6 The Girls (6)

Seorang ibu pasti mencemaskan anaknya, bahkan perasaan seorang ibu lebih kuat dari apapun meski dia tak di beritahu yang sebenarnya.

Lee Hana sebagai seorang ibu merasa jika anak bungsu kesayangan nya itu sedang tak baik baik saja, mungkin 'feeling' nya ini memang benar, karena terbukti Hyukjae memang baru saja sembuh dari sakitnya, hari ini wanita tua itu nekat ke rumah anak bungsu nya itu, anggap saja dia merindukan Lee Hyukjae -nya dan ingin memasakkan anak nya makan siang.

Selepas berbelanja di CBB toserba wanita berumur 62 tahun yang masih terlihat cantik dan anggun itu baru keluar dari area toserba besar ini, tangan kanan nya membawa kantong belanjaan berisi banyak bahan makanan yang akan dia masak di rumah Hyukjae nanti, dan tangan kiri sedang menempelkan ponsel di telinga untuk menelpon sopir Song.

"Ahjussi jemput aku di area pintu samping toserba saja, kau ada dimana sekarang?"

"-------"

"Baiklah, cepat kesini aku tunggu  ahjussi"

Lee Hana memasukkan lagi ponselnya di saku coat krem Saint Laurent nya, dia tersenyum membayangkan Hyukjae pasti senang melihatnya datang nanti.

Wanita itu berdiri menunggu di parkiran samping toserba tanpa menyadari ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya.

"Awas!!! Ada mobil!!"

"Kyaa.....!!!!"

Bruuuuk...

"Nyonya gwenchana?"

Gadis muda yang tadi spontan menarik Lee Hana ke belakang hingga mereka berdua sama sama jatuh di trotoar bertanya cemas, wanita yang di tolong nya itu masih sangat kaget dan masih shok.

"Ahk ya tuhan tadi aku hampir ketabrak mobil"

"Nyonya apa anda terluka? Gwenchana?"

"Ngh nde....nan gwenchana, terima kasih agashi sudah menolong saya. Saya tak luka apapun" Park Nara mengangguk lega lalu, membantu mengambil barang belanjaan wanita itu yang tadi isinya berjatuhan dan memasukkan ke kantong plastik lagi. Dengan penuh terima kasih Lee Hana tersenyum menerima kantong itu dan balas membungkuk pada Nara.

"Aigoo agashi tapi tangan mu luka, bagaimana ini?"

"Saya baik baik saja kok, hanya lecet saja nanti akan saya obati. Syukurlah tadi mobil itu tak sampai menabrak nyonya"

"Aigoo, jika tak ada kau tadi mungkin aku sudah tertabrak. Sekali lagi terima kasih, Ah sopir mobil tadi benar benar gila"

Nara tersenyum, dia buru buru merapikan kertas isi map yang di bawanya berisi beberapa surat CV dan lamaran.

"Oh iya siapa nama agashi?"

"Ah joeneun Park Nara imnida"

"Ah nama yang cantik, panggil saja saya bibi Hana, nama saya Lee Hana"

"Nde bibi Hana, bangseumnida"

"Oh ya, map berisi apa itu Nara-ssi?"

"Ini~ hehe map ini hanya berisi surat lamaran, saya sedang melamar kerja ke supermaket ini tadi"

"Eoh? Hendak melamar kerja?"

"Iya.....saya tadi melamar kerja sebagai petugas kebersihan toserba ini karena saya hanya lulusan SMU"

Memang tadi Nara ke toserba ini untuk melamar kerja dan melakukan inrerview, dia berharap bisa ada kabar baik dan segera dapat kerja lagi.

"Nyonya besar!! Aigoo anda kenapa?! Maaf saya lama datang kesini"

Sopir Song baru datang dengan mobil Renault samsung merah milik majikan nya, dia bertanya pada majikan nya, dan menatap heran Nara.

"Tadi aku hampir tertabrak, untung saja Nara-ssi ini menolongku ahjussi"

"Astaga, apa anda baik baik saja? Terima kasih agashi sudah menolong majkan saya" Lee Hana mengangguk lalu memberikan kantong belanjaan nya pada sopirnya agar di simpan di bagasi mobil.

"Nara-ssi, sekali lagi terima kasih ya...aku berhutang budi padamu"

"Nde bibi sama sama, saya lega anda baik baik saja"

Lee Hana menatap kagum gadis muda itu, sangat sopan, baik hati dan cantik, mata nya besar dengan bulu mata lentik, wajahnya tak seperti wanita Korea kebanyakan dan kulitnya putih susu bukan putih pucat, meski penampilan nya sederhana dan wajahnya sama sekali tak memakai riasan make up, tapi gadis itu nampak cantik sekali, ah inilah kriteria ideal yang selama ini Lee Hana inginkan menjadi menantu.

Lee Hana juga merasa berhutang budi pada gadis itu.

"Oh iya.....ini uang untukmu Nara-ssi"

Lee Hana membuka dompetnya, mengambil banyak lembaran uang won dan menyodorkan pada Nara.

"Aigoo tidak usah bibi, saya ikhlas menolong bibi"

"Tapi lengan mu jadi luka gara gara saya, ayolah terimalah. Bibi akan sedih jika kau menolak"

"Tapi~ ini terlalu berlebihan, tidak usah bibi....saya sungguh tak mengharap apapun"

Nara masih kekeuh menolak, padahal jujur saja dia sebenarnya membutuhkan uang itu, sejak kemarin uang di dompetnya sudah hampir habis, dan dia hanya bekerja serabutan dengan upah kecil, bahkan kemarin dia sempat berhutan pada bibi Shin tetangga dekat rumahnya.

"Ah begini saja, jika kau mau besok siang datanglah ke rumah bibi, kebetulan bibi sedang mencari pegawai baru"

"Mwo?"

"Bagaimana? Kau mau tidak bekerja di rumahku"

"Bekerja di rumah bibi?"

"Hehe~ iya, tapi mungkin hanya sebagai pelayan rumah tangga, tapi kau tenang saja pekerjaan itu gajinya cukup besar kok, kau juga akan dapat tunjangan pegawai dan libur setiap hari minggu"

"Ya tuhan, apa bibi serius?"

Lee Hana mengangguk yakin, dengan antusias Nara mengangguk dan menggenggam tangan lentik wanita tua itu.

"Terima kasih, saya bersedia bi....saya akan ke rumah bibi besok"

"Baguslah, ini kartu namaku, dan ini alamat rumahku. Aku tunggu kedatangan mu besok siang ya"

"Iya...saya pasti akan datang.....sekali lagi terima kasih bibi Lee"

Nara tersenyum bahagia menerima kartu nama itu, lalu Lee Hana tiba tiba memasukkan lembaran uang tadi ke saku jaket krem gadis itu.

"Jangan menolak nya lagi, bibi pergi dulu ya....sampai jumpa nak"

"Terima kasih banyak bibi Lee Hana....hati hati di jalan.....terima kasih"

Lee Hana melambai dari dalam mobilnya, dan gadis itu membungkuk berkali kali dengan bahagia, Nara sama sekali tak menyangka dia tiba tiba dapat pekerjaan. Ah meski hanya sebagai pelayan rumah tangga Nara sangat bersyukur, apalagi jika nyonya Lee tadi bilang dia akan dapat gaji yang cukup besar. Hati Nara jadi berbunga bunga bahagia.

"Terima kasih tuhan! Akhirnya aku dapat kerja!"

*

*

*

"Silahkan masuk agashi, saya akan menemui nyonya besar dulu ya"

"Nde terima kasih ahjumma"

"Panggil saja saya ahjumma Kim, jangan sungkan. Sera, kau temani dulu nona ini ya"

Nara menatapi ruangan tamu depan rumah mansion mewah itu dengan mulut menganga kagum, astaga dia sungguh tak menyangka jika wanita yang di tolong nya kemarin ternyata rumahnya seluas dan semewah ini.

"Nona akan melamar kerja di sini ya?"

"Ngh nde panggil saja saya Nara, park Nara imnida"

"Nama saya Sera...Jung Sera"

"Oh salam kenal Sera-ssi, eh iya apa benar bibi Lee~ ah maksud saya nyonya Lee itu, majikan di rumah ini?"

"Iya.....benar, apa nyonya besar Lee yang memberi Nara-ssi pekerjaan ini?"

"Nde"

Sera yang pelayan di sini mengobrol dengan Nara, mereka berbincang akrab padahal baru saja kenal.

"Aigoo rumah ini besar sekali? Barang barang perabot nya juga impor semua. Aigoo rumah orang kaya ternyata luar biasa?"

Sera tersenyum geli, gadis muda itu terlihat polos, tadi saat baru masuk di halaman nya saja dan bertemu securiti Nara sudah melongo kagum memandangi halaman seluas lapangan bola itu dengan empat mobil mewah dengan harga jutaan USD yang terparkir di depan teras nya.

"Nara-ssi!"

"Bibi Lee...."

Lee Hana yang baru turun dari tangga tersenyum senang melihat siapa yang baru datang, Nara baru percaya jika nyonya itu benar benar majikan di sini karena ahjumma Kim tadi berjalan di belakang nya.

"Akhirnya kau datang, apa kabar Nara-ssi? Ahjumma kemarilah"

Nara membungkuk sopan menyapa dan Lee Hana melambai pada ahjumma Kim yang berada di belakang nya.

"Nde nyonya besar"

"Antarkan Nara ke kamar pegawai, berikan dia seragam pelayan juga, mulai hari ini dia akan bekerja di sini, tolong kau bimbing dia dengan baik"

"Baik nyonya besar algeumsemnida"

"Terima kasih banyak nyonya, sudah memberi saya pekerjaan ini"

Nara membugkuk bahagia lagi dia meremas tas coklat berisi beberapa pakaian ganti yang dia bawa tadi.

"Aiggo nak, panggil aku bibi Lee saja jangan sungkan.....oh iya kau bisa bekerja di sini mulai senin sampai sabtu, setiap hari libur atau minggu kau bisa cuti dan pulang ke rumah. Tapi tiap senin kembali ke sini lagi ya"

"Nde nyonya besar saya paham, maaf rasanya tak pantas jika saya memanggil nyonya besar seperti itu"

Lee Hana tertawa lalu mengangguk, tiga orang tadi segera berpamit padanya.

*

*

"Aigoo ahjumma tadi cerita padaku jika kau sudah menolong nyonya besar kemarin?"

"Apa benar Nara-ya? Wah kau hebat nih"

"Iya lho, aku saja takkan nekat begitu"

Nara hanya tersenyum menanggapi dan merapikan seragam yang di pakainya, tadi ahjumma Kim memberikan sebuah setelan berwarna biru tua dengan panjang sebatas lutut dan itu adalah seragam pelayan di mansion ini.

"Oh iya, nama dia Seo Hanrin dan dia ini Kim Saerin, yang berdiri disana namanya Kang Hyena....panggil dia eonni Hyena, dia itu pelayan pribadinya tuan muda Lee"

Sera berbisik dengan teman kerja baru nya ini dengan hati hati.

"Tuan muda Lee?"

"Hm~ dia putra bungsu nyonya besar Lee, dia juga tuan muda kesayangan di sini, nanti kau pasti bertemu dengan nya"

"Uh nanti kau pasti kaget lho, tuan muda Lee itu tampan sekali hehe...tapi kau harus hati hati dengan Hyena, dia menyebalkan dan suka dekat dekat tuan muda"

Dengan berbisik lirih Sera berujar lagi, dia memejam membayangkan wajah tampan tuan muda Lee yang dia kagumi sejak kerja di mansion ini tiga tahun lalu, apalagi status tuan muda itu yang masih lajang, semua wanita pasti jatuh pada pesona nya.

"Nara kau bersihkan bagian sana saja, setelah itu duduklah dulu"

"Gwenchana, apa yang bisa ku bantu lagi nih Hanrin-ssi?"

Dengan bahagia siang ini Nara mulai bekerja di mansion itu, dia juga berkenalan dengan para pelayan lain yang terlihat menyambutnya dengan baik.

Nara baru tahu jika di rumah mansion ini ada sepuluh pelayan wanita dan tiga chef laki laki yang bertugas di dapur untuk memasak menu makanan setiap hari nya, ahjumma Kim adalah kepala rumah tangga di sini, dia juga memperkenalkan sepuluh securiti di tempat ini, lalu memberi info siapa saja nama nama majikan mereka di mansion ini.

"Aigoo tempat ini benar benar istana, pegawainya bahkan sebanyak ini? Apa aku bisa tinggal di sini jadi nyonya besar hehe ahk dasar penghayal" Nara mengelap meja pajangan di ruang tamu, tadi Sera dan Saerin sibuk menata belanjaan di kulkas besar dengan Pelayan lain nya. Ahjumma Kim baru datang membawa nampan bekas makan siang tuan besar Lee, dan Nara langsung mengambil alih nampan itu untuk di cuci.

