru?" Thalita menyipitkan matanya melihat ke arah mobil Furkan. "Mobil baru darimana?"

"Iya, ini masih baru! Kau sering kujemput naik mobilku bahkan tak sadar jika Aku ganti mobil?" Furkan sangat terkejut.

"Apa sih bedanya sama mobil yang kemarin- kemarin Kau pakai?!" Thalita tetap tak bisa menemukan perbedaan mobil Furkan yang baru dan yang lama.

"Yang biasanya Aku pakai Porsche 718 Cayman yang ukurannya lebih kecil, lalu yang sekarang ini adalah seri Panamera Sport Turismo didesain jelas- jelas lebih sporty!"

"Ya ampun Tuan, masih sama- sama Porsche, warna masih sama- sama merah! Bodynya pun..." Thalita memincingkan matanya melihat ke mobil tersebut dengan seksama. "Sama aja dong! Apa bedanya?! Mana Saya mengerti!"

Furkan terkejut, baru kali ini ada Wanita yang sebegitu tak pedulinya terlebih saat jalan bareng dengan dirinya, padahal setiap wanita yang Ia kencani dulu pasti akan langsung paham jika Ia ganti mobil dan langsung memujinya soal mobil yang baru Ia beli. Thalita bahkan tak peduli mobil apa yang Ia pakai untuk menjemputnya. Ia tidak harus berkata apa menemukan Wanita yang seperti ini di kehidupan nyata karena Ia belum pernah menangani Wanita yang seperti Thalita ini.

"Ok- Ok! Saya minta maaf ya Thalita, nggak semua orang peduli dan memperhatikan mobil yang Saya pakai!"

Suasana kikuk pun terjadi.

Thalita hanya diam saja begitu Furkan meminta maaf. Batinnya. Apa Aku terlalu keras ya berbicara dan bersikap di depan Tuan Furkan? Kok jadi Aku yang tidak enak mendengarnya minta maaf?

"Yaudah Tuan, Kita masuk saja ke dalam!" Thalita pun agak melunak kali ini dan tak memasang urat lagi untuk berbicara.

Mereka pun masuk ke dalam Beauty Salon tersebut.

Studio make up yang sangat mewah itu melayani berbagai macam jenis perawatan kecantkan. Para pekerja yang ramah menyambut kedatangan Mereka berdua.

Fahriye menyapa Furkan.

"Furkan, apa kabar?" Mereka berdu saling menyapa dengan cipika- cipiki dan memeluk setengah.

"Baik, Fahriye. Kau bagaimana?"

"Aku baik tentu..." Fahriye melirik ke arah Thalita. "Ini yang namanya Thalita ya pasti?" Ia melemparkan senyum lebar menatapnya.

"Evet! Thalita... ini Fahriye, Dia temanku dari SMA. Dia adalah MUA dengan jam terbang yang terkenal di Istanbul dan telah melayani client- client dari kalangan Artis dan Pejabat." Furkan mengenalkan Fahriye.

Fahriye memeluk Thalita.

Thalita terkejut, Ia hanya menyentuh bahu Fahriye perlahan.

"Thalita, Aku ingin Kau merasa nyaman saat aku mendandanimu!"

"Terimakasih Nona Fahriye."

"Aku menunggu di ruang tunggu ya kalau begitu," ujar Furkan meninggalkan keduanya.

Fahriye menggiring Thalita ke studio utama makeupnya.

"Thalita, hijabnya dilonggarkan atau dicopot dulu ya!"

"Baik Nona!"

"Panggil Aku Abla saja! Supaya lebih akrab!" ujar Fahriye sembari menyuruh asistennya membawakan peralatan makeupnya.

"Baik Abla!" jawab Thalita.

Thalita melepaskan hijab abu- abunya dan meninggalkan ciputnya saja yang msih terpasang.

Fahriye pun mulai membersihkan wajah Thalita dari makeup yang telah tersapu di wajah Thalita.

Thalita melihat gerakan tangan Fahriye yang sangat cepat menyapu wajahnya dan sangat hati- hati mengutak- atik wajahnya.

"Abla teman SMA dari Tuan Furkan, benar?" tanya Thalita.

"Iya, Aku sudah 15 tahun mengenal Furkan, Aku sudah sangta mengenalnya!"

"Tuan Furkan memang sejak dulu sperti itu?"

"Seperti itu bagaimana maksudnya?"

"Maksudku..."

"Apa?"

Thalita nampak ragu ingin bertanya sesuatu.

"Apakah Tuan Furkan sangat digandrungi banyak wanita sejak dulu?" tanyanya agak kikuk.

Fahriye tersenyum sembari mengulaskan concealer di bawah mata Thalita. "Kau merasa cemburu?"

"A... Tidak- tidak!" elak Thalita.

"Kalau tak cemburu kenapa bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja!"

"Furkan sangat baik ke semua teman Wanitanya, saking baiknya mungkin orang bisa salah paham dengan kebaikan Furkan tersebut."

"Aku nggak yakin jika seperti itu!" ujar Thalita. Ia bersungut. Baik ke semua Orang? Kayanya pengecualian kalo ke Gue deh!

"Furkan mungkin kelihatannya playboy, namun percayalah Dia sangat menyayangi Wanitanyang menjadi pendampingnya! Aku jamin jika Ia adalah Pria yang sangat baik dalam meperlakukan Wanita, pokoknya Wanita pasti akan meleleh jika mendapat perhatian yang bertubi- tubu dari Furkan!" jelas Fahriye.

Thalita terdiam sejenak. "Abla pasti sudah sedekat itu ya dengan Tuan Furkan sehingga tahu sekali soal ini..."

"Iya, Aku kan mantan pacarnya saat SMA!" ujar Fahriye sembari tersenyum.

**

avataravatar
Next chapter