7 Bagian 7 - Last Word From Me to You

Mata Jingga terbuka ketika sinar mentari menerobos masuk lewat jendela kamarnya. Ia mengerjapkan mata dan terdiam sebentar. Mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi kemarin malam dan ingatannya langsung jatuh pada Anggara dan perkataannya malam itu. Entah kenapa dan bagaimana, ia masih saja menaruh perasaan pada lelaki itu. Ia belum rela untuk melupakan Anggara dan semua kenangan bersamanya walaupun hanya sedikit. Jika dipikir-pikir, tidak seharusnya ia memendam perasaan yang sudah sejak  lama seharusnya ia lupakan. Jingga berhak bahagia dan menjalani kehidupannya layaknya remaja biasa. Rasanya hari ini ia tak ingin pergi kuliah. Ia tak ingin bertemu Anggara, jika terus mengingat kejadian kemarin. Entah kenapa kemarin rasanya sedih sekali disaat Anggara mengatakan hal itu. Padahal ia tak seharusnya menangis karena sudah jelas bahwa Anggara tak akan bisa menerimanya. Seharusnya perasaan itu sudah ia kubur dalam-dalam dan menghapusnya dari ingatan. 

Seolah ada yang memberinya semangat, energi Jingga kembali. Ia beranjak dari kasurnya dan memutuskan untuk melupakan semua kejadian kemarin. Toh juga ia masih remaja, wajar jika merasakan hal seperti ini. Hal ini akan ia jadikan pelajaran untuk kedepannya. Tak ada yang perlu ia sesali, semua ini pasti akan berlalu dan semua pasti akan baik-baik saja pada akhirnya. Saat ini ia ingin fokus pada studinya dan memikirkan masa depan. Yang terpenting saat ini adalah Pendidikan. Masalah cinta bisa diurus belakangan. Cinta pasti akan datang sendirinya tanpa dicari. Malah jika dicari ia akan menjauh. Setidaknya itu yang ia baca dari buku yang berjudul The Things You Can See Only When You Slow Down karya Haemin Sunim.

"If you look for love, in pursuit of what it can give you, it will hide itself. If you ask love to arrive because you are now ready, it will skip your door. Love is like an uninvited guest. Love will come when it wants to. Love will leave when you ask more of it." -Haemin Sunim

***

Sesampainya di kampus, ia mampir ke kantin sebentar dan membeli minuman serta beberapa camilan lalu pergi ke kelasnya. Ini mungkin terlalu pagi karena kelas masih sepi dan belum ada orang sama sekali. Bahkan Karina temannya pun belum datang. Ia duduk di bangku yang seperti biasa ia duduki bersama temannya,  mengambil gawai dan headset lalu memasangkan di telinganya. Ia memutar lagu Sweet Night  -V BTS sambil meminum minuman yang ia beli tadi dan melontarkan pandangannya keluar jendela. Merasakan melodi lagu dan suara sang penyanyi membuat ia sedikit murung. Jingga suka sekali mendengarkan lagu yang bergenre calming. Entah moodnya dalam keadaan baik atau tidak, lagu yang mellow selalu menjadi pilihannya. Hanya saja itu membuat pikirannya tenang. Selagi mendengar lagu itu, ia merindukan banyak hal. Ingatannya berputar ke masa lalu. Entah itu dengan teman SMA nya, kenangan bahagia dan sedih yang pernah ia lalui, kenangan saat ia menyatakan perasaannya kepada Anggara lebih dulu, perpisahan dengan teman SMA nya, ah, ia merindukan teman-temannya walaupun tidak banyak kenangan yang ia ukir bersama karena ia cenderung anak yang pemalu. 

Saking enaknya melamun, Jingga tak sadar bahwa separuh kelas sudah terisi. Tapi Karina bahkan belum menampakkan batang hidungnya. Ia mengambil gawainya lalu mengetikkan sebuah pesan kepada Karina. Beberapa menit kemudian Karina membalas pesannya dan ternyata ia tak datang kuliah hari ini karena kondisinya yang tidak baik. Jingga sedikit khawatir karena ia hanya akrab dengan Karina seorang. Dan setiap  mata kuliah, teman sekelasnya berbeda. Ia berharap hari ini ia bisa mengikuti kelas dengan lancar. 10 menit lagi sebelum kelas mulai. Ia pergi keluar kelas sebentar untuk membuang sampah lalu berdiam di teras kelas sejenak. Ruang kelasnya ada di lantai 2, ia bisa melihat taman dan area parkir dari atas. Matanya menangkap sosok lelaki dengan tas yang disampirkan di satu pundaknya. Itu Anggara. Tapi sepertinya ia bersama temannya dan Jingga baru pertama kali melihatnya. Mereka kelihatannya akrab. Lama sekali Jingga menatap lelaki yang ia sukai itu sampai akhirnya Anggara menyadari keberadaan Jingga. Jingga tersentak dan dengan cepat masuk ke kelasnya dan kembali ke tempat duduknya. "Ah ketahuan segala lagi", batin Jingga. 

