webnovel

Debat kecil

- Assalammualaikum

- Walaikumsalam bun

- Gimana kabar kamu Ran?.

- A..aku baik-baik aja bun, bunda sama yang lain gimana?.

- Bunda, Rafi sama yang lain sehat cuman ayah yang engga.

- Ayah kenapa?.

- Ayah sakit Ran.

- Sakit apa?.

- Udah 2 hari ini ayah demam.

- Udah periksain ke dokter bun?.

- Besok Ran.

- Iya Bun.

- Ran, udah lama kamu ga kerumah, bunda sama ayah ke rumah tapi kata pembantu kamu udah lama kamu pergi darisana. Kalian pindah?.

- Engga bun, kita ga pindah. Emang kemarin-kemarin aku sama Mas Kay liburan ke luar negeri terus nginep di apartemen dan sekarang lagi dirumah daddy.

- Kenapa tinggal di apartemen?.

- Hm…cari suasana baru aja.

- Ran, ayah sakit mungkin mikirin kamu. Apa ga bisa kamu datang?.

- Aku...

- Jenguk ayah kamu sebentar. Kamu kan masih punya orang tua. Besok kita bawa ayah ke dokter sama-sama.

- Hm…

- Apa Kay ngelarang?.

- Engga, dia pasti ngerti.

- Ya udah besok bunda tunggu.

- Iya Bun, aku bilang dulu Mas Kay.

Kiran menutup teleponnya. Ekspresi wajahnya mendadak berubah menjadi bingung. Bagaimana jika Kay melarangnya?, tapi rasanya tak mungkin apalagi jika mendengar ayahnya sakit. Kay tak setega itu meskipun belakangan dia memang benar-benar tak pernah mempertanyakan lagi soal orang tuanya.

"Kenapa?." Suara Kay tiba-tiba terdengar jelas. Dia kini berada tak jauh dari Kiran berdiri. Kay membuka kulkas dan mengambil airnya.

"Hm…Mas…ayah sakit apa boleh aku jenguk?."

"Katanya udah 2 hari dia ga kerja."

"Kok Mas tahu?."

"Aku kan udah bilang, aku udah suruh orang buat awasin orang tua kamu."

"Kok ga bilang aku?."

"Karena aku yakin mereka pasti telepon kamu."

"Ya..kan Mas bisa info dulu aja."

"Kenapa?kamu marah aku ga kasih tahu?lagian ga ada yang seurius sama ayah kamu, dia cuman lagi ngerayu kamu supaya pulang. Ini dijadiin alasannya aja."

"Kok Mas mikirnya gitu?"

"Kalo kamu mau jenguk ya silahkan tapi tanpa Keyla." Kay membuat Kiran langsung bungkam.

"Kenapa ada syaratnya?."

"Ran, waktu aku sakit apa aku telepon kamu?, Apa aku mohon-mohon supaya kamu pulang?. Aku bahkan ga butuh dokter waktu itu, aku cuman pingin ketemu kamu sama Keyla. Ada ayah izinin kamu?, cuman orang tua aku yang waktu itu ada. Aku ga mau bahas-bahas ini sebenernya tapi aku udah muak sama perilaku ayah kamu." Kay meletakkan gelasnya dimeja. Wajahnya mengeras dengan tatapan tajam pada istrinya. Ya…kalau dipikir-pikir memang Kiran sudah salah waktu itu. Kiran menunduk sejenak seakan mengingat kejadian yang telah berlalu beberapa bulan itu. Dia ingat betul setelah pertengkaran, hal pertama yang dia lihat dari Kay ada luka-luka lebam disekujur tubuhnya. Keheningan itu membuat Kay tak tinggal diam. Kini dia berjalan mendekat tepat di hadapan Kiran.

"Besok jenguk ayah kamu, aku anter. Aku jemput lagi sore, Keyla aku bawa. Oke?." Kay sudah melembut lagi sekarang. Rasanya kurang enak juga jika harus bertengkar disini, dirumah orang tuanya apalagi jika sampai yang lain melihat dan mendengar mereka berdebat. Kay tak mau menambah pikiran orang tuanya. Kay yakin mereka sudah cukup khawatir dengan keadaan Jay dan Tiara.

"Kamu bilang, kamu bakal nurut sama aku…"

"Apa yang Mas mau dari ayah? Apa ayah harus minta maaf?." Kiran menatap Kay dengan wajah sedih bahkan mungkin air matanya bisa naik karena tak tahan melihat hubungan ayahnya dan suaminya yang tak kunjung membaik.

"Aku ga butuh maaf ayah, aku cuman pingin dia berubah. Dia boleh ikut campur soal kamu tapi ga semua. Aku cuman pingin dia berhenti mandang aku sebagai lelaki nakal atau suami yang ga bener. Aku ga pernah selingkuh sejak aku nikah sama kamu, aku ga pernah pukul kamu atau Keyla, aku juga ga pernah jelek-jelekkin orang tua kamu di depan atau belakang mereka dan kamu. Salah emang aku pernah hamilin kamu?, aku kan ga lari dari tanggung jawab aku. Aku datang kerumah kamu, kenapa ayah kamu selalu bertindak dia nyesel nikahin kamu sama aku?, saat ada gosip apapun tentang aku dia langsung bawa kamu sama Keyla, apa orang tua aku kaya gitu waktu denger apapun tentang kamu?aku ga mau banding-bandingin Ran tapi kalau dia ga bisa jadi mertua yang baik cukup jadi orangtua yang baik buat kamu, kalau kita ada masalah tuh jangan malah jadi kompor."

"Iya aku ngerti." Kiran mengalah dan tak memperpanjang perdebatan ini.

"Aku sayang sama orang tua kamu kok, kasih kita waktu. Aku janji aku bakalan selesain ini setelah keadaan Jay dan Tiara membaik."

"Iya, makasih." Kiran memeluk Kay sekarang.

"Keyla nunggu diatas, kita ke kemar aja nanti dia nangis." Kay melepaskan pelukannya dan menggandeng Kiran menuju kamarnya.

"Pantes ga nyari, udah tidur." Kay melihat anaknya sudah terlelap dengan memeluk guling. Kay segera mengecilkan volume tvnya. Kini giliran dia dan Kiran yang naik keatas ranjang. Kay menghalangi tepi tempat tidurnya dengan bantal agar Keyla tak jatuh sementara dia dan Kiran tidur disampingnya.

"Bukannya mau kerumah sakit?."

"Tadinya mau gitu cuman tadi mommy bilang Jay minta ga usah ada yang kerumah sakit. Dia aja yang jagain Tiara."

"Uh…so sweet." Kiran senyum-senyum.

"Aku juga bisa kaya gitu."

"Mau aku sakit?."

"Ya engga maksudnya aku bakalan nemenin kamu dalam keadaan apapun. Emang kamu kabur-kaburan."

"Iya maaf…" Kiran masuk kedalam dekapan suaminya.

"Besok aku nemenin Jay siang tapi ke kantor dulu.."

"Keyla dibawa kerumah sakit?."

"Iya, aku bawa aja, nanti sorenya pas pulang sekalian jemput kamu."

"Aku besok nginep aja boleh ga Mas?."

"Nginep?, jangan deh.."

"Cuman beberapa hari aja…"

"Tega ninggalin Keyla?."

"Kan kata Mas ga boleh dibawa."

"Ya udah ga usah ada acara nginep."

"Sehari aja deh…." Kiran menaikkan wajahnya lalu mencium leher Kay. Dari sana naik lagi ke pipinya dan tentu saja bibirnya. Dia sedang mencoba merayu suaminya.

"Apa sih ini?." Kay senyum-senyum dengan tingkah Kiran.

"Boleh ya Mas, sehari… aja," Kiran dengan kekuatannya langsung beranjak naik ke atas badan suaminya. Entah karena kebiasaannya entah karena apa tapi Kay langsung melepaskan bajunya.

"Aku bakalan ngobrol sama ayah, kali aja dia mau ngerti."

"Hm… tapi ga ada untungnya buat aku kalo aku izinin kamu nginep.." Kay so jual mahal pada Kiran membuatnya ingin tertawa.

"Aku pijitin deh, pasti pegel-pegel seharian gendongin Zidan.." Kiran beralih ke tangan Kay.

"Ah udah biasa, yang bawahnya aja mba yang dipijet."

"Bawah? Oh…kakinya pegel?."

"Bukan kaki, tapi ini mba…" Kay segera menarik tangan Kiran kearah kejantanannya. Istrinya itu senyum-senyum saja.

"Lagi kaya gini juga, nafsu tetep aja jalan."

"Mumpung nganggur ga jadi ke rumah sakit jadi mending dimanjain istri."

"Jadi boleh ga nih aku nginep? Kalo engga ya…berarti pijetnya juga ga jadi."

"Hish….kamu jadiin alat ya buat bujuk-bujuk aku."

"Boleh ga?."

"Sehari aja ya sayang, jangan lama-lama." Kay terduduk dan mendekap Kiran. Giliran dia yang menciumi Kiran.

"Iya sehari Mas.."

"Pesan sama telepon aku jangan dicuekin, kamu gitu aku jemput paksa."

"Iya engga akan."

"Aku jemput besok, apa perlu ditemenin Erik?."

"Engga, ga usah."

"Ya udah hati-hati, kabarin aku ayah sakit apa."

"Iya sayang…"

"Nah gitu dong, yang mesra kek."

"Jangan disini deh, ada Keyla."

"Oke dimanapun bisa, kamu pingin coba gaya baru ya?." Goda Kay lalu menggedong Kiran menuju sofanya.

***To Be Continue

Next chapter