webnovel

Negoisasi dengan Sachi

Setelah tak bisa berkomunikasi dengan Kiran selama 5 hari akhirnya wanita itu menelpon Kay juga.

- Kamu dimana?, aku kesana.

- Aku lagi dirumah Wina, ga usah ga papa.

- Ayo ngobrol sama aku.

- Nanti aja.

- Apa masih belum tenang?, apa kesel sama aku?.

- Bukan itu..

- Ran, aku udah dapet sebagian buktinya kok. Ansel bukan anak aku.

- Hem...

- Bisa pulang? kita obrolin baik-baik, aku jemput.

- Aku belum bisa pulang.

- Kenapa?.

- Aku bener-bener masih pingin sendiri Mas.

- Hari Minggu nanti ada makan malem dirumah Dady, kamu ingetkan?, aku jemput ya.

- Aku ga bisa datang.

- Kenapa?.

- Aku..aku belum bisa ketemu sama wanita itu lagi.

- Aku ga ada hubungan apapun sama Sachi.

- Aku sama Keyla dirumah aja.

- Ran... please...

- Aku dirumah aja Mas.

Kiran dengan nada sedih. Kay diam dibalik telepon.

- Aku udah bilang, apapun hasilnya nanti keputusan apapun yang kamu ambil aku terima tapi please...kasih kesempatan aku buat jelasin, kasih kesempatan aku buat buktiin. Aku kangen kamu, aku kangen Keyla. Ini udah hampir seminggu kamu pergi. Apa udah ga ada rasa kasian kamu sama aku?.

Kay dengan serius menanyakan hal itu. Kiran diam sejenak namun dalam perkataannya selanjutnya dia membuat kejutan.

- Apa ga sebaiknya kita pisah aja?.

- Ran, aku bilangkan tunggu sampe hasil keduanya keluar.

- Ayah udah tahu Mas, entah gimana caranya dia tahu ada masalah ini. Aku ga tahu harus gimana lagi

- Kamu selalu ngambil jalan tinggalin aku. Kayanya bagi kamu itu hal yang paling mudah. Oke, kalo mau kamu gitu. Senin nanti aku kerumah, aku cuman pingin ketemu Keyla. Ga papa kamu ga mau ketemu aku, ga masalah ayah kamu maki aku sekeras mungkin. Aku masih punya hak buat Keyla. Makasih Ran harusnya kamu ga usah bikin aku nunggu 5 hari.

Kay langsung menutup teleponnya, dia bahkan melempar keras Handphonenya. Dibanding sedih dia kesal dengan Kiran. Tega sekali setelah apa yang dia perbuat Kiran melakukan hal ini padanya. Dia pikir selama ini Kay melakukan apa?. Dia bahkan bersabar untuk mengumpulkan semua buktinya. Sudahlah, ini sudah cukup Kay akan bertindak sekarang.

****

"Ansel mau lagi.." Anak itu berucap dengan mulut yang belepotan oleh bumbu ayam yang dia makan. Tak perlu menunggu lama Kay segera Kembali ke dapurnya dan mengambilkan apa yang diinginkan Ansel tadi. Hari ini secara sengaja Kay membawa ibu dan anak itu ke cafenya membuat Doni yang melihat Sachi kaget bukan main. Dia benar-benar tak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita itu dalam keadaan seperti ini. Terlebih Kay sempat bercerita jika Sachi memiliki anak darinya.

"Ansel harus makan yang banyak supaya jadi jagoan.." Kay sambil meletakkan sebuah mangkok didepannya.

"Ansel udah bisa makan sendiri om.."

"Bagus dong.."

"Kamu mau tambah lagi?."

"Engga, aku udah kenyang."

"Kamu ga kerja?."

"Engga, hm…libur."

"Mama 3 hari ante raku terus om.."

"Liburnya Panjang amat.."

"Iya…" Sachi tak berkomentar banyak.

"Sa….sebelum hari minggu dan sebelum daddy aku yang bilang. Apa bisa kamu jujur sekarang?."

"Jujur tentang apa?."

"Tentang Ansel. Aku janji bakalan bantuin kamu apapun asal kamu jujur sama aku sekarang. Kalo udah sama daddy, dia bisa ngelakuin apapun."

"Kalau gitu lakuin aja apapun yang orang tua kamu mau."

"Ayolah Sa, aku tahu kamu nyembunyiin sesuatu dari aku."

"Engga ada yang aku sembunyiin." Mata Sachi menunduk sambil memutar sedotan diminumnya.

"Kalo gitu sekarang aku tanya, kenapa hidup kamu sekarang gini?."

"Karena kamu. Kamu pikir aku nafkahin Ansel pake daun?. Selama ini aku berjuang mati-matian buat ngelahirin dia sementara kamu pergi sama Ran ke Australia."

"Kalo gitu kenapa ga dari awal aja kamu cari aku?, ga susah kok sa. Hampir semua orang di Indonesia tahu dimana keluarga Seazon, paling deket kamu bisa datang ke kantor aku."

"Kamu lupa aku pernah masuk penjara?, karena keluarga kamukan laporan aku sama alm. Wida. Kamu tahu, aku ngelahirin Ansel aja dipenjara?, kamu pikir waktu Ansel bayi siapa yang ngerawat?." Sachi sedikit emosi.

"Aku datang ke kantor kamu dan yang aku dapatin cuman pengusiran. Aku ga harus datang kemana. Rumah keluarga kamu tuh pindah-pindah." Penjelasan Sachi membuat Kay berpikir sejenak. Alasannya masuk logika juga.

"Oke aku tanggung jawa, aku beliin kamu rumah."

"Aku ga butuh. Aku cuman pingin kamu sama keluarga kamu ngakuin Ansel. Bilang sama semua orang dia anggota keluarga Seazon."

"Sa, aku tuh ga amnesia, aku juga bukan orang pikun yang bisi lupa semuanya dalam sekejap. Aku inget betul, kita ga pernah lakuin hubungan itu."

"Aku kan udah kasih videonya."

"Kalo gitu aku pingin tahu kelanjutannya."

"Disini?, sekarang?."

"Iya…"

"Gini aja deh, yuk temuin orang tua kamu. Mereka maunya apa?, ga usah nunggu minggu."

"Sa orang tua aku itu ga sembarang. Setia pada permasalahan mereka bis acari informasi sedetail mungkin, dimanapun, sama siapapun. Mereka udah tahu informasi tentang kamu, termasuk aku pun tahu. Aku bahkan udah ga kaget denga napa yang barusan kamu certain. Jadi….kalo ada satu kebohongan yang kamu sembunyiin dari aku dan keluarga aku coba bilang sekarang. Aku janji, aku ga akan marah. Aku masih mau tanggung jawab buat Ansel. Bukan karena aku ayahnya tapi karena aku udah bikin ibu hamil sengsara didalam penjara. Aku minta maaf." Kay dengan baik-baik melakukan penawaran.

"Kay kalo cuman hidup melarat aku udah mulai terbiasa sekarang. Intinya yang kamu bicarain sekarang adalah kamu dan keluarga kamu yang super kaya itu ga percaya soal Ansel. Kalo gitu aku bakalan nyerah aja, seengaknya kamu udah tahu kalo kamu punya anak yang namanya Ansel. Kalau dia gede ketemu kamu, aku cuman pingin kamu senyumin, jangan jahatin dia." Sachi membereskan semua barang-barangnya.

"Ansel udah makannya sayang?, mama ada janji nih sama temen. Ayo pulang.." Sachi membersihkan mulut Ansel. Dia lalu mengajak Ansel mencuci tangannya.

"Sa…bukan gitu maksud aku." Kay mengejar anak dan ibu itu.

"Sa sampai saat ini pun aku udah tanggung jawab sama Ansel ga peduli hasil DNA itu. Aku butuh itu cuman buat keluarga aku, jadi….kali ini aja tolongin aku, kita kan pernah temenan. Aku bisa lupain semua kejadian dulu tapi aku minta kamu jujur." Kay terus membujuk namun Sachi tak mengubrisnya. Dia langsung berjalan menuju pintu keluar.

"Aku anter.."

"Ga usah…" Sachi langsung memberhentikan sebuah taksi. Dia langsung masuk kedalam mobil itu. Sebelum menutup pintu Kay menahannya .

"Aku pingin minggu nanti kamu datang, please. Itu acara penting buat Ansel." Kay membungkuk untuk memandang Sachi.

"Pak…ini ongkosnya, ambil aja kembaliannya." Kay mengeluarkan uang serratus ribu 4 lembar dan memberikannya pada sang supir. Setelah itu dia menutup pintu dan membiarkan Sachi pergi.

** To be continue

Next chapter