Jingga mematikan lagunya karena sepertinya dosen sebentar lagi akan datang. Ia mengeluarkan bukunya dan membaca materi yang akan dibahas hari ini. Karena Karina tidak ada dan bangku di sebelahnya kosong, setidaknya ia sudah tau sedikit materi dan tidak kebingungan jika ditanya oleh dosen nanti. Jingga terlalu fokus pada bukunya sampai-sampai ia tak sadar bahwa ada laki-laki yang duduk di sebelahnya. Ia baru tersadar ketika dosen sudah masuk dan menyapa kelas. Ia mengernyitkan dahi ketika mengetahui bahwa ada laki-laki di sampingnya. Ia melihat lelaki itu dari atas sampai bawah lalu kembali menaruh perhatiannya kepada dosen di depan. Seakan lelaki itu tidak begitu penting untuknya. Tapi setelah beberapa menit ia baru menyadari bahwa lelaki itu adalah teman Anggara tadi. Ia membulatkan mata dan menoleh ke lelaki itu. Sepertinya lelaki itu menyadari itu dan hanya tersenyum tanpa sedikit pun melihat ke arah Jingga.

***

2 jam berlalu dan kelas pun berakhir. Jingga merapikan meja dan memasang headset di telinganya lalu bersiap keluar kelas. Tapi ia berhenti ketika namanya dipanggil. Ia menoleh dan mencari sumber suara. Ternyata itu teman Anggara.

"eh, iya?" jawab Jingga ramah. Ia diam di tempat dan menunggu lelaki itu menghampirinya. Jingga bahkan tidak tahu siapa namanya karena tadi ia tak terlalu memperhatikan ketika dosen mengabsen nama anak-anak di kelas. Ia hanya memasang telinga untuk mendengar namanya, dan ya sudah. 

"nama lo Jingga ya?" tanyanya. 'lo lo apaan si? kayanya dia bukan asli sini deh' gumam Jingga

Jingga tergagap karena bingung akan menjawab apa. "e-eh iya aku Jingga, kenapa ya?"

"oh sori sori lo dari asalnya bukan dari Jabodetabek ya? yaudah pake aku kamu aja deh. sori ya hehe gasopan" katanya

"eh iya gapapa kok. kenapa  manggil?" tanya Jingga langsung ke intinya

"eh gapapa sih pengen manggil aja. oh iya btw nama gue--eh aku Dafa. salam kenal ya" kata lelaki itu sambil menjabat tangan Jingga. 'anjing random amat dah'  gumam Jingga lagi.

"Oh Dafa, iya salam kenal aku Jingga" kata Jingga ramah dan membalas jabatan tangan Dafa.

Mereka berjalan berbarengan keluar kelas sambil mengobrol. Tak disangka, dafa ternyata ramah dan hangat sekali. Sepertinya ia gampang berteman. Jingga tak dibuat canggung dan Jingga juga berasa nyaman di dekatnya. Mereka pergi ke kantin untuk membeli minuman dan duduk di taman.

"oh iya hari ini kita temenan ya," kata Dafa tiba-tiba sambil terkekeh. Jingga sedikit terkejut tapi tak ia perlihatkan. Jingga mengangguk dan kemudian mereka bertukar akun sosial media bersama. Tawa riang memenuhi percakapan mereka yang bahkan baru dimulai pagi tadi. Sepertinya Dafa memang memiliki kemampuan untuk membuat orang nyaman dan tidak canggung. Bahkan Jingga, seorang yang bisa dikatakan tidak gampang berteman bisa langsung nyambung ketika berbicara dengan Dafa. Sebenarnya ini pertama kalinya Jingga memiliki teman lelaki. Teman lelaki banyak tetapi tak sampai seperti Dafa yang mengajaknya berkenalan dan mengajaknya berteman. Jingga senang hari ini berjalan dengan baik. Tanpa sadar perasaan sedihnya sedikit terlupakan ketika ia sedang bersama Dafa. Karena sejak tadi entah kenapa dafa menceritakan sesuatu yang membuat Jingga tertawa.

Mungkin kita memang tak perlu ambil pusing ketika sedih sedang menghampiri. Kita hanya perlu menghargai rasa sedih itu. Hidup tak sepenuhnya adil jika kita hanya mengalami hal-hal yang bahagia. Setidaknya dari kesedihan yang kita alami, ada pengajaran yang kita dapatkan di balik semua itu. 

Halo kalian apakabar? Akhirnya aku kembali lagi melanjutkan cerita ini setelah 1 bulan pergi tanpa kabar. Selamat Membaca! <3

avataravatar
Next chapter