1 Rencana Perjodohan

Seorang perempuan cantik sedang duduk santai di sebuah taman, mata indahnya terus memperhatikan kupu-kupu yang berterbangan di dekatnya.

Entah kenapa ia sangat suka dengan hewan yang satu ini, mungkin karena kupu-kupu memiliki sayap yang indah untuk terbang bebas.

"Aku ingin sekali memiliki sayap," lirih Athena yang terlihat senang, kedua tangannya memegang sebuah kamera untuk memotret pemandangan taman yang indah.

Mata Athena berbinar melihat sebuah pohon, ia menatap sekelilingnya mencari seseorang untuk memfotokannya.

Athena tersenyum kecil menemukan apa yang ia cari, kakinya melangkah, mendekati satu objek. Seorang pria yang tengah duduk di sebuah bangku dengan laptop di tangannya, matanya tak bisa jauh dari layar, sehingga tak menyadari seseorang yang berjalan ke arahnya.

"Permisi, apakah anda bisa membantu saya?" tanya Athena kepada Pria yang tengah sibuk dengan laptopnya.

Tangan Pria itu berhenti mengetik, tetapi dia tidak menjawab, ataupun sekedar mendongak. Athena menghela nafas panjang. Pria yang sedang duduk itu benar-benar menyebalkan. "Permisi?"

Pria itu menutup laptopnya, jantungnya berdetak lebih kencang, suara itu, suara yang selalu ada di pikirannya, suara dari seseorang yang pernah ada di dalam kehidupannya, namun apakah memang orang yang sama yang sekarang sedang berbicara kepadanya?

Pria itu, menyempatkan diri untuk melihat ke arah seseorang yang sedang berbicara padanya. Mata mereka terkunci, sesaat terdiam satu sama lain, rasanya bagaikan mimpi aneh karena bertemu dengan seseorang yang pernah menjadi masa lalu.

Pria itu dengan cepat meninggalkan Athena yang masih mematung. Athena diam, dia terlihat shock sendiri, apakah tadi itu benar, dia?

Tatapan matanya yang tajam membuat ia tak bisa berkata-kata. Athena menelan salivanya, ia masih terpaku, dirinya terlalu terkejut.

***

Athena Rosalie anak tunggal dari keluarga kaya. Athena mempunyai kebebasan, melakukan semua hal yang membuatnya bahagia dan gembira.

Athena wanita yang selalu dipanggil Thena itu adalah sosok orang yang suka berbaur dengan siapapun, dia juga penyuka pria tampan, dari SMP sifat playgirl itu, memang sudah mendarah daging hingga sekarang.

Di umur yang ke dua puluh tiga tahun, dia belum menikah ataupun bekerja. Menurutnya untuk apa bekerja jika keluarganya saja bisa mencukupi kebutuhannya.

Athena, wanita itu tersenyum senang membawa belanjanya yang begitu banyak, dia tak menyadari kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa. Athena bernyanyi sambil berlari ke arah kamarnya, ia sungguh tidak sabar untuk membuka semua belanjaannya itu.

Kedua orangtuanya hanya geleng-geleng kepala, Athena memang sangat boros.

"Pah, lebih baik kita jodohkan saja Athena dengan anaknya teman Mama, dia mempunyai anak yang sangat tampan dan sudah mapan juga," jelas Violet kepada suaminya yang tengah membaca sebuah koran.

Wiro hanya menoleh sekilas. "Kamu, ini seperti tidak mengenal Athena aja. Athena pasti menolak, dia itu anak yang keras kepala dan Papa tidak tega, jika harus memaksanya."

Violet mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku itu tidak bisa melahirkan lagi Mas, aku juga ingin sekali mengurus bayi dan caranya adalah dengan menikahkan Athena. Papa juga mau kan punya cucu?"

Wiro diam menerawang sesuatu. "Y-ya aku juga ingin sekali meminang Cucu, tetapi apa Athena akan setuju?"

Violet tersenyum bersemangat. "Ya, tentu saja. Jika putrinya keras kepala, maka ibunya akan lebih keras kepala lagi."

Wiro menaruh koran itu ke meja. Dia tersenyum menghadap istrinya. "Papa tahu, alasan Mama bukan itu saja 'kan?"

Violet diam, dia mengalihkan pandangannya. "Mama itu tidak mengerti dengan perilaku Athena yang terlalu baik atau memang terlalu bodoh. Dia selalu saja dimanfaatkan orang lain."

Wiro memperhatikan istrinya dengan seksama.

"Papa tahu kan, waktu SMA Athena pernah membantu seorang temannya yang katanya kurang mampu tetapi anak dari keluarga yang kaya, Pa. Athena malah memberi uang sampai berjuta-juta untuk gadis itu," jelas Violet yang gemas dengan kepolosan putrinya, mungkin Athena tidak tahu saja, jika Violet selalu mengawasinya dari jauh.

