11 Kebahagianmu Adalah Masalah Buatku!!

Hal yang sama terjadi di kantor pusat montoon. Karna e-mail dan perbuatan iseng Rafi dengan 'menghack' server mereka. Mereka sekarang sangat sibuk dan kerepotan untuk menghubungi Rafi. Sedangkan orang yang bersangkutan sedang duduk manis menikmati masakan adena.

"Enak….. Adena ternyata calon ibu yang baik"

"Eh, Be-benarkah!" Adena menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia sedikit menundukkan kepalanya, tidak tau apa yang harus dilakukannya menghadapi pujian pria ini. "Ka, kalau begitu kamu harus makan lebih banyak. Aku membuat yang ini secara pribadi" Adena mengabilkan berbagai makanan buatannya dan meletakannya ke piring Rafi tampa mempedulikan budi yang dipiringnya sekarang hanya tersisa lalapan.

"Hei itu mulikkku...…."

Malang baginya sebelum bahkan dia mampu menyelesaikan ucapannya Adena sudah memarahinya "Haa? Apa? Apa kau tidak puas dengan makanan yang aku masak untukmu? Apa kau ingin aku memberimu sesutau yang lain?" Tanya adena dengan senyum manis di wajahnya.

Budi yang melihat ini tau bahwa dia dalam masalah jika melawan adena dalam mode ini. Adena dalam mode ini adalah saat dimana dia paling tidak masuk akal. Pernah sekali dia mencoba untuk mendebatnya dan yang dia dapatkan adalah malam hari yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Pada saat itu dia berjanji pada dirinya bahwa dia tidak akan mengambil sisi buruk yang mulia ratu ini. Dia benar-benar tidak ingin mengalami pengalaman traumatis itu sekali lagi. Kali ini seperti yang sebelum-sebelumnya budi hanya bisa menyimpan semua keluhan rapat-rapat di dalam hatinya.

Setelah selesai makan malam Rafi dan budi segera berpamitan dengan adena.

------------------------------------------

Rafi ambruk.

Entah jam berapa dia sampai dirumahnya semalam, yang jelas keletihan langsung membekap dirinya. Tidak mau mengabil resiko apapun dia langsung menyelinap ke kamarnya dan tidur. Kebiasaan ini dia dapatkan sejak dia dimarahi habis habisan oleh bibinya karna pulang kemalaman. Sejak saat itu dia selalu menghidari bentrokan langsung dengan bibinya saat dia merasa melakukan kesalahan, sekecil apapun itu.

Sudah jam sembilan pagi ketika dia membuka matanya, kalau bukan karna rasa pusing di kepalanya dia akan melanjutkan tidurnya. Dia memaksakan dirinya untuk duduk, kemudia sedikit memijat kepalanya yang sedang berdenyut sebagai hukuman karna melanggar jam tidurnya. "Aku penasaran bagaimana keadaan Sandra sejak aku tinggalakan seharian kemarin? Kalau dipikir-pikir aku hanya meninggalkan uang cukup untuk sarapan dan makan siang."

Mengingat itu dia kemudian memaksakan dirinya untuk berdiri kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersikan dirinya.

"Sebaiknya aku segera mengajak Sandra sarapan aku yakin dia tidak makan dengan baik kemarin." Setelah memutuskan itu Rafi turun dari lantai tiga ke latai bawah hanya untuk menemukan Sandra sedang memasak di dapur.

"Ah Rafi akhirnya kamu bangun juga. Aku sudah berusaha membangunkanmu tapi tampakanya kamu sangat kelelahan. Kamu bahkan lupa untuk mengunci kamarmu. Ayo duduk, sarapan sebentar lagi akan siap"

"Apa yang kamu masak? Kenapa aku merasa baunya sangat enak." Dia mau tidak mau memuji, bau masakan dari panci Sandra memang sangat harum.

"Ah ini adalaH nasi goreng, aku menemukan bahan-bahanya di kulkas. Aku juga menemukan beberapa sosis dan kornet, kuharap kamu tidak keberatan aku menggunakannya"

"Tidak, silahkan lakukan sesukamu. Yang lain tidak akan kembali sampai tahun ajaran baru dimulai, sampai saat itu hanya ada kita berdua di sini. Jadi lakukan sesukamu dengan apapun yang ada di kulkas. Tidak tolong ubah bahan-bahan sialan itu menjadi makanan yang layak"

Mendengar jawaban Rafi yang sangat lucu Sandra tertawa. Untuk waktu yang sangat lama akhirnya dia bisa tertawa lagi. "Oh iya kudengar kamu akan segera lulus dari perguruan tinggi? Apa yang akan kamu lakukan setelah itu?"

"Aku?" Rafi menunjuk dirinya sendiri kemudian menatap Sandra "Aku? Aku ingin mendirikan perusahaan sendiri"

"Sungguh.... idealis sekali. Apa kamu tidak ingin mencari pengalaman dari orang lain terlebih dahulu? Oh iya, omong-omong apa jurusan yang kamu ambil di universitas? Kakak mungkin bisa membantumu menemukan pekerjaan"

"Tidak, itu tidaklah perlu. Aku juga sudah mendapatkan buket emas pertamaku. Lihat ini!" Rafi yang barusan merasakan getaran dari smartphonya mengabilnya dan mengarahkan layarnya ke arah Sandra, setelah memeriksa E-mail yang baru saja masuk kotak suratnya. "Lihat mereka sudah tiba di inesia, maukah kamu menematiku nanti?"

Sandra meletakan kedua tanggannya keatas meja, membungkuk ke depan memaksakan wajahnya sedekat mungkin kelayar smartphone. "Mungkinkah orang yang kamu maksud adalah perwakilan dari montoon dan kantor pusat blue hol game?" melihat apa yang tertulis di email Sandra memang agak kaget. Tapi dia dengan cepat mendapatakan kembali ketengannya. Walaupun dia baru bertemu dengan bocah ini dia dapat memastikan satu hal, orang ini tidah hanya memiliki mental yang kuat dia juga punya otak yang sangat cerdas, munkin.

"Jadi apa yang kamu rencanakan?" tanyanya

"Aku akan menjual beberapa pembaruan untuk game mereka. Mereka meminta kita untuk negosiasai pada jam makan siang besok di hotel pangeran. Dan tentu saja aku mengatakan bahwa aku akan membawamu bersamaku besok."

"Ah…. Apa yang bisa aku katakan padamu?" Sandra memegangi jidatnya, hal yang selalu dia lakukan saat saat kehilangan ketenangannya. "Baikalah sekarang ayo makan. Setelah ini temani aku ke pusat perbelanjaan terdekat untuk mendapatakan pakaian yang layak. Kau tidak ingin malu jika aku tidak mengunakan sesuatu yang pantaskan?"

"ya" Rafi tidak tau bagaimana menjawab penyataan ini.

"Nah yang ini bagianmu"

"Terima Kasih"

Rafi baru saja akan mengabil suapan pertamanya tapi Sandra mengahentikannya. "Hei diamana sopan santunmu? Pergi cuci tanganmu sana!" perintah sandera padanya

"Sesuai keinginan anda yang mulaia" Rafi membungkuk, berusaha meniru adegan sat kasim kerajaan yang mendapatkan titah dari yang mulai ratu. Ini membuat Sandra menutupi mulutnya berusaha menahan tawa melihat tingkah kocak Rafi.

Setelah melakukan itu Rafi segera duduk dan kemudian mulai menyatap jatah sarapannya, sambil mengaumi kemampuan memasak Sandra.

"Apa kamu tidak berencana untuk membuka restoran?"

"Tidak Mengapa?"

"Rasa masakanmu ini benar benar luar biasa. Kenapa kamu tidak memilih menjadi koki saja?"

"Memasak hanya hobi, ayo makan yang ini juga. Nasi goreng akan lebih enak jika ditambahkan dengan acar."

"Benar juga. Ada untungnya kamu tidak ingin membuka restoran" Rafi mengangguk setuju mendengar jawaban Sandra.

"Kenapa memangnya?" Sandra mengerutkan keningnya. Ditahun-tahunya bekerja dibidang hukum Sandra akan mengerti semua makna tersirat dalam setiap kata yang diucapkan orang lain padanya, tapi kali ini dia tidak. Kata-kata yang diucapkan Rafi padanya bagaimana dia harus mengatakannya, yah….. itu 'terlalu umum'.

Rafi menyendok suapan terahir dipiringnya sebelum memasukkan makanan tersebut kemulutnya. Dia kemudian mengakat gelas coffee disampingya, menyeruputnya kemudian mengalihkan pandanganya pada Sandra seakan melihat orang paling bodoh didunia. "Kau tau Alex, boleh aku memanggilmu begitu? Akan lebih mudah bagimu untuk mempersiapkan diri kalau begitu. Kalau tidak kau boleh menganggapnya pangilan akrap dari seoerang teman"

Sandar mengangguk. "Tentu"

Mendapatkan persetujuan Sandra Rafi melanjutkan "Ada banyak orang bijak yang mengatakan bahwa kebahagian itu adalah masalah. Kau tau kenapa?"

"Maaf aku bukan ahli dalam filosofi?" Sandra menapat Rafi hanya untuk mendapati bahwa leluconnya tidak bekerja "Baiklah, kenapa?"

"Ada sebuah premis yang mendasari asusmsi dari semua keyakinan kebanyakan orang didunia ini. Premis itu adalah bahwa sebuah kebahagian bersifat algoritmik, bisa diutak-atik, dipelorah dan dicapai. Ini seperti jika aku melakukan X maka aku akan bahagia. Tapi taukah kamu jika ada orang yang berhasil tentu saja akan ada yang gagal. Jika kamu bahagia karna sesuatu, akan ada orang yang sedih karna hal yang sama"

"Lalu….. apa hubunganya? Maksudku apa hubungan semua teori filosofis rumit tadi dengan aku tidak berencana menjadi koki dan membuka restoran?"

Menyadari bahwa dia berhasil membuat gadis cerdas ini bingun membuat Rafi merasa situasi ini benar-benar sebuah lelucon. "Kau tau apa yang akan terjadi jika seorang juru masak terbaik membuka restorangnya sendiri?"

"Jangan remekan aku, ok! Tantu saja aku paham hal sesederhana itu. restorangnya akan jadi terkenal dan mendapakan banyak keuntungan. Aku pernah ke beberapa restoran yang mana dperlukan untuk melakukan reservasi juah jauh hari sebelum kita dapat mencicipi hidangan di sana"

"Tepat, itulah yang membuaku bersyukur. Alex masakanmu sangat enak. Karna kamu tidak berniat membuka restoran aku tidak perlu melakukan reserpasi jauh-jauh hari sebelum mencicipi hidangan buatamu. Bolekan aku menyerahkan urusan makan siang, makan malam dan sarapan kita seterusnya padamu juga?"

avataravatar
Next chapter