1 Awal

Kaira Quenby Nararya adalah seorang gadis yang baik dan pintar. Dia selalu menuruti semua kemauan kedua orang tuanya. Termasuk menikahi pria bernama Arsenio August Edwin. Pria yang tak lain adalah sahabat masa kecilnya.

Dia mencintai Arsen sejak dia memasuki sekolah menengah pertama. Oleh karena itu dia menyetujui perjodohan yang di lakukan kedua orang tua mereka.

Umur mereka selisih tiga tahun, sehingga pria itu pergi meninggalkan Kaira untuk meraih cita-citanya. Pria itu berjanji untuk kembali dan membahagiakan Kaira. Pria itu memang kembali tapi pria itu tidak membahagiakan gadis itu.

Mereka bersahabat karena kedua orang tua mereka juga bersahabat. Arsen dulu merupakan anak laki-laki yang sangat menyayangi Kaira. Tapi setelah pergi selama lima tahun pria itu berubah. Pria itu tidak peduli dengan Kaira.

Pernikahan mereka sudah berjalan selama satu bulan. Tapi pria itu selalu mengabaikan Kaira. Pria itu seolah-olah menganggap Kaira tidak ada. Terbesit rasa menyesal karena sudah menyetujui perkataan kedua orang tuanya. Tapi dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. Membuang semua fikiran-fikiran negatifnya.

"Kak makan dulu" Ucap Kaira ketika melihat suaminya menuruni tangga.

Arsen melongos pergi tanpa merespon perkataan Kaira. Gadis itu menatap sedih punggung tegap milik suaminya yang semakin menjauh.

"Non yang sabar ya" Ucap Yanah. Pembantu rumah tangga di keluarga Kaira. Tapi sekarang Yanah menjadi pembantu Kaira dan Arsen karena Maminya yang meminta untuk wanita paruh baya itu membantu Kaira.

"Iya bi, Kaira baik-baik aja kok" Sahutnya dengan senyum cerahnya membuat matanya menyipit.

"Non, sekarang ada kuliah kan. Sekarang non siap-siap. Ini biar bibi yang beresin" Kaira mengangguk kemudian gadis itu pergi menuju kamarnya di lantai atas.

Kamarnya dan Arsen berbeda. Sejak hari pertama menikah. Pria itu menyuruh Kaira untuk tidur sendiri. Pria itu beralasan tidak mau berbagi kamar dengannya.

Beberapa menit kemudian Kaira selesai bersiap-siap. Gadis itu nampak cantik dengan mengenakan kemeja putih dan rok hitam. Kaira keluar kamar dengan terburu-buru dengan membawa almamater dan tasnya. Gadis itu lupa melihat jam, dua puluh menit lagi perkuliahan akan dimulai. Sedangkan jarak dari rumahnya ke kampus kurang lebih dua puluh menit, itupun kalau tidak macet.

Kaira berlari setelah izin kepada Yanah. Pagi ini dia akan menggunakan sepeda motornya. Jika orang tuanya melihat mereka pasti akan melarangnya memakai sepeda motornya karena dia pernah hampir menabrak tukang bakso yang sedang berjalan di pinggir jalan.

Lima belas menit kemudian Kaira sudah berhasil sampai dengan selamat di parkiran fakultasnya. Gadis itu berlari dengan cepat melupakan fakta kalau dia sedang mengenakan high heels.

"Haahh.. Belum ada dosen kan?" Tanya Kaira kepada Bella, sahabatnya yang menatapnya dengan geli.

"Belum. Ngapain sih lo lari-lari. Gak takut apa tu heels patah" Jawab Bella menggelengkan kepalanya.

"Heels gue kuat kok" Kekeh Kaira. Gadis itu mengenakan almamaternya dengan cepat sebelum dosen datang. Bu Indira — Dosen micro teaching nya itu akan marah jika melihat mahasiswanya belum siap saat dia masuk kelas.

"Bu Indira woy" Teriak salah satu teman sekelas Kaira. Semua yang berada di ruangan itu dengan cepat duduk di kursi mereka masing-masing.

"Selamat pagi" Sapa bu Indira setelah duduk dengan anggun di kursi khusus dosen.