"Ahjumma biar saya bawa ke dapur dan mencucinya"

"Terima kasih nak....setelah ini istirahatlah....sejak tadi kau tak berhenti kerja"

"Nde ahjumma.....hehe saya belum lelah kok"

Setelah seminggu bekerja di tempat ini Nara akhirnya bisa bertemu dengan suami Lee Hana, yang semua orang memanggilnya tuan besar Lee.

Dia bernama Lee Kanghun, sangat baik seperti istrinya juga ramah pada pegawai di mansion ini.

Hari ini putra sulung keluarga ini bernama Lee Sungmin yang katanya berprofesi sebagai dokter, dan istrinya bernama Lee Saeun bertandang ke mansion ini, dua orang itu juga baik dan ramah seperti kedua orang tua nya.

Mereka memang kaya raya namun memperlakukan para pegawai dan pelayan nya dengan baik.

"Aboeji senang sekali akhirnya kalian berkunjung dan membawa Eunmi haha kakek rindu sekali dengan mu angel Lee"

"Anel juga kanen kakek"

Tiga orang lain nya terkekeh melihat interaksi kakek dan cucunya itu.

"Mianhae jika sudah agak lama kami tak menjenguk kalian, aboeji dan eomma sehat kan?"

"Gwenchana adeul, kami baik baik saja. Ayahmu juga kondisinya makin membaik"

"Syukurlah"

"Ayo makan yang banyak. Eomma masak steak kesukaan mu lho....coba kau cicipi"

"Nde gumawo eomma"

"Yeobo kau harus makan yang banyak juga, aku ambilkan sup ayam ya"

Lee Kanghun mengangguk lalu menikmati sup di mangkuk nya.

"Bagaimana? Enak tidak sup ayam nya?"

"Hm enak~ ini rasanya benar benar enak, tapi kenapa rasanya berbeda dari rasa sup yang biasanya"

"Iya benar juga kata aboeji, apa eomma memperkerjakan chef baru? rasa sup nya tak seperti masakan eomma atau ahjumma Kim, apalagi chef Shin?"

"Haha itu sebenarnya masakan Nara-ssi, pelayan baru kita itu"

"Hm pantas saja rasa sup nya beda?"

"Wah aku harus tanya resepnya pada dia nanti eomma-nim"

Lee Kanghun manggut manggut menghabiskan sup itu, sang istri hanya senyum senyum dan melirik Nara yang baru masuk ke ruang makan.

"Silahkan nyonya besar salad buah nya sudah siap"

"Nara-ssi, mereka tadi memuji masakan mu lho" Nara hanya menunduk dan tersipu dengan pujian itu.

"Benar masakan mu ini enak, nanti beri aku resepnya ya Nara-ssi"

"Nde nyonya muda, pasti akan saya beri, terima kasih"

*

*

"Tolong parkirkan -si merah ku- hyung, aku masuk dulu"

"Siap tuan muda'

Hyukjae baru saja turun dari mobil MERCEDES sport merah nya dengan malas, dia menamai mobil itu si merah.

Malam ini karena lagi lagi ibunya membujuknya untuk pulang, dia terpaksa datang ke Mansion keluarga nya malam ini.

"Hah menyebalkan pasti nanti aku mendengar ceramah aboeji yang panjang lebar lagi" Setelah melempar kontak mobilnya pada Seo Daeyon, pria tampan itu mendesah malas dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Hyukjae baru saja pulang dari kantornya dan semua setelan kerja lengkap masih melekat di tubuh kekarnya.

"Tuan muda selamat datang di rumah ini, sini saya bawakan tas laptop dan jas nya"

"Nde gumawo"

Pelayan bernama Kang Hyena dengan genit menyapa di ruang tamu, dia memang melihat tadi Hyukjae datang dan dia buru buru mendekat. Dengan cepat Hyukjae melepas jasnya lalu menggulung kemeja nya hingga siku sampai pelayan muda itu menatapi kagum majikan nya yang tampan.

"Dimana ayah dan ibuku? Apa hyungku sudah datang?"

"Mereka sedang makan malam bersama keluarga tuan Lee Sungmin, semua sudah datang. apa tuan muda akan mandi dulu ke kamar?"

"Nanti saja, bawa dulu saja tas dan barang ku ini kekamar, aku ke ruang makan dulu"

"Nde baiklah.....tuan muda"

Hyukjae menggeleng lirih, dia melirik pelayan cantik dan genit itu yang selalu bersikap manja seperti minta dimakan, setiap dia pulang ke rumah ini.

"Lama juga tak melihatmu hm? Kau tambah cantik saja....kenapa lama sekali tak kerumah ku hm?"

"Ngh soalnya saya takut, nanti nyonya besar memarahi saya lagi....dulu saja saya hampir di pecat"

"Hah dasar eomma? Selalu saja rese...."

Hyukjae berdecak sebal, selalu saja sang ibu melarangnya mengencani pelayan di rumah ini, padahal mereka sama sekali tak keberatan di kencani tuan muda nya.

Hyukjae segera melancarkan rayuan yang akan membuat gadis manapun terbang tinggi dan terbuai dengan angan indah.

"Tunggu di kamarku ya cantik, aku takkan lama"

"Hehe~ nde tuan muda Lee yang tampan....saya ke atas dulu ya"

Hyukjae mengangguk tapi tiba tiba menarik lengan mulus pelayan itu lagi dan berbisik menggoda.

Kang Hyena sampai makin gugup dan meremas jas di tangan nya.

"Siapkan juga pakaian piyama gantiku, setelah makan aku ke kamar. Kau tunggu saja aku di sana arra"

"Ngh nde....arraseo tuan muda"

Kang Hyena tersenyum memukul dahinya dengan girang, lalu segera naik tangga setelah tuan muda nya itu pergi ke koridor dan membuat rayuan gila tadi.

"Ahk dia menyuruhku menunggu di kamar? Ahk eomma dia pasti menginginkan aku lagi"

*

*

"Apa bocah bandel itu sudah pulang, kenapa belum kelihatan juga kesini sejak tadi?"

"Yeobo mungkin Hyukie masih dalam perjalanan, dia pasti pulang kok malam ini, kemarin dia sudah janji padaku"

"Hah, kau didik bocah bandel itu yang benar, jangan terlalu memanjakan anakmu itu, aku tak mau dengar dia buat ulah lagi di luar sana"

"Aigoo kau ini, Hyukie kan anak  mu juga, jangan selalu memaki nya begitu? Dia itu sudah dewasa yeobo, dia bukan seperti dulu"

"Huh dewasa, tapi kelakuan nya makin liar. Awas saja jika sampai aku dengar ada wanita yang kesini mengaku dia hamili lagi, argh dasar bocah bandel"

"Yeobo!!"

Sungmin dan istrinya geleng geleng, jika membahas soal adik bungsunya itu ayah dan ibunya pasti berdebat kecil begini.

"Siapa yang aboeji bilang bocah bandel, aku sudah 33 tahun bukan bocah lagi"

Hyukjae yang tadi sempat mendengar suara perdebatan kecil orang tuanya segera masuk lalu menjawab ucapan ayahnya.

Lee Kanghun yang menyesap teh hangat barusan, langsung menoleh begitu mendengar langkah kaki dan suara Hyukjae di depan pintu.

"Hyukie....ahk adeul akhirnya kau datang?"

"Bogoshipo eomma.....aku datang karena eomma yang minta kemarin"

"Ayo Hyukie duduk sini, ada masakan japcae dan sup ayam kesukaan mu, lihat eomma masak bibimbhap juga untukmu"

"Gumawo eomma, halo min-ie hyung. Saeun Noona apa kabar? Halo Eunmi angel nya samchon"

"Samchon....bogoshipo"

"Kabarmu sehat kan? Bagaimana juga kabar operasional perusahaan?" Sungmin berhighfive dengan adiknya dan tersenyum senang.

"Semua berjalan lancar hyung, jangan lupa jika adikmu ini jenius jika hanya urusan mengurus perusahaan"

Hyukjae mengangguk geli meski masih di pelototi Lee Kanghun yang kesal karena di lupakan, Hyukjae malah acuh saja menggodai Eunmi yang sudah manja duduk di pangkuan paman nya.

"Lihat? Dia bahkan tak menyapa ayahnya sama sekali?" Hyukjae yang baru sadar terkekeh dan nyengir lebar, lalu berdiri membungkuk pada ayahnya.

"Mianhae aboeji, seperti biasa aboeji pasti makin sehat kan?

"Nde... semoga saja aku tak sakit lagi..."

"Yeobo, kau harus tetap berkonsentrasi dengan pengobatanmu. Soal perusahaan uri Hyukie sudah mengurusnya, iya kan sayang?"

"Hah~ ibumu selalu saja berlebihan jika soal bocah bandel itu" Semuanya terkekeh karena ucapan lucu Lee Kanghun tadi.

avataravatar
Next chapter