1 1.Kelulusan

☆Vote☆

   TIDAK LULUS.Ini kedua kalinya Ali bertemu dengan tulisan keramat tersebut.Tidak seperti siswa lain pada umumnya yang akan menangis sesenggukan jika mendapati dirinya tidak lulus,bagi Ali itu adalah hal biasa.

Dengan santai dia berjalan melewati orang-orang yang tengah menatapnya.

Dia masuk kedalam mobil sembari menunggu pak Maman kembali dari dalam gedung sekolah.Ya,begitulah setiap tahunnya,pak Maman lah yang akan mengambil raportnya.

   

"Ali,kata pak Maman kamu gak lulus lagi."

Dia tetap diam,tak bergeming dan tetap fokus pada tv.

Melihat hal itu,bunda langsung mematikan tv dan kembali bertanya padanya.

    

"Benar kata pak Maman?"

Dia memutar bola matanya malas,lalu menatap bundanya dengan malas.

   

"Bahkan untuk melihat isi raportnya aja gak sudi."

"Ali!"

Ali menoleh,kali ini bundanya memanggilnya dengan nada tinggi.Sementara disana Ali masih menunggu kalimat berikutnya dengan nafas memburu.

Bundanya seakan tersadar,dia melemahkan tatapannya lalu mendekati Ali.

"Bunda minta maaf sayang,bunda cuman gak mau kamu gini lagi.Bunda mau tau kamu kenapa gak lulus lagi."

Ali berdiri,lalu meninggalkan bundanya sendirian.Saat menaiki tangga,Ali berhenti

"Gausah sok peduli sekarang,dari kemarin kemana aja?"

lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya,kemudian terdengar suara pintu yang ditutup keras.

     Bunda memegang dadanya kaget,selalu begini.Ali akan menjauh darinya,ada rasa sesal dalam hatinya karena tak pernah memerhatikan Ali sebelumnya.

     Pagi ini Ali bangun lebih awal untuk sarapan,dia bahkan sudah selesai mandi.

Alis matanya menyatu begitu melihat hanya ada satu piring saja diatas meja makan.

Dia melangkah pelan,lalu duduk dikursinya untuk memulai sarapannya.

"Eh tuan,silahkan tuan sarapannya,nyonya baru aja berangkat kerja."

Ali mengangguk pelan dan tersenyum tipis mendengar ucapan salah satu ART nya.

Dia tersenyum miris,19 tahun dalam hidupnya terhitung berapa kali dia menikmati sarapan bersama bunda.

Dengan terpaksa dia memasukkan beberapa suapan kedalam mulutnya.

"Yooo,,gak liburan bro?"

Ali menggeleng. Siang itu dia pergi bertemu temannya Dani dan Dami.Teman yang sudah menemaninya sejak mereka berada dibangku SMP,teman yang bahkan rela menemani Ali tidak lulus.

"Yaelah masam amat tuh muka,santai bro gak lulus gak mati."canda Dami melihat Ali yang hanya menggeleng menanggapi basa-basinya tadi.

"Bacot amat sih kembaran lo,Dan!"

Dani melempar Ali dengan botol mineralnya yang kosong.

"Kembaran pala lo,mak dia aja yang niru nama gue pas ngasih nama buat dia."

Ali tertawa kecil melihat wajah kesal Dani,sementara Dami terlihat santai menghisap rokoknya.

"Eh gimana nanti malam?jadi gak balapannya?Udah lama gue gak ikut balapan."ujar Dami tiba-tiba mengingatkan.

"Hmm" gumam Ali sambil menghidupkan rokoknya "Lawan sama anggota geng apa itu lupa gua."

Dani menggeleng mendengar jawaban Ali,bukannya dia lupa hanya saja dia benci untuk menyebut namanya saja.

     Begitulah kehidupan Ali,terlepas dari pengawasan bundanya membuatnya menjalani segala aktivitas yang dia suka.Toh tak ada yang peduli,pikirnya.

Bahkan ketika Ali pernah cedera saat balapan,bundanya tak bertanya kenapa kakinya luka.Hanya pak Maman yang tau dan yang menemaninya selama berobat.Ali bahkan hampir lupa bahwa dia masih memiliki bunda.

"Nanti malam bukannya ada party yaa buat ngerayain kelulusan?"Tanya Dani mengingatkan

Ali menghembuskan nafasnya perlahan,mencoba untuk tidak membunuh Dani.

"Bego!Trus lo mau datang dengan tampang tolol gitu?Lo gak lulus bangs*t!"teriak Dami tepat dihadapan Dani.

Ali menarik ujung bibirnya,seolah Dami sedang menyuarakan isi hatinya.

"Tapi gapapa sih,banyak cewenya dari kelas-kelas sebelah juga."sambung Dami lagi

    Tok!  Tok!

Ali memukul kepala mereka berdua dengan ujung botol mineralnya.

"Bego lo berdua,pergi aja sono!Kaya gak pernah liat cewe cantik aja."

Dami dan Dani hanya diam sambil memonyongkan bibirnya

"Bibir!Gua potong tuh ntar."

"Apaan sih Al,dimana lagi coba lo bisa liat cewe cantik yang memancarkan aura masa depan?Yakali lo dapet dari arena balapan?"ujar Dami.

"Nilai dari cover aja lo."jawab Ali.

     Ali beruntung memiliki teman seperti Dani dan Dami,walau kadang membuatnya kesal.

Dani dengan kepolosannya,entahlah Ali ragu menyebutnya polos.Dan Dami dengan mata keranjangnya.Tapi dibalik itu mereka juga sosok yang bijaksana,yang selalu menasehati Ali saat berdebat dengan bundanya.Yang selalu mengerti dan menemaninya dimasa buruknya.Yang tidak seperti orang lain yang menganggapnya buruk.

Dan yang pasti,menerima bagaimana pun sikap Ali.

Mereka bertiga adalah murid yang tergolong pintar,hanya saja mereka mungkin sudah ditakdirkan untuk saling bersama.

Mereka sama-sama jarang diperdulikan keluarga,tapi disaat tertentu Dani dan Dami masih bisa merasakan hangatnya berada ditengah-tengah ayah bunda.Berbeda dengan Ali yang sama sekali tidak pernah diperhatikan bundanya.

Seolah tau yang Ali rasakan,itulah sebabnya Dani dan Dami selalu menemani Ali sampai saat ini.

avataravatar