"Pagi bu"

Perkuliahan dimulai. Pagi ini mereka praktek cara bangun dari kursi dan berjalan. Bu Indira menyuruh mereka menyingkirkan kursi-kursi sehingga tempatnya lebih luas. Kemudian wanita paruh baya itu menyuruh salah satu mahasiswanya meletakkan dua kursi di samping kanan dan kirinya. Setelah itu bu Indira memanggil satu persatu mahasiswa menyuruh mahasiswanya untuk bangun dari duduk dan berjalan mengelilingi kelas.

"Ngantin yok" Ajak Damian kepada Kaira, salah satu teman laki-laki gadis itu.

Mata kuliah micro teaching sudah selesai beberapa menit yang lalu. Setelah ini mereka tidak memiliki jadwal. Hari ini mereka hanya memiliki satu mata kuliah.

"Yuk lah"

"Bell, ayok ke kantin" Ajak Kaira yang di tolak secara halus oleh gadis itu. Dia ada sedikit urusan sehingga dia tidak bisa ikut dengan kedua temannya itu.

"Yaudah kita duluan yaa" Damian menarik tangan Kaira tapi gadis itu segera menepis nya.

"Tumben lo gak mau gue gandeng" Damian menatap bingung Kaira, tapi gadis itu hanya tersenyum.

Pernikahannya dan Arsen tidak ada yang tahu. Pria itu menyetujui menikah dengan syarat hanya kerabat mereka sajalah yang tahu pernikahan ini. Awalnya kedua orang tua mereka tidak setuju tapi Arsen memberikan alasan yang membuat orang tua mereka setuju. Di kampus Kaira, terdapat larangan untuk menikah. Sebenarnya boleh-boleh saja menikah asal pihak kampus tidak mengetahui.

"Nanti ada yang marah" Damian tertawa mendengar perkataan Kaira.

"Siapa? kita berdua kan jomblo"

"Fans lo lah bambankkk"

Damian merupakan wakil ketua BEM jadi tidak heran jika pria itu memiliki dedek-dedek gemes di Universitas itu. Memiliki wajah tampan dan otak yang cerdas banyak mahasiswa yang modus dengan beralasan meminta ajari mata kuliah.

"Eh ada Ka Damian"

"Iya anjir. Makin ganteng aja heran gue"

"Kenapa sih sama cewek itu terus"

Begitulah kira-kira omongan-omongan mahasiswi-mahasiwi setiap melihat Kaira dan Damian berjalan bersama. Seperti pagi ini, banyak mahasiswi yang memperhatikan Kaira dengan tatapan tidak suka. Kaira, gadis itu tidak peduli. Dia sudah sering menjadi pembicaraan mahasiswi-mahasiwi.

"Ini yang gue males kalo jalan bareng lo. Pasti mata mereka pada sinis banget ngeliatin gue" Ucap Kaira saat Damian duduk di depannya setelah memesan makanan.

"Ya Terima aja kalau temenan sama cogan" Sahut Damian dengan seringainya yang sukses membuat Kaira mual.

"Jijik banget Dam"

"Heh lo ngomong kasar" Ucap Damian melotot.

"Kasar apaan sih, Dam means Damian ya. Lo aja tu yang budek" Damian tertawa melihat wajah kesal Kaira.

"Diem. Gak usah ketawa. Liat tu dedek-dedek lo pada ngeliatin kesini" Kaira memukul lengan Damian.

Damian mengacak rambut Kaira dengan gemas. Membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya. Rambutnya yang tertata rapi menjadi berantakan karena tangan jahil Damian.

"Isssh.. Damiaaan, rambut gue berantakan" Kaira menepis tangan Damian yang ingin membenarkan tataan rambutnya.

"Lo lucu banget sih kalau lagi cemberut gitu. Kita pacaran aja yuk"

"Itu mulut kalau ngomong di singkronin dulu napa sama otak. Biar kalau ngomong gak seenak jidat"

Damian tersenyum manis membuat Kaira bergidik ngeri "Gue serius Ra" Ucapnya.

"Diem lo Dam, ngeri gue liat muka lo kaya gitu"

"Emang aneh lo itu. Mereka aja pada seneng liat wajah gue. Nah lo ngeri. Dasar aneh" Damian mencubit pipi Kaira dengan gemas.

"Sakit Dam!"

"Makanya jangan imut-imut"

avataravatar
Next chapter