27 27. Kegelisahan

Furkan pun memasang senyum simpul. "Saya rasa ini bukan waktunya saya bisa membagikan kabar baik ini. Ini waktunya jam kerja."

"Iya saya tahu jika ini adalah waktu jam kerja, namun memangnya tidak boleh kita berintermezo sejenak? Paman penasaran dengan perkataan Yusuf."

"Thalita..."

Thalita yang dari tadi menunduk pun menyahut. "Iya Tuan."

"Ini Paman, calon tunangan saya namanya Thalita Assegaf." Furkan pun menunjukan Talita.

Sontak orang- orang di ruangan tersebut tertegun dengan kenyataan tersebut.

Pelin dan Mustafa menatap ke arah Thalita, rasanya tak percaya jika Thalita adalah tunangan Furkan.

"Halo Thalita..." sapa Mansur.

"Halo Tuan Mansur..."

"Senang bisa bertemu denganmu."

Thalita tersenyum. "Saya juga senang bertemu dengna Anda Tuan."

"Saya harap acara pertunangan berjalan lancar dengan Thalita ya..."

"Terima kasih atas doanya Tuan."

Akhirnya mereka rombongan Furkan pun pergi dari bagian QC IT.

Bagian QC IT dipersilahkan menempati kembali tempat mereka masing- masing.

Pelin pun mendadak menatap Thalita dengan serius. Mustafa juga melakukan hal yang sama. Mereka tampak tak percaya akan berita yang baru saja mereka terima.

"Thalita, kau pasti bohong kan? Kau benar tunangan dengan Tuan Furkan?" Pelin menggerak- gerakan bahu Thalita.

Thalita sendiri masih syok.

Mustafa juga menanyakan hal yang sama.

"Maaf telah membuat kalian heboh... sebenarnya..." Tthalita tampak grogi.

"Thalita bagaimana kau bisa bertunangan dengan Tuan Furkan?"

"Sudahlah... ceritanya panjang. Lagipula ini hanya perjodohan saja, kalian tak perlu membesarkan hal ini! Aku sendiri juga belum tentu menikah dengan Tuan Furkan." Thalita tampak tenang sekarang.

"Loh? Kok bisa?" Pelin menaikan alisnya sebelah.

"Aku tiidak tahu bagaimana seterusnya hubunganku dengan Tuan Furkan. Kumohon jangan introgasi aku." Thalita berusaha kembali fokus ke kerjaannya, Ia sibuk menggerakan mouse PC nya.

"Thalita, beruntung sekali kau bisa menjadi istri Tuan Furkan..." Pelin memeluk sahabatnya tersebut.

"Tunggu..." Mustafa memincingkan matanya. "Bukankah Kau bilang Tuan Furkan itu pacar dari temanmu ya Pelin?"

Pelin mmincingkan matanya sebelah. "Dilraba? Kurasa dia hanay pacar sesaat Tuan Furkan. Aku sudah menduga cepat atau lamabat Tuan Furrkan akan membuang pacarnya tersebut!" Pelin nampak sangat puas.

"Aku takut melukai perasan Dilraba, bagaimanapun kita sebagai sesama perempuan tak hbolehmelukai perasan wanita lain." Thalita nampak sangat khawatir.

Pelin memelototi Thalita, alisnya yang berwarna khaki sepert rambutnya juga ikut ke atas. "Dengar ya Thalita, sudahlah wanita cantik seperti Dilraba juga pasti banyak yang mengantri, lagipula Ia juga kan kaya raya jadi kau tak perlu khawatir!"

"Dilraba itu... aku tahu dia yang merupakan anak konglomerat Kazakhastan dan bekerja di majalah Fleur kan?" Mustafa menerka.

"Benar, Mustafa! Tepat sekali!" ujar Pelin.

"Dia temannya temanku jadi aku tahu Dilraba! Dia kan temanmu juga Pelin!"

"Ia aku baru mengenalnya dan dia sangat kaya raya!" Pelin mengibakan rambutnya ke belakang.

Thalita melihat ke arah jam dinding. Ia tak sabar ingin segera hari ini berakhir.

**

Di sebuah ruangan yang isinya ada meja kerja, mesin fotokopi, buffet buku, dan tak lupa tersedia meja tamu juga, Seorang Pria berada di ruangan tersebut sembari melihat secari kertas yang dipegangnya.

Pria tersebut adalah Yusuf.

Ia mendapatkan email ancaman dari kelompok yang diduga adalah salah seorang pemimpin kelompok teroris QUDS.

Yusuf menyandarkan setengah tubuhnya di sebuah rak, dengan memajukan setengah tubuhnya dan mengangkat ke belakang sebelah kakinya. Ia meneliti dengan seksama surat dari email yang telah diprint di kertas olehnya.

Surat tersebut berisi ancaman mengenai akan adanya pemboman di saat kampanye yang akan dilaksanakan besok di Lapanga Stadion Istanvul.

Yusuf pun telah menyiapkan bala pasukan untuk mengamankan kampanye tersebut.

Ia memincingkan matanya dan meremas kertas tersebut.

"Brengsek!" Yusuf pun kembali ke meja kerjanya, Ia mengakses telegram accountnya. Telegram memang menjadi pilihan tersendiri dalam membuat grup rahasia yang tak akan bisa terbobol dengan mudah. Sebagai seorang tentara yang membantu menjaga keamanan di negara- negara berkonfilik, Yusuf tentu sudah sering menghadapai para teroris yang menyerang.

Walau kini Ia dalam masa bebas tugas dari posisinya sebagai tentara NATO namun hal tersenut tak membuatnya serta merta lepas tangan untuk menghadapi ancaman bahya teroris yang bisa menyerang kapan saja tak peduli Ia sedang bertugas atau tidak.

Yusuf pun mengirimkan pesan tersembunyi kepada seorang yang Ia percaya untuk membantunya menangkap daang teroris ini.

Yusuf: [Saya tahu persis siapa yang mengirim pesan ini, namanya adalah Mikail Hamama. Ia aslinya dari Mesir. Dia sangat licik dan licin sehingga sangat sulit dibekuk]

Pria tersebut yang menjadi orang kepercayaan Yusuf adalah Zhandos Aibassov. Zhandos adalah orang Kazakhastan adalah cyber Intelligence team di NATO. Zhandos menguasai banyak bahasa salah satunya adalah Bahasa Turki. Kini Ia menetap di Belgia dimana kantor pusat NATO berdiri.

Zhandos: [Yusuf, kau tak perlu khawatir, saya bisa membantumu. Apa yang dilakukan Mikail tak akan terjadi! Kampanye Tuan Mansur Gul saya jamin akan aman terkendali. ITU HANYA ANCAMAN SEMATA. Saya sudah melacak email Mikail itu dan asalanya dari Syria, kini Ia masih disana dan Saya akan membantu melacak pergerakan mereka.]

Yusuf: [Thank you. It's very usefull.]

Zhandos: [no, problem. Anyway Saya punya seorang kenalan anggota inteleligen China yang kini sedanh bermain peran dan menetap di Turki]

Yusuf: [Lalu?]

Zhandos: [Mungkin kalau bisa membantu menjebak mereka, teman saya ini bisa dijadikan umpannya. Ia sangat ahli dalam akting dan bela diri]

Yusuf: [Lain kali mungkin aku akan butuh]

Zhandos: [Bilang saja kalau kau butuh ekstra servis, aku akan senang membantu]

Yusuf: [Thanks, one more time]

Yusuf pun mengakhiri percakapannya dengan Zhandos.

**

Dilraba menelpon Pelin.

Dilraba: "Pelin, aku ingin mengundangmu makan malam di apartemenku."

Pelin: "Dalam rangka apa kau mengundangku makan malam Dilraba?"

Dilraba: "Aku akan emngenalkan Tuan Furkan kepada kalian semua secara official, pokoknya semua kuundang, Kau, Zeynep dan lainnya."

Pelin: "Kau tak salah ya?"

Dilraba: "Salah? Salah apa?"

Pelin: "Kau memang sampai sekarang masih berpacaran dengan Tuan Furkan?"

Dilraba: "Kau jangan sembarangan bicara ya.... aku dan Tuan Furkan selalu dan selamanya adalah pasangan yang saling mencintai!"

Pelin: "Kau itu tak tahu apa Dilraba jika Tuan Furkan sudah dijodohkan dengan sahabatku?"

Dilraba: "Loh... kau bicara apa sih Pelin? Siapa yang dijodohkan?"

Pelin: "Tentu Tuan Furkan...."

Dilraba: "Dengan siapa? Siapa?"

Pelin : "Sudahlah Dilraba... kau itu mungkin memang seorang anak miliurder namun jangan sombong sayang.... tidak semua yang kau mau bisa kau dapatkan dengan uang! Tuan Furkan mungkin mencintaimu dan menjanjikanmu cinta yang begitu banyak namun ujung- ujungnya Ia juga akan menikah dengan wanita yang akan menjadi pilihan keluarganya, jadi bangun saja dari mimpimu!"

Dilraba pun menetup teleponnya. Ia amat kesal dngan ucapan Pelin, Ia berusaha menahannya dan tak serta merta marah kepada Pelin.

Ia syok bukan main mendengar Furkan dijodohkan

"Enggak, ini pasti salah! Tuan Furkan mungkin pernah bilang Ia mungkin dijodohkan namun Ia tak akan menikai wanita itu! Ia hanya mencitntaiku sekarang!" Dilraba pun panik. Ia mengigit- gigit bibirnya sendiri dan jalan ke depan dan ke belakang tiada arah.

Ia pun mengacak- acak ramutnya karena kesal sendiri.

Ia bergegas menelpon Furkan untuk mengonfirmasi kabar dari Pelin tersebut.

**

avataravatar
Next chapter