1 Part 1

Fadli tersentak kaget disaat ada seseorang menepuk pundaknya pelan. "Ngelamun ae kamu."

"Eh ... Bikin kaget aja loe War!" ucap Fadli.

"Hehehe." pria berwajah bulat itu hanya cengengesan kagak jelas.

"Loe daritadi diperhatiin ama Boss tuh." sambungnya sambil menunjuk kearah Pria gagah disana lewat mata ekornya.

Sedangkan pria gagah yang dimaksud menatap Fadli galak, yang menyebabkan dua sejoli itu mengidik ngeri dan langsung cabut meneruskan pekerjaan mereka masing-masing.

Setelah waktu istirahat tiba, Fadli menghentikan pekerjaan seperti meracik dan mengolah kopi karena itulah pekerjaan yang di jalani saat ini yaitu seorang barista di sebuah kafe anak muda yang terletak di kota Malang.

Namun belum sempat memakan bekalnya tiba-tiba teman seperkerja memanggilnya, "Fafad."

"Ya ada apa?" balasnya, wanita itu menghampiri Fadli dengan wajah ragu, Mungkin ada hal penting yang mau dia sampaikan.

Fadli merasa bingung sikap gadis berhijab itu.

"Ada apa Syafa?"

"Ehm ... kamu di panggil Boss." jawab gadis bernama Syafa itu. Seketika hati fadli berdetak kencang, soalnya Boss mereka itu sering memanggil karyawannya di jam istirahat ke kantornya untuk mendengar khutbah panjang lebarnya setelah selesai membuat kuping mereka panas mereka pasti di pecat pada akhirnya.

Makanya ruangan Boss kerap di beri julukan sebagai ruangan iblis oleh karyawannya sendiri.

Dengan langkah gontai Fadli berjalan menuju ke ruangan Boss-nya itu, di dalam setiap langkah tak henti-henti Fadli mengucapkan doa agar Allah memberi kemudahan padanya karena hanya ini lah tempat dia mengais rezeki untuk menafkahi keluarganya yang hanya terdiri atas ibu dan adik kecilnya yang masih berumur 9 tahun, sebenarnya fadli memiliki saudara kembar bernama Amir yang juga lagi mengais rezeki, namun fadli tidak mau kalau dirinya menjadi pengganguran apabila dia benar-benar di pecat dari pekerjaannya karena hal itu akan membuat keluarganya khawatir dan repot.

Sesampai di depat pintu ruangan, fadli mengetuk pintu itu dengan pelan dan mengucap salam.

"Permisi."

Namun tidak ada sahutan dari sang Boss, si Boss hanya terus menatap layar laptopnya itu dengan intens hingga fadli berada di hadapannya dan terus memanggilnya.

"Boss." panggil fadli, dan akhirnya sang Boss mengalihkan perhatiannya dari laptopnya kearah pria mungil di depannya.

Fadli dengan kikuk mencoba memastikan kembali pemanggilan dirinya itu, "Pak, apakah anda benar memanggil saya untuk ke ruangan anda? "

"Ya." jawabnya singkat kemudian dia melanjutkan aktivitas sebelumnya yaitu pantengin layar laptop.

Disisi lain Fadli merasa terancam dan takut, berusaha menghibur dirinya sendiri dengan memandang ruangan Boss-nya itu.

Sesekali Fadli memandang meja boss-nya yang terdapat name tag yang terbuat dari kayu yang tertulis "Dewa Linggarjati."

Sebenarnya Fadli ingin tertawa saat melihat nametag Boss-nya itu, karena Linggarjati bukannya perjanjian antara Belanda dengan Indonesia, bisa dibilang kalau pria di hadapannya ini bernama Dewa Janji.

"Tukang PHP" guman Fadli pelan.

"Ehem..." Suara itu membuat lamunan konyol Fadli hilang tak berbekas.

"Eh ... iya Pak?"

"Saya memanggilmu karena ada sesuatu yang ingin saya sampaikan." kata pria bernama dewa itu.

"Apa Pak?"

"Mulai besok kamu gak bekerja disini lagi."

"Deg." Sesuai dugaan Fadli kalau dia bakal dipecat, karena gak terima Fadli mulai membela dirinya."Tapi saya merasa gak melakukan kesalahan apapun Pak, tetapi jika anda merasa saya melakukan kesalahan aku minta jadi kumohon jangan pecat aku."

"Fadli bisa gak? kamu tidak memotong perkataanku." ucap Dewa.

"Eh..."

"Kamu memang besok tidak bekerja disini lagi tapi mulai besok kamu bekerja untuk temanku yang bernama Andrean dan ini alamatnya."

Dengan perasaan malu Fadli mengambil secarik kertas itu.

"Gitu ya Pak hehehe, tetapi bekerja apa ya Pak?"

"Besok kamu bakalan tahu."

"Baik Pak permisi." salam fadli kemudian keluar dari ruangan Dewa.

"Dia pria yang manis pantesan tuh duda tertarik ama tuh bocil huft." guman Dewa.

.....

Keesokan harinya Fadli menelusuri jalan besar untuk pergi ke tempat kerja barunya itu.

"Apakah alamat ini benar kok di lihat di berbagai sisi ini kok gak kek kafe malah seperti apartemen."

Sesekali Fadli melihat kertas itu kembali ternyata memang benar itu tempatnya tanpa membuang banyak waktu lagi fadli masuk kedalam bangunan tinggi itu dan menuju resepsionis.

"Permisi mbak."

"Ya ada yang bisa saya bantu?"

"Ehm ... Apakah disini ada yang bernama Andrean Aldiano Christian Albert."

"Eh..busyet sulit amat namanya" batin Fadli

"Apakah anda berbuat janji dengannya?" tanya resepsionis itu.

"Mungkin hehehe." sang resepsionis menatapku bingung.

"Baiklah aku akan menghubungi beliau segera anda bisa menunggu sebentar."

"O-oke."

Tak lama si resepsionis memanggil fadli dan menyuruhnya untuk menuju kamar No.248

"Assalamualaikum." salam Fadli.

Tak berselang lama muncul seorang pria tampan shirtless, yang membuat Fadli speechless seketika.

"De-dengan Bapak Andrean Aldiano Christian Albert?" tanya Fadli dengan mata tak luput dari roti sobek pria itu.

"Iya, bener kamu yang mau kerja di tempat akukan?" tanya Pak Andrean.

"Bener tuh, kapan ya Pak aku bisa mulai bekerja?"

"Sekarang, ayo masuk." perintah Andrean yang balas anggukan oleh Fadli.

Jantung Fadli berdengup dengan cepat saat masuk kedalam apartemen Andrean, bahkan membuat pikirannya kemana-mana.

"Mulai hari ini kamu akan bekerja mengurus-"

"Bubu" panggil seorang balita membuat kita berdua menoleh kearah suara.

Seketika Fadli terhipnotis dengan paras anak itu, dia memiliki mata bulat dengan pupil berwarna biru, dan berpipi chubby.

Ia pun teringat dengan balita yang pernah dia temui di kafe.

Anak itu pun diam terpaku saat melihat fadli dan merangkak kearahnya, lalu memeluk kaki Fadli.

"Bu bu."

"Maaf." ucap Andrean seraya mengendong balita kecil itu.

"Gak papa kok, namanya siapa?"

"Tessa Aldiano Christian Albert."

"Wah nama yang indah."

"Ehm ... Jadi tugasmu adalah menjaga Tessa dan mengurus rumah tangga oke."

"Baik, Pak."

"Yaudah aku tinggal ke kantor mau ngurus perusahaan."

"Baik pak." Setelah berpamitan dan cipika cipiki sama putri Pak Andrean langsumg capcus.

"Huft aku harap aku bakal betah kerja disini." harap Fadli

BERSAMBUNG.....

avataravatar
Next chapter