"Itu tandanya anak kita dermawan, Ma."

"Tapi dia juga pernah memberi pemulung sepuluh juta, Pa. Dan ternyata pemulung itu juga menipu Athena," rengek Violet yang mencoba menjelaskan maksudnya.

"Berarti anak kita baik hati, Ma. Kita harusnya bangga," timpal Wiro.

"Athena juga pernah membelikan apartemen ke salah satu temannya yang pernah juara olimpiade."

"Ya itu tandanya Athena anak yang suka berbagi."

Violet kesal dia memukul lengan Wiro pelan. "Ih, Papa. Mama tuh tidak mau Athena menghamburkan uang dengan cuma-cuma. Mama juga takut kalau nanti di masa depan Athena dimanfaatkan lagi bagaimana? Mama tidak mau! Pokoknya Thena harus cepat menikah agar ada yang menjaganya lebih ketat!"

Wiro menenangkan istrinya itu. "kamu tenang saja, Athena pasti bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah."

"Membedakan? Athena aja tidak bisa membedakan mana gula mana garam. Gimana bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Oleh karena itu, Mama mau Athena menikah agar dia bisa dibimbing oleh calon suaminya. Athena juga bisa belajar mandiri, Pa."

Wiro menghela nafas panjang. "Ya terserah Mama deh. Papa ngikut saja."

Violet tersenyum kemenangan, akhirnya suaminya merestui rencananya.

***

Dua orang yang berbeda jenis kelamin itu, sedang duduk di sebuah Cafe. Tak ada yang memulai pembicaraan, mereka sama-sama diam dan pura-pura sibuk memainkan ponsel. Pria berjas itu berdehem kecil, dia tak suka situasi yang canggung ini, apalagi wanita yang berada di hadapannya masih saja diam, tak memperdulikannya.

"Oh, maaf Pak," ucap wanita berponi itu, dia jadi merasa bersalah karena terlalu sibuk memainkan ponselnya. Dirinya sampai tak menyadari kehadiran bos nya itu.

Arlo, pria itu tersenyum tipis, dia merasa gugup berhadapan dengan wanita yang sudah menarik perhatiannya, namun Arlo juga tak begitu yakin, kalau sudah bisa membuka hati untuk seseorang.

"Bapak, ingin memesan sesuatu?"

Pertanyaan itu membuatnya tersadar dari lamunan, seharusnya ia yang menanyakan itu karena dirinya yang mengajak Raya untuk makan siang bersama. Namun kini malah sebaiknya.

"Ya, tentu saja," jawab Arlo kaku.

Raya, wanita itu tersenyum tipis. Arlo memanggil seorang pelayan dan memesan makanan. Setelah pelayan itu pergi, Raya menatap bos nya yang tengah gelisah.

"Apa ada yang ingin, Bapak bicarakan?" tanya Raya, sesungguhnya ia benar-benar penasaran kenapa bos nya itu tiba-tiba meminta makan siang bersama, Raya tentu saja tidak nyaman, dirinya baru beberapa bulan menjadi sekretaris CEO muda yang sekarang berada di hadapannya.

"Ah? Tidak ada," jawab Arlo, entah kenapa ia merasa ragu untuk berbicara dengan Raya, dia takut wanita itu hanya menjadi pelampiasannya karena terlalu rindu dengan masa lalu? Mungkin.

Raya hanya mengangguk kaku. Tiba-tiba deringan ponsel menarik perhatiannya, dengan cepat Arlo membuka ponselnya, ternyata sebuah pesan dari ayahnya.

Arlo menghela nafas panjang. Perjodohan? Yah Ayahnya yang sudah tua itu masih saja memaksanya untuk menikah? Namun ia belum siap apalagi jika menatap wanita yang duduk di hadapannya ini, membuatnya tidak mau dijodohkan dengan siapapun.

"Maaf, saya ada keperluan mendesak. Apa kamu tidak apa-apa jika saya tinggal?"

Raya tersenyum paksa. "Ya, Pak. Tidak apa-apa."

Arlo kemudian menaruh beberapa lembar uang di meja, lalu pergi meninggalkan wanita yang mempehatikan kepergiannya.

"Aku pikir dia akan menyatakan cinta! Aku salah besar! Sepertinya dia memang tidak pernah menyukaiku!"

Raya, perempuan itu sudah berfikir bahwa bosnya akan menyatakan perasaannya, namun pikirannya itu salah fatal. Dirinya terlalu percaya diri dan berekspektasi berlebihan.

Tampan, kaya raya, tegas dan berwibawa, siapa yang tak ingin memiliki sosok yang hampir mendekati sempurna itu? Apa dirinya akan terus berharap pada sosok seperti Arlo Argamevia?

avataravatar
Next chapter