2 Surganya Lelaki Tampan.

Eva segera menuju perpustakaan, seperti biasa ia selalu berada di perpustakaan ketika jam istirahat.

"Anterin dong .." rengek Lusi.

"Bukannya tadi udah jalan kesana?"tanya Eva.

"Banyak anak laki-laki, nggak kuat iman aku kalo enggak ada kamu Va,"

Eva memutar kedua bola matanya, jengah dengan rengekan Lusi yang topiknya berisi laki-laki tampan seantero Conello, nama dari sekolah elit tersebut.

"Kamu nggak usah liat mereka, lagian mana mungkin mereka godain kamu, kan?"

"Justru itu, Va. Aku kan pingin terkenal kayak kamu gitu,"

"Mingggir, ah! Aku nggak ada waktu ngurusin kayak gituan, "

Eva tak ingin ambil pusing dengan rengekan Lusi yang terus saja mengikutinya.

Hingga Lusi menyerah karena Eva tak mengubrisnya, "Mata kamu nggak muter-muter apa? Liatin huruf kayak gitu mulu, lama-lama kamu pake kacamata kayak nenek-nenek," ujar Lusi.

Eva hanya menghela napasnya, kemudian melanjutkan kembali dengan buku paket fisika.

"Va ..,"

"Mmmm,"

"Kamu tau nggak?"

"Apaan?"

"Ada yang ngirimin lo coklat,"

Mendengar hal itu, Eva sama sekali tak meliriknya membiarkan Lusi untuk memakan coklat tersebut.

Itu adalah hal yang biasa, kadang-kadang Eva menerima buket bunga dan Lusi yang akan membawanya.

"Kenapa nggak kamu terima aja sih, Va? Kalo aku jadi kamu ya.. aku seneng banget kayaknya,"

Eva menutup kedua telinganya dengan earphone, tak ingin melayani ucapan sahabatnya itu.

Eva merutuki semua guru yang mengosongkan jadwal belajar, Eva paling benci dengan pelajaran kosong.

Eva tak ingin sedikit pun waktunya waktunya, yang Eva inginkan adalah secepatnya lulus dan beberapa pengaturan anak panti asuhan.

"Tuh, kan kamu nggak dengerin aku ngomong, sebel ah .." Lusi menghentakan kaki-nya sementara mulutnya terus saja dijejali oleh coklat.

Eva tetap melanjutkan mengerjakan buku paket kimia, hal seperti itu memang telah terjadi bahkan Lusi pernah ngambek seharian penuh karena Eva tak mendengarkan sedikit gerutunnya.

Daripada kesal Lusi memainkan ponselnya hingga sebuah obrolan yang berisi informasi terpenting pun tertera.

"Oh my god, demi apa? Conello dapet pangeran baru lagi dari langit, "Lusi langsung mendapatkan peringatan keras dari penjaga perpustakaan karena berteriak kencang.

"Makanya diam, kenapa harus berisik sih," Eva mengomeli Lusi kemudian melanjutkan melanjutkan tugasnya.

Ingin rasanya Lusi memberitau Eva, tapi untuk apa? Eva enggan untuk tertarik dengan hal-hal yang menjadi tren disekolahnya.

"Aku pergi duluan, ya?" Eva hanya mengangguk kan kepalanya.

Sementara itu Lusi langsung berlari segera melihat berita hangat yang didapatnya, bukan hanya Lusi saja yang tengah berdesakan banyak diantara siswi-siswi yang terlihat antusias melihat cowok tampan yang tengah duduk di sofa TU.

Siswi-siswi dari kelas X-XII pun langsung berdesakan membuat guru BP harus turun tangan.

"Bubar! Atau saya jemur kalian di depan lapang, biar kalian item kayak jamur kuping! Ancaman guru BP itu membuat para siswi langsung bubar seketika, pun dengan Lusi yang turut bergidik ngeri membayangankan jika kulitnya belang-belang.

Lantas guru BP itu kembali duduk sebagai penjaga, tak heran jika setiap murid pindahan siswa-siswi akan sangat penasaran.

Tak heran mengapa begitu, karena SMA CONELLO surganya laki-laki tampan atau istilah kerennya Cogan.

Lusi kembali mendengus kesal belum juga melihat wajah tampan dan rupawan itu, ia telah diusