517 Jurus Kay

Suara handpone berbunyi sejak daritadi. Bunyi dan getarannya membuat Kiran terbangun dari tidurnya. Dia menyalakan lampu tidurnya lalu mencari arah sumber suara. Rupanya itu handphone milik Kay. Disana tertulis nama sang adik.

"Mas…" Kiran membangunkan Kay yang mungkin masih dalam alam mimpinya.

- Halo..

Kiran akhirnya menjawab panggilan Jay.

- Ran?.

- Iya Jay, ini aku.

- Kay mana?.

- Kay ada lagi tidur, kenapa?.

- Aku harus ngomong sama Kay, bilang ini penting.

- Oke bentar…

Kiran mencoba membangunkan Kay lagi.

"Mas…"

"Hem…."

"Ada telepon nih…"

"Siapa?."

"Jay…"

"Suruh besok lagi.."

"Penting katanya.."

"Ya ampun…" Kay mulai terbangun dan meregangkan kaki tangannya. Dia kemudian mengambil handphone yang sedaritadi Kiran pegang.

- Halo.

- Kay…bantuin aku.

- Kamu kenapa?.

- Kay…aku harus gimana.

- Gimana apanya sih? Ceritanya yang jelas.

- Aku lagi pingin…

- Pingin? Pingin apa?.

Kay dibuat linglung oleh Jay. Ini sebenarnya dia yang tak nyambung karena baru bangun tidur atau karena Jay yang tak jelas mengatakan maksudnya.

- Aku pingin Tiara.

- Tiara kan dirumah Jay.

- Ma..maksud aku, aku pingin gitu sama Tiara.

- Oh…itu..main kuda- kudaan?.

Kay mulai mengerti dan terduduk sekarang. Dia mengusap-ngusap wajahnya sebelum akhirnya turun dari ranjangnya sendiri menuju kamar mandi.

- Kuda?.

- Udah ah jangan diperpanjang, lama jelasinnya. Jadi kenapa?.

- Aku harus gimana Kay?

- Mintalah jatah kamu sama dia.

- Tapikan Tiara lagi ga inget aku.

- Bilang aja dia kan istri kamu dan kamu suaminya jadi bebas mau ngapain.

- Kalau dia nolak gimana?.

- Itu dosa.

- Aku ga bisa Kay, aku ga bisa maksa.

- Ya terus sekarang kamu maunya gimana? Katanya pingin.

- Ya justru karena itu makannya aku nanya kamu. Kamu kalau pingin gimana sama Ran?.

- Oh gampang, aku tinggal deketin dia sambil kode-kode.

- Kode apa?.

- Udah sekarang kamu tidur lagi terus mepet tuh sama Tiara, peluk-peluk, cium-cium dulu. Pemanasan gitu.

- Aku takut.

- Jay jangan takut kaya mau diapain aja.

- Aku takut dia marah, nanti dia teriak-teriak lagi.

- Hahaha..kamu bayangannya udah kemana aja, coba dulu.

- Kalau ga mempan dan ga bisa?.

- Ya udah keluarin aja sendiri.

- Keluarin sendiri?

- Duh banyak tanya deh Jay, udah lakuin dulu saran aku yang pertama kalau ga bisa kamu telepon lagi tapi besok pagi.

- Tapi ini udah pagi.

- Ini sih kepagian, gila kamu.

- Aah…aku ga suka.

- Ada-ada aja deh kamu, kirain ada apaan, nelpon penting lagi bilangnya.

- Iyalah ini penting buat aku Kay. Aku jadi ga bisa tidur. Mana…Tiara pake baju tipis menerawang. Jeje ga bisa diem.

- Kalau aku dulu lagi pingin dan ga bisa, aku bakalan berenang.

- Tengah malem?.

- Iya, aku berenang supaya aku kedinginan, terus ciut deh punya aku.

Kay dengan tertawa kecil.

- Ya udah nanti aku berenang.

- Cobain aja dulu langkah pertama yang aku kasih tadi Jay.

- Iya-iya, makasih Kay.

- Sama-sama, inget ya telepon akunya pagi jam 9.

- Iya, apa kamu juga pingin sama Ran?.

- Gara-gara kamu telepon aku jadi pingin.

- Ya udah sana.

Jay dengan polos mengusir Kay padahal dia sendiri yang menghubungi kembarannya. Kini kay menutup teleponnya dan mengeringkan wajahnya dengan handuk kemudian kembali ke tempat tidurnya untuk menganggu Kiran.

***

Dengan penuh kehati-hatian Jay masuk kembali ke dalam selimut. Dia tidur lebih mendekat kearah Tiara yang kini sudah berganti posisi. Dia tidur telentang dengan tangan berada disamping wajahnya menghadap kearah kanan. Rambutnya yang Panjang terurai kebawah.

"Kamu cantik.." Puji Jay kecil. Dia masih ragu untuk memulai aksinya tapi melihat Tiara seperti ini birahinya kembali datang semakin naik ke puncak. Jay sudah tak sabar. Entah kenapa dia membuka kaos yang dikenakannya lalu membuangnya ke sembarang arah. Dia langsung mengambil posisi dengan berada di atas Tiara. Badan mereka belum benar-benar melekat karena Jay masih menompang tubuhnya dengan kedua kaki dan tangannya. Tangan kanannya kini menarik dagu kecil Tiara mengarahnya tepat kedepan. Lagi-lagi jarinya hanya bisa mengusap pelan bibir itu tapi kali ini Jay ingin lebih. Perlahan dia mendekatkan wajahnya dan ya…Jay berhasil mengecup kulit lembut itu.

"Tiara…" Bisik Jay pelan ingin membangunkannya namun belum juga dia mendapatkan respon.

"Sayang…." Panggil Jay lagi dan kembali mengecup pipinya. Kali ini ada pergerakkan dan perlahan mata Tiara terbuka.

"Aaaa!!!." Reflek Tiara berteriak dan mendorong Jay membuat dia tersungkur kebawah.

"Ini aku..ini aku…" Jay segera menyalakan lampu bertepatan dengan suara tangisan Zidan. Rupanya dia juga terkejut dengan teriakan ibunya.

"Jay?."

"Iya, maaf…bikin kamu kaget." Jay sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya mengais Zidan yang terkejut.

"Cup…cup…ga ada apa-apa Zidan. Maaf.." Jay mengusap pelan punggung anaknya. Dia mencoba menidurkan lagi anaknya namun Zidan masih sama terkejutnya dengan Tiara. Tiara pikir tadi ada orang lain yang berusaha menyentuhnya.

"Sini..Zidan biar aku kasih susu lagi.." Tiara mengulurkan tangannya membuat Jay memberikan Zidan padanya. Seketika tangisannya pun terhenti. Lagi-lagi mata nakal Jay memperhatikan sumber ASI yang Zidan sedot sekarang. Bulatan itu terpampang nyata dihadapannya. Menyembul keluar setelah sang pemilik melonggarkan pakaian.

"Mendingan aku keluar aja.." Jay mengambil seribu langkah untuk dirinya. Dia harus melakukan cara kedua yang disarankan Kay. Ya..dia harus berenang. Dia segera berjalan ke luar dari area rumahnya. Dia kemudian melorotkan celananya dan tanpa aba-aba berenang begitu saja di pagi hari yang dingin.

"Woa…dingin.." Ucap Jay saat wajahnya kembali kepermukaan. Dia menyesali perbuatannya tadi. Harusnya dia tak membuat Tiara kaget. Harusnya dia lebih berhati-hati lagi. Cara Kay ternyata tak mempan pada Tiara atau mungkin Jay salah dalam mempraktekkannya. Jay sekarang bergerak kesana dan kemari dengan gaya dadanya. Dia menyibukkan diri dan fokus berolahraga. Jay mulai menikmati aktivitasnya itu.

"Huh…ini asyik…" Jay menepi dan memainkan air ditangannya.

"Jay.." Seseorang memanggilnya dan seketika Jay menoleh.

"Tiara?, kamu ngapain? Masuk kedalem. Zidan?."

"Dia udah tidur lagi."

"Ya udah kamu tidur juga, maaf tadi aku bikin kamu bangun dan ga nyaman. Aku…aku ga maksud buat ngangetin."

"Apa tadi aku dorongnya kekencengan?"

"Engga, aku ga papa. Aku ga akan lakuin itu lagi Tiara, aku janji."

"Maaf Jay..aku belum bisa."

"Iya ga papa.." Jay dengan singkat dan langsung mengheningkan suasana diantara mereka.

"Kenapa berenang?."

"Hm..gerah aja."

"Ini masih pagi bukannya dingin?."

"Engga kok, kamu masuk lagi aja nanti aku nyusul."

"Mau aku ambilin handuk bang?."

"Hah?kamu bilang apa?."

"Abang mau aku ambilin handuk?."

"Ka..kamu?." Jay tak percaya dengan panggilan Tiara tadi.

"Apa aku salah ngomong?."

"Abang? Kamu panggil aku abang?, kamu udah inget?."

***To be continue

avataravatar
Next chapter