4 I Hate Him (4)

HAPPY READING.

Nara POV ON.

Saat menghadapi situasi seperti ini lalu menyadari jika masa depan kita telah hancur karena tersesat di tempat laknat ini, apa aku masih sanggup terus hidup dan berpura pura jika semua masih baik baik saja.

Aku hanya ingin mencari uang untuk bertahan hidup, melakoni pekerjaan berat apapun yang aku bisa aku lakukan di negara besar ini, asalkan aku dan adik ku tak kelaparan di kota besar nan padat ini.

Aku lahir di Seoul  pada musim panas bulan Agustus tepatnya 24 tahun lalu, ibuku adalah wanita Korea asli namin ayah ku memiliki keturunan Indonesia dan Cina, sejak aku kecil ayah tak pernah memperkenalkan satupun keluarga nya di Indonesia, entah kenapa. Hanya saja aku sempat mendengar jika pernikahan kedua orang tuaku ini tak di restui oleh keluarga dari pihak ayahku.

Miris memang.

Sebelum nya sejak masih SMU berbagai jenis pekerjaan pernah aku lakoni, pembagi brosur, makelar properti, bahkan tukang pengantar koran dan tukang cuci piring, menjadi pelayan kedai di berbagai tempat makan juga sudah aku lakukan sejak masih sekolah SMP, dan aku tak pernah mengeluh sedikitpun.

Tapi semua pekerjaan itu sama sekali tak aku sesali, aku bahagia menjalaninya hingga suatu hari aku bertemu dengan sahabat dekatku sejak sekolah SMP dulu, Kim Sunhee. Dia yang iba dengan hidupku kemudian menawariku kerja menjadi pelayan di sebuah tempat elit yang dia bilang menjadi tempat orang kaya membuang uang nya, dan aku yang terlalu lugu ini menyambut baik tawaran teman ku karena berpikir upah sehari sebanyak empat puluh ribu won itu sangat banyak bagiku.

Aku bahagia dengan pekerjaan baru ini, di hari pertama kerja Sunhee menitipkan aku pada seorang manager tempat itu bernama Kang Daniel, pria muda  tampan yang cukup baik karena dia memperlakukan pegawai rendahan seperti aku dengan baik, kemudian dari sesama pelayan aku baru tahu jika manager Kang itu adalah orang kepercayaan bos tempat ini, tepatnya club malam elit ini.

Di hari kedua bekerja aku melakoni tugas ku dengan sama senangnya dengan kemarin, pagi saat jam di angka tujuh aku sudah datang untuk shift pagi, membersihkan lantai bawah club malam ini dengan beberapa pelayan lain, yang hampir seluruh tempatnya berantakan dengan banyak sampah berceceran di lantai, lalu piring dan gelas kotor di meja yang di tinggalkan pelanggan nya saat club malam ini tutup jam lima pagi tadi.

Dengan cepat dan gesit aku bekerja, karena tak ingin mengecewakan atasan ku, terutama Sunhee yang sudah berbaik hati memberiku pekerjaan ini yang lebih banyak gajinya dari pekerjaan ku sebelum nya.

"Kyaaa!!!"

Prang...

Mulutku berteriak keras karena kaget dan shok, kedua tangan ku yang tadi memegang nampan dengan beberapa gelas kotor gemetar karena seseorang menabrakku keras, lalu membuat gelas itu pecah dengan cairan jus yang tumpah mengenai baju si penabrak, aku shok masih membungkuk takut dengan reflek karena tiba tiba pria yang tadi menabrakku mencaci maki aku dengan keras.

Inilah hari tersial dalam hidupku, sejuta makian sumpah serapah bahkan label itu dia ucapkan 'pelayan bodoh, miskin, udik' dan yang paling membuatku mengenaskan si pemilik tempat ini langsung memecatku karena kesalahan ini, padahal ini bukan murni kesalahan ku. Inilah nasib mengenaskan si miskin yang seperti aku.

"Dia itu pelanggan istimewa tempat ini, dasar bodoh!! Jika dia sampai murka dan bisnisku hancur kau akan aku habisi!"

Tuan Han Kangjun memarahiku dengan kalimat keras menohok ini, karena insiden ini jugalah kesialan hidupku di mulai, predikat seorang pelayan mulai berganti menjadi seorang pelacur, yang mau tak mau harus aku jalani jika tak mau nyawaku melayang.

Nara POV end.

*

*

"Hiks....."

Dengan tangan masih gemetar gadis itu terisak, meremas dadanya dan menutupi area payudara nya dengan lengan yang masih penuh dengan banyak tanda merah, bahkan lecet karena kekasaran seseorang tak punya hati yang tadi dengan kejam membuat harga dirinya hilang dalam satu jam saja.

Nara masih tak bergeming, di sudut ruangan dia menangisi hidupnya, menatap nanar baju baju milik pelanggan brengsek itu di lantai yang teronggok, juga pakaian lingerlie krem yang tadi Nara kenakan, sekarang hanya pakaian dalam yang masih menempel di tubuh mulusnya.

"Berisik!! Diamlah jalang!"

Hyukjae duduk di sofa dengan wajah kusut, kesal sekali karena meniduri seorang gadis kali ini benar benar melelahkan, Hyukjae sampai harus main kasar dengan tenaga hampir habis karena sejak tadi jalang itu melawan dan membuat dia nyaris membunuh si jalang.

"Jangan membuat kepalaku tambah pusing, kau bisa diam tidak hah?"

Hyukjae baru menoleh, dia menghela nafas karena si jalang yang belum dia tahu namanya itu malah masih terus menangis, sesekali gadis itu meringis menahan nyeri di kewanitaan nya, dan menatap penuh amarah seorang pelanggan brengsek yang baru menghancurkan hidupnya.

"Baru kali ini ada jalang menangis miris karena di tiduri, cih~ bayaran mu seperti kurang saja. Diamlah jangan sok suci!" Hyukjae geleng geleng, dia menguap beberapa kali lalu memijit dahinya, ingin sekali menelpon pengawalnya agar menyiapkan kamar di atas agar dia bisa tidur nyenyak setelah kelelahan tadi.

"Kau pikir saya wanita macam apa? Pelacur murahan? Jalang? Saya hanya punya harga diri ini dan kau merenggutnya tuan....lalu bagaimana saya bisa hidup lagi?"

Hyukjae kaget, dia menatap tajam Park Nara yang baru menjawab ucapan nya dengan sesenggukan, bahkan pria itu berubah kesal karena pelacur itu begitu berani menyinggung soal harga diri.

"Harga dirimu sudah ku beli 10 juta won salahkan saja Han Kangjun yang menyodorkan kau untukku...dasar pelayan miskin, pelacur tak tahu diri"

"Mesum gila!!"

Hyukjae terkekeh lalu menyeringai dengan ucapan makian gadis itu tadi, dia meneguk lagi habis cairan alkohol di gelasnya dengan gemas.

"Siapa namamu?"

Hyukjae baru tertarik bertanya nama gadis itu setelah satu jam lalu dia bahkan memasuki intim gadis itu, Hyukjae masih menunggu jawaban tadi sembari menuang wine lagi di gelas nya, tampang nya lelah, sebentar lagi mungkin Hyukjae akan terkapar mabuk Wine, wajahnya sudah memerah, dengan penampilan berantakan, kemeja yang kancing nya tanggal semua, lalu celana hitam kain nya masih terpakai asalan.

Tak ada jawaban apapun karena gadis itu masih saja sibuk terisak.

"Aish, kau bukan saja bodoh tapi juga tuli? Menangis terus dari tadi seperti aku baru membunuh orang tuamu saja?"

Park Nara tak menjawab apapun, dia masih menangisi nasibnya yang sial ini, bahkan untuk berdiri mengambil gaun nya untuk memakai nya dia tak punya tenaga sama sekali.

Hyukjae yang iba akhirnya berdiri memunguti gaun yang di pakai gadis itu tadi, lalu mengangsurkan pada Nara yang mendongak menatap pelanggan nya dan mengigit bibirnya.

"Pakailah setelah itu cepat pergilah, aku menyesal malam ini memakaimu"

Nara berdiri susah payah dengan terhuyung, dia masih nyaris telanjang dan merampas gaun itu dengan kasar, hanya beberapa detik dia memakai lagi lingerlie krem itu lalu berjalan terseok menahan perih di intim nya menuju pintu, dan menoleh lagi sebentar pada Hyukjae.

"Semoga saja selamanya saya tak pernah melihat anda lagi, terima kasih sudah menghancurkan hidup saya, tuan kejam brengsek"

"Mwo??"

Hyukjae tercenung, pintu itu tertutup dengan keras lalu menelan tubuh gadis itu dan sekarang hanya Hyukjae di ruangan VIP ini.

"Oh shit, dia memakiku juga kejam!? Aissh dasar jalang sialan"

Hyukjae mengacak acak rambut hitam nya gemas, gila saja dia di maki maki oleh pelacur yang baru saja memakan uang nya, dan baru kali ini ada yeoja yang tak rela dia tiduri.

Dua minggu kemudian.

*

*

Lees group company Building, Seoul*

Gedung dengan hampir seratus lantai yang menjulang di antara gedung gedung tinggi lain di pusat Gangnam, dengan isi pekerja pilihan dari lulusan terbaik seluruh universitas di belahan bumi yang di rekrut juga dari SDM terbaik di negara ini.

Gedung yang merupakan kantor pusat dari LEES COMPANY atau biasa di sebut LG CORP, hampir semua penduduk di Korea selatan ini mengetahui perusahaan raksasa nomer tiga itu, setelah SAMSUNG GROUP dan E J&M company, bisnis mereka di bidang perhotelan bintang lima TLJ WORLD, real estate LEES LAND, dept store JEWELRY yang berkelas, CBB toserba, GRENNY yang restoran mewah, bakery TOUS LESJOURS, bahkan COEX MAL juga yang saham nya sebagian besar keluarga Lee miliki di semua tempat ini.

Semua kepemilikan tempat tempat itu membuat keluarga Lee yang sejak generasi pertama hidup bergelimang harta dan cukup di hormati di negara ini sebagai jajaran Kaum Chaebol, tak heran jika di generasi berikutnya dan berikutnya kepemimpinan tertinggi LG CORP akan selalu di pegang oleh keturunan dari Lee Hyongsuk yang merupakan kakek buyut Lee Hyukjae. Saat ini Hyukjae menduduki jabatan sebagai CEO yang menggantikan tugas ayahnya sebagai presdir dan tengah cuti karena sakitnya.

Hyukjae masih mengigit pulpen nya dan duduk anteng di ruang kerjanya, wajahnya menatap serius laptop di depan nya yang terpampang grafik saham dari TOUS LESJOURS anak cabang perusahaan ini yang sejak kemarin cukup bagus posisinya, namun meski hasil kerjanya bagus selama sebulan ini dan cukup membuat ayahnya bangga namun Hyukjae terlihat tak terlalu bahagia.

Aada sesuatu yang mengusik otaknya yang malah berkelana ke mana mana sejak dua minggu lalu, siapa yang dia pikirkan akan membuat orang pasti tertawa.

Si pelacur itu, atau Hyukjae panggil juga pelayan bodoh club malam yang berani memakinya brengsek dan kejam bahkan pria gila mesum. Sejak malam itu Hyukjae sampai tak berani mendatangi club malam itu, padahal biasanya seminggu dua atau tiga kali dia pasti mampir e tempat laknat penuh kesenangan duniawi itu.

"Oh shit, aku ingin melupakan itu semua....sial sial....."

Pria itu yang meremas frustasi rambut hitam nya, file file sialan di depan nya masih menunggu dia periksa dan di bubuhi tanda tangan juga, namun sejak dua minggu lalu Hyukjae merasa hidup nya tak tenang lagi.

Sesekali dia mendesah kesal lalu nyaris mengacak acak isi meja kerjanya jika saja seseorang tak masuk ke ruangan nya.

"Hyuk! Aigoo ternyata kau di sini? Apa kabar bro....."

Lee Donghae yang baru nyelonong masuk ruangan itu memberikan senyum termanis, namun si teman hanya menoleh sebentar dengan malas dan menatap lagi laptopnya.

"Wah pasti mood mu sedang jelek ya?"

"Jangan sok tau ikan Mokpo"

Donghae tergelak, duduk di depan meja Hyukjae dan mendekap lengan nya.

"Ada apa hm? Ayo katakan apa yang membuat kau suntuk sajangnim?"

"Ahk jangan merecokiku, keluar sana! Kau kesini kan ada perlu dengan Kyuhyun?" Donghae mendesah sebal, sebagai sahabat dia sebenarnya ingin Hyukjae lebih terbuka padanya, tapi begitulah teman nya susah sekali membicarakan hal hal yang dia anggap rahasia.

"Apa Kau putus dengan Wendy?"

Hyukjae merotasi matanya, dia meletakkan kertas yang baru dia baca lalu mengusap wajahnya.

"Dia masih di Hongkong, ckck~ mungkin pacarku itu malah lebih sibuk daripada aku?"

Donghae tergelak, rasanya keluhan itu membuat dia ingin tertawa keras mengejek si teman yang kelewat bodoh cinta setengah mati pada model cantik keturunan Amerika itu.

"Ayolah Hyuk kau seperti tak tahu saja, Wendy itu bukan yeoja yang patuh kau suruh diam di rumah atau seperti eomma mu"

Pria di depan nya tersenyum kecut, anggap saja memang Donghae benar jika selama menjalin cinta dengan Wendy Kim pertemuan kencan mereka bisa di hitung dengan jari, tak heran juga jika Hyukjae yang bosan dan jenuh mencari hiburan dengan masuk club malam, meniduri jalang atau kencan singkat dengan beberapa pegawai perusahaan ini, ah anggap saja dia butuh pelampiasan nafsu juga karena dia pria normal.

"Omong omong soal itu apa kau sudah mengenalkan Wendy pada kedua orang tua mu? Kau serius pacaran dengan nya kan?"

"Aku masih tak mau berpikir jauh, kriteria ibuku soal menantu kau tahu sendiri cukup sulit? Jika dia tahu aku pacaran dengan model mungkin dia akan mengamuk?"

"Ah benar juga sih? Bibi Lee memang sedikit menyulitkan?"

"Jalani saja lagipula aku masih suka senang senang hehe"

"Aish kau selalu saja?"

"Kau sedang serius dengan Han Sejung? Kyuhyun bilang itu nama pacarmu?"

"Hm nde~ sudah hampir dua bulan aku pacaran dengan nya"

"Kau cinta dia? Apa kalian bersama juga kan?"

"Menurutmu?"

Donghae manggut manggut terkekeh malu, bukan hal aneh jika dia dan pacarnya bisa tidur bersama, di Korea selatan ini soal tidur bersama dengan pacar bukan hal yang tabu, malah Donghae cukup bangga sudah memiliki pacarnya sepenuhnya.

Tiba tiba Hyukjae terdiam, dia ingat lagi dengan gadis pelayan club malam yang membuat isi otaknya jadi blank dua minggu ini.

Pemikiran gadis itu yang sangat berbeda dari kebanyakan kaum yeoja lain nya di Korea selatan, dia mengamuk dan memaki Hyukjae pria brengsek, mesum dan kejam hanya karena predikatnya tak perawan lagi karena ulah Hyukjae, Bahkan dia masih tak tahu siapa nama gadis kurang ajar itu, dia hanya menyebut gadis itu si pelayan bodoh dan si jalang sok suci.

"Aigoo ada apa dengan ku?"

Hyukjae tersadar setelah melamun tadi, mimik wajahnya berubah merah ketika membayangkan wajah gadis pelayan itu yang memang cantik.

*

*

*

"Na...hee..."

Sunhee nyaris menangis setelah memeluk teman nya, kedua matanya berkaca kaca namun si teman hanya tersenyum dan menenangkan emosinya.

Dua yeoja itu duduk di bangku sebuah taman, di depan mereka terparkir sepeda kayuh yang selama ini di gunakan Nara untuk mencari rejeki jika pagi hari, benar dia memang bekerja lagi sebagai pengantar koran sejak bisa keluar dari club malam itu.

"Mianhae, aku sungguh menyesal menawarimu pekerjaan itu, maafkan aku Na~ Hee ya"

Sunhee benar benar menangis sekarang, dia ingin sekali bisa memutar waktu dan mencegah semua kejadian buruk kemarin jika saja tahu Kang Daniel tak bisa menjaga teman nya dengan baik.

"Eoh sudahlah, uljima hm gwenchana lihat sekarang aku sudah baik baik saja kan?"

"Tapi tetap saja karena aku, kau sempat jadi pelacur di sana, aku tak rela hiks~ kalau saja aku tahu tua bangka itu berulah"

"Eiy....jangan begitu, dia itu ayah angkatmu"

Nara tersenyum dengan bijak menyodorkan tisu pada Sunhee, dia setidaknya bersyukur sudah bisa bebas dari club malam itu.

"Na-hee.....bagaimana sekarang kerjaan mu? Apa kau yakin akan mencari kerja lain lagi?"

"Iya....kerja jadi tukang koran jika pagi dan cuci piring di kedai mulai siang takkan cukup untuk berobat Minhwa"

Nara menghela nafasnya, memang sih saat pergi dari club malam itu, ahjussi Han Kangjun memberinya uang tiga juta won sebagai komisi dan permintaan maaf, tapi uang itu sudah nyaris habis untuk membayar tunggakan kamar sewa dan berobat Minhwa kemarin.

"Lalu apa rencanamu?"

"Aku hanya lulusan SMU takkan bisa kerja kantoran Sun-ah jadi aku memasukkan lamaran ke beberapa restoran dan cafe, doakan saja cepat ada kabar baik"

"Argh seandainya saja aku bisa membantumu?"

"Gwenchana, aku sarankan kau juga mulai cari kerja lain nya, jangan berhubungan lagi kerja di club itu"

Sunhee meremas tangan nya, dia memang ingin sekali keluar dari dunia hitam itu, miris sekali memang selama ini dia bisa hidup mewah namun menjadi pelacur. Untung saja Tuan Han baik padanya dan menganggap anak sendiri, tapi Sunhee takut mencoba mencari pekerjaan lain, apa ada pekerjaan dengan gaji besar sementara dia hanya sekolah sampai SMP saja.

"Na-hee....asalkan aku dapat hidup layak, kerja apa saja aku rela....sudahlah jangan bahas soal aku"

"Hm...tapi kau harus hati hati di sana, aku tahu jika Ahjussi Han menganggapmu anaknya sendiri tapi dia kan tetap orang lain"

"Hm nde arraseo Na-hee"

Nara mengusap bahu sahabatnya, mereka sudah lama bersahabat dekat nyaris dua puluh tahun sejak orang tua mereka semua masih hidup, jadi Nara tahu betul bagaimana Sunhee.

Kenapa Nara bisa keluar dari club malam elit Paradise ceritanya cukup panjang, keesokan harinya setelah insiden buruk nya dengan pelanggan brengsek yang di panggil tuan Lee itu dan tega memperkosanya, akhirnya Sunhee kembali dari Jeju.

Tentu saja Sunhee menemukan hal malang yang menimpa Nara itu, dia memarahi seisi club malam, Kang Daniel bahkan mendapat omelan panjang lebar dan bulan bulanan kemarahan wanita itu, lalu ahjussi Han si pemilik sampai susah payah membujuk Sunhee dan minta maaf, kemudian dia segera membebaskan Nara dari tempat itu dengan memberikan uang tiga juta won juga sebagai kompensasi.

Tapi tetap saja itu masih meninggalkan bekas luka untuk Nara, dia bukan lagi gadis perawan yang bisa berbangga diri karena masih bisa menjaga kehormatan nya, dia sudah kotor menurutnya.

"Ah chakaman ini untukmu, tadi ahjussi Han menitipkan ini, semoga saja uang ini bisa kau gunakan sampai kau dapat kerjaan yang bagus"

"Aigoo Sunhee, uang ini?"

"Jebal ambillah, aku sangat menyesal Na-hee jika saja aku bisa membantumu lebih dari ini"

Nara mengangguk hampir menangis, dia menerima amplop tebal berisi lembaran uang won yang di sodorkan Sunhee.

"Gumawo, sampaikan terima kasih juga pada ahjussi Han"

"Jumlah nya tak seberapa di banding kesalahanku, sekali lagi maafkan aku"

"Kau tak salah apapun, aku mohon jangan minta maaf lagi Sun-ah"

Dua yeoja itu berpelukan sebentar dan menangis.

avataravatar
Next chapter