webnovel

Tambahan pembantu

Dariel baru saja menyelesaikan olahraganya dia mulai membereskan alat-alat yang tadi digunakannya. Badannya tampak bercucuran keringat sekarang. Handuk masih melingkar erat di bahunya dan tentu saja basah. Seseorang menekan bel membuat Dariel melihat kearah jam dinding. Ini masih pukul 7 siapa yang datang.

"Pagi bang.." Deby terlihat dari balik pintu. Matanya langsung salah fokus dengan tampilan Dariel pagi ini. Ini adalah pertama kalinya Deby melihat Dariel bertelanjang dada. Uh...kelihatan menggoda.

"Pagi, jam segini udah datang. Tumben.." Dariel sambil mempersilahkan masuk. Dengan segera Dariel mencari-cari kaos oblongnya lalu memakainya. Ara bisa ngamuk berat jika tahu dia memamerkan badannya di depan perempuan lain.

"Iya tadi bareng temen jadi sekalian minta anter."

"Triplets belum bangun, duduk aja dulu kalo mau sarapan ambil aja di dapur, saya ke atas dulu ya."

"Iya bang.." Deby mengikuti badan Dariel yang beralih.

"Ish...ngapain sih mata aku." Deby menyandarkan dirinya sendiri.

"Sayang...Deby udah datang tuh." Dariel langsung memberitahu tahu saat masuk kedalam kaamrnya.

"Tumben.." Ara mencari-cari baju kerjanya.

"Katanya bareng temennya."

"Triplets udah bangun belum ya?suruh ke kamar deh bang.."

"Sana kamu dong, Abang masih begini yang..." Dariel membuat Ara segera menemui Deby.

"Deb...nunggunya dikamar Triplets aja takut bangun, aku lagi siap-siap dulu."

"Oke kak.." Deby mengikuti instruksi Ara sementara majikannya itu kembali ke kamar.

"Bang Bi Tini belum datang mau sarapan apa biar aku suruh pak Nana beliin."

"Abang pingin bubur.."

"Bubur ga kenyang loh."

"Ya udah nasi uduk aja yang.." Dariel masih terlihat duduk beristirahat.

"Heran katanya nanya udah dijawab ga setuju.." Dariel menggerutu kecil.

"Kenapa bang?" Ara mulai menatap tajam.

"Engga-ga papa. Pingin nasi uduk pake telor balado."

"Duh jadi bulak balik.." Ara menyesal kenapa tak sekalian. Dariel senyum-senyum dengan tingkah Istrinya. Rasanya setelah Ara bekerja pagi-pagi selalu dipenuhi dengan kesibukan terutama ketika Triplets bangun dan pengasuhnya belum datang. Oleh karena itu Ara selalu prepare untuk mempersiapkan diri lebih awal agar tetap masih bisa bermain sebentar dengan anak-anaknya. Resiko orang tua kerja yang begini.

"Bang...aku mau nyari supir." Ara sudah kembali dari bawah.

"Buat siapa?"

"Buat Triplets."

"Mau kemana emang mereka?Abang ga ijinin kalo main sama mba nya aja."

"Bukan bang, maksud aku kalo Triplets sedikit rewel kaya kemarin tuh Karin, bisa dianter ke kantor. Aku kan jadi bisa liat mereka tapi kalo engga juga ya udah dirumah aja." Ara membuat Dariel berpikir sejenak. Benar juga. Kalo sewaktu-waktu mereka akan pergi mendadak bisa ada yang mengantarkan Triplets agar bisa ikut.

"Lagian mobil ada 4, 2 jarang dipake kenapa ga dipake aja. Iya ga?." Ara menambahkan lagi alibinya.

"Ya udah cari."

"Nah gitu dong jadi ga usah debat-debat. Nanti aku suruh Pak Nana bantu cari. Tukang kebun juga tuh bang cari dong."

"Ya ampun yang ngapain banyak-banyak?"

"Rumah ga ada yang urus kalo kita pergi."

"Satpam 2, pembantu 1, pengasuh 3, sekarang mau nambah supir 1, tukang kebun 1. Udah 8 orang kita kerjain?"

"Ya ga papa. Artis aja bisa sampe belasan loh bang yang ngurus rumahnya. Aku juga pingin cari pembantu satu lagi buat ngurus rumah. Kasian kalo cuman bi Tini sendiri mana udah tua, mau di cut kasian lagi. Serba salah deh untung aja masakannya enak." Ara mulai cerewet.

"Yang itu aja rumah Daddy yang kerja cuman 5 orang."

"Ya jangan samainlah. Daddykan cuman punya satu anak kecil kalo aku kan 3, rumah pasti sering berantakan apalagi kalo Triplets udah gede pasti lincah. Uh....jadi ga sabar liat Triplets jalan." Ara senyum-senyum sekarang.

"Jadi mau nambah berapa orang?"

"3 orang. 2 laki-laki, 1 perempuan."

"Deuh...ampun deh kalo buka karena butuh Abang ga mau."

"Bang ih ngegerutu... terus daritadi. Aku kan lagi mempermudah kerjaan kita. Jadi kalo sampe rumah tuh rapi, Anak-anak seneng, kita juga seneng."

"Bukan ngegerutu sayang, tapi kok sejak kerja kita jadi bergantung sama orang lain. Biasanya dulu kita bisa kok beres-beres, bersihin ini itu, ngerawat kebun, jagain anak-anak." Dariel mulai mengajak debat. Ara yang semula sedang berdandan kini membalikkan kursinya dan menatap Dariel.

"Karena dulu kita punya waktu luang, kalo sekarang kan engga. Pulang kerja pasti cape kan bang?ga mungkin kita beres-beres. Sekarang kalo Abang pulang kerja terus beres-beres, kapan main sama Triplets?ga ada kan?aku lebih baik percayain urusan rumah sama orang lain daripada Triplets yang harus sama orang lain. Kalo sekarang misal nih kita punya pembantu. Pulang kerja rumah rapikan enak, kita tinggal bersihin diri udah gitu manja-manjain Triplets. Coba Abang pilih mana?" Ara membujuk dengan alasan super dahsyat membuat Dariel tak bisa berkutik. Suaminya itu kini berdiri dan mendekati Ara. Dia membungkuk dengan dua tangan menahan diatas meja.

"Iya mami, Kalo cerewetnya udah keluar ga ada yang bisa ngalahin deh, tapi kayanya masih ada yang kurang." Ucap Dariel pertanda setuju.

"Apa?."

"Manjain papinya kapan?Kok daritadi telinga Abang dengernya Triplets terus."

"Manjain papinya kalo Triplets tidur." Ara mulai mengangkat keduanya keatas bahu Dariel.

"Udah lama nih ga manja-manja." Dariel mengecup-ngecup pipi dan leher Ara.

"Iya nanti ya pulang kerja. Sekarang udah siang sayang, mending Abang mandi, sarapannya bentar lagi pasti datang."

"Kalo gitu cium dulu dong baru Abang mau mandi.."

"Cium?awas ya kalo minta lebih.."

"Engga..." Ucap Dariel dan tak lama Ara pun mencium bibir suaminya. Mencium dengan penuh cinta dengan melibatkan lidah tentunya. Itu semakin membuat ciuman mereka terasa panas. Pemandangan itu rupanya terlihat oleh Deby yang tak sengaja memandang celah dibalik pintu rahasia kamar Triplets yang menebus ke kamar Ara. Mungkin tadi Ara lupa menutupnya dengan rapat akibat mengecek Triplets. Mereka pun tak sadar ada dua bola mata yang memandangi kejadian itu.

"Mesranya..." Deby iri namun dia segera mengalihkan lagi perhatiannya saat mendengar salah satu suara Triplets. Dia segera berjalan ke arah tempat tidurnya.

"Udah ya..Sekarang Abang mandi."

"Malem ini bener ya manja-manjain papi.."

"Iya beneran, nagih terus nih kalo soal beginian."

"Iya dong, keinginan kamu Abang turutin. Pingin pembantu ini itu Abang ikutin masa giliran Abang punya permintaan ga diturutin?"

"Oh...mulai itungan?"

"Engga sayang, ya sekali-sekali gitu. Seminggu ini kok kepala sedikit pusing gitu kayanya ada treatment yang kurang." Dariel senyum-senyum.

"Iya sayang, aku ngerti. Aku juga pingin kok."

"Kursinya harus Abang bersihin nih." Dariel langsung melirik kursi Tantra coklatnya.

"Udah-udah mandi sana, aku liat Triplets ya.."

"I love you.." Dariel mencium cukup lama pipi Ara.

"Love you too..."

***To be continue

Next chapter