15 -14- Jodoh dari Nenek

Istanbul, Juni 2018

Orang tua Dilla mendadak mengabari Dilla jika mereka akan berlibur ke Turki sampai Idul Fitri yang berarti ini. Mereka sudah membeli tiket pesawat minggu depan untuk penerbangan ke Istanbul.

"Dil... Dilraba..."

"Iya Dilla..."

"Orang tua aku akan liburan ke Turki! Ini gawat Dilraba..." Dilla dilanda kepanikan yang amat besar.

Dilraba menyipitkan matanya. "Gawat?"

"Aku tidak tahu mengapa mereka tiba- tiba mau kemari! Jika melihat keadaanku seperti ini yang hidup tidak jelas, mereka pasti akan menyuruhku tinggal bersama mereka! Aku tidak mau Dilraba!" gerutu Dila.

"Dilla... Kau aneh sekali, malah bagus kan?"

"Bagus dari mana? Ini jauh lebih buruk dari itu!"

"Dilla... tenang... aku akan membantumu!" Dilraba santai.

"Satu lagi Dilraba, orang tuaku terutama Ibuku... dia sudah sangat ingin aku segera menikah! Aku bahkan ingin dijodohkan dengan anak temannya dari Konya! Ia takut jika aku yang memilih, nanti aku akan pria yang tidak seiman!"

"Dilla... tenang ya Askim (sayang)..."

"Bagaimana jika Ibuku serius mau membawakanku jodoh?!" Dilla sangat gusar memikirkan hal tersebut.

**

Di rumah Furkan, sang Ibu dan sang Nenek kembali mempermasalahkan apa yang mereka lihat saat di kantor.

"Furkan... kau tahu tidak apa yang kau lakukan tadi di kantor sama sekali tak pantas! Kau kan contoh dari bawahanmu! Bagaimana mungkin kau memberikan contoh yang..." Sang Ibu menasihati Furkan. "Kalau bukan di kantor tidak masalah... namun itu kau di kantor..."

"Anne... Anne... aku sudah jelaskan jika itu tidak seperti yang aku pikirkan..." ujar Furkan tetap membela diri.

"Furkan... Nine sudah memilihkan kau jodoh! Kau lebih baik cepat menikah daripada kau seperti itu!"

Furkan mengernyitkan dahinya. "Nine.... apa maksudmu?"

"Aku sudah memutuskan seorang wanita... menjadi calon istrimu!" ujar Zubeyde sembari tersenyum penuh arti.

"EyvAllah (red: Kita percayakan saja ke Allah)!" ujar Furkan.

"InsyAllah... insyAllah..." Nine tersenyum senang melihat Furkan yang tak membatah ucapannya.

"Anne... Kau melangkahiku mengenai jodoh untuk Furkan?!" Sekarang giliran Burcu yang tak terima dan protes terhadap Ibu mertuanya tersebut.

"Menantuku, kau juga bsia mengajukan calon untuk Furkan... Namun kita lihat saja calonnya saipa yang akan lebih berkompeten dan benar- benar menjadi istrinya Furkan nanti!" ujar Zubeyde dengan penuh percaya diri.

Furkan hanya terdiam dan tak ingin membantah dua wanita yang sangat disayanginya tersebut.

"Apaun keputusannya nanti, kita lihat saja... apakah Furkan akan lebih memilih jodoh yang kupilihkan ataukah jodoh yang kau pilihkan?!" ujar Nine lagi.

"Anne... aku pasti yakin jika Furkan akan lebih memilih jodoh wanita yang aku pilihkan!" ujar Burcu tak mau kalah.

Furkan pun memilih masuk ke kamarnya.

Ia pun menelpon Kaan.

"Hallo Kaan Abi"

"Furkan!"

"Kaan, aku ingin mengajakmu latihan berkuda!"

"Sekarang?"

"Iya..."

"Aku besok mau puasa Furkan! Aku harus bangun jam setengah tiga bangun sahur!"

"MasyAllah... Kaan... Semoga lancar ya puasanya besok!" Furkan geleng- geleng.

"Kau coba puasa juga Furkan!"

"InsyAllah, tiga hari terakhir!" ujar Furkan santai.

"Baiklah!"

Furkan pun merasa sendiri karena tak ada teman yang menemani.

Dua temannya yang lain, Ozgur dan Athay sekarag ini sedang bussiness trip ke luar negri.

Ia pun mengecek Hpnya dan menscroll nomor- nomor di kontak HPnya.

Ia menemukan satu nama yang mungkin membuatnya tertarik.

Dilraba Azimova.

Tanpa banyak berpikir, Furkan pun menghubungi kontak whatssap Dilraba.

Ternyata tak lama Dilraba pun mengangkat telepon dari Furkan.

"Halo!"

"Halo, Dilraba!"

"Tuan Furkan masih ingat dengan saya?"

"Tentu..."

"Elhamdulillah, saya kira Anda akan melupakan saya begitu saja!"

"Tentu tidak mungkin aku melupakan wanita secantikmu Dilraba!"

"Tuan Furkan... ada apa tiba- tiba menelpon saya lagi?"

"Aku ingin bertemu malam ini!"

"Kau mau bertemu denganku malam ini? Tidak salah!"

"Tentu!"

"Dimana? Di klub malam mana?"

"Hayir! Kali ini aku mau mengajakmu ke peternakan keluarga Athagul!"

"Apa? A... AKU TIDAK SALAH DENGAR Kan?" Sontak Dilraba kaget dengan ajakan Furkan kemana mereka mau pergi.

"Hayir! Ini benar aku mengajakmu ke peternakan kuda!"

"Ba... baiklah..."

"Kau mau kan?"

Dilraba mengangguk.

**

Dilraba senang dan bahagia bukan kepalang karena ajakan Furkan, namun dia harus menyembunyikan ini dari Dilla.

Ia tidak mungkin memberitahu Dilla mengenai ini.

Pokoknya aku tidak boleh memberitahu Dilla kemana aku mau pergi, ini tidak mungkin... Dilla tidak boleh tahu! batinnya.

Ia pun bersiap- siap untuk dijemput oleh Furkan di lobi apartemennya namun Ia memastikan dulu jika Dilla sudah berangkat sholat tarawih ke masjid.

"Dilla... kau mau tarawih kan?"

Dilla mengangguk.

"Hati hati ya!"

Dilla menatap curiga Dilraba. "Kau mau pergi ya Dilraba?"

Mendadak Dilraba terpaku sejenak. Ia menggeleng dan langsung pura- pura menguap. "Aku ngantuk sekali Dilraba!"

"Mau langsung tidur?"

"Iya..." Dilraba mengangguk.

"Baiklah AKU PERGI DULU!" ujar Dilla.

Dilraba tersenyum melepas kepergian Dilla sholat Tarawih.

Begitu Dilla pergi, Dilraba langsung senang bukan main.

Ia menyetel musik keras- keras sembari berdandan cantik dan memadu- padankan baju yang cocok untuk latihan berkuda.

Ingat Dilraba, kau ini wanita berkelas, kau tidak boleh malu- maluin dan jangan sampai ketahuan kalau kau hanya pura- pura menjadi anak orang kaya. Dilraba berkata pada dirinya sendiri.

Akhirnya Dilraba pun sudah siap.

Ia pun telah menggunakan atasan kemeja tanpa lengan dengan potongan sampai perut shingga memperlihatkan bagian pusarnya. Ia memadu madakannya dengan celana jeans biru tua ketat. Dipadau dengan bawahan boots hitam sehingga tampak penampilannya ingin berkuda.

Ia pun langsung turun ke lobi karena Furkan telah sampai untuk mnjemputnya.

**

Furkan pun telah sampai di lobi Apartemen Conrad, dimana Dilraba tingal.

Dilraba pun senang sekali melihat kedatangan Furkan.

"Tuan..."

"Panggil aku Furkan saja mulai sekarang!"

"Benarkan?" Wajah Dilraba terlihat semakin sumringah.

Furkan mengangguk.

Ia memegang tangan Dilraba dan mengecup punggung tanga Dilraba.

Dilraba semakin jatuh hati dibuatnya.

"Ayo kita pergi!" ujar Furkan.

Dilraba mengangguk mengikuti Furkan.

**

Thalita mendapatkan kabar dari adiknya jika sang Ayah kini akan menikah lagi.

Thalita yang awalnya ingin berangkan sholat taarawih ke mesjid itu mengurungkannya saat sang Adik menghubunginya secara tiba- tiba.

"Pok... lu kapan balik sih?"

"Gue baru juga tiga minggu disini! Lu udah kangen aja! Lagian nape sih kalo Babeh nikah?! Biarin aje sik!"

"Pok... Babeh nikah sama cewek yang umurnya masih 20 tahun! Lo tahu artinya die itu 2 tahun di bawah gue Pok..." protes Rizky.

"Namanye juge jodoh Dul!"

"Bodo amet Pok!"

"Dul... lu lagi sahur ame apa?"

"Ame lontong sayur Pok!"

"Enak bener dah lu... bikin gue ngiler aja makan lontong sayur!"

"Sini gue suapin Pok!"

"Bodo... Bodo amet dah tong!"

"Pok... lu tahu ga siapa cewek yang mau dinikahin Babeh?"

"Siape Dul?"

Batin Thalita. Kenape Babeh ga pernah curhat ya masalah ini ke gue? Gue sebenernya kecewa denger ini dari Abdul bukan dari mulut Babeh sendiri. Gue harus gimana? Gue ga mungkin ga syok tahu kalo calonnya Babeh baru 20 tahun tapi gue ga mungkin negluapin emosi gue ke Dul dan ke Babeh langung.

"Pok... calonnya Babeh itu anaknya Cang Rohim!"

Cang Rohim adalah Ayah dari sahabat Thalita sejak kecil, Syarifah Balweel. Keluarga Syarifah adalah keluarga tidak mampu, bahkan Syarifah tak menamatkan SMAnya dan menikah saat usianya 17 tahun. Syarifah memiliki adik yang kini usianya baru 20 tahun yang bernama Atasya Balweel.

"Ame Atasya?"

"Iye Pok... lu tahu nggak die tuh so Atasya kan dulu cem- ceman aye pas masih SMP! Masa iya Babeh mau nukah sama mantan cem- ceman anaknye sendiri!"

Thalita semakin syok mengenai calon istri Ayahnya tersebut.

"Pok... gimana menurut Mpok? Mpok masih mau memaklumi kelalkuan Babeh?"

"Mpok gatau deh Dul..." Thalita merasa ada rasa frustasi mengenai kabar ini. Ia pun menutup teleponnya dengan sang Adik.

**

Furkan kini ada di peternakannya dan Ia pun mengajari Dilraba berkuda.

Dilraba sangat menikmati pembicaraan dengan Furkan. Ia juga senang karena diajari Furkan berkuda.

Furkan dan Dilraba bersua penuh canda dan tawa.

Dilraba dan Furkan akhirnya istirahat.

Furkan menawari Dilraba minuman.

"tesyekkur ederim!"

"Bir sey degil (sama- sama)!"

Dilraba pun menennggak minuman dari Furkan tersebut.

"Bebegim (red: Bebejem, my baby)!" panggil Furkan terhadap Dilraba langsung dengan panggilan sayang.

"Apa tadi kau bilang Furkan?" Dilraba merasa tersipu dengan panggilan Furkan.

"Bebegim..." panggil Furkan sekali lagi dengan wajah tersenyum lebar.

"Kau serius memanggilku dengan panggilan itu Furkan?"

Furkan mengangguk.

"Dilraba, maukah kau menjadi pacarku?"

Dilraba pun syok. Ia mengangguk bahagia.

"Evet! Askim (red: askem, cintaku)...." jawabnya tanpa ragu.

Furkan pun mencium bibir Dilraba.

**

avataravatar
Next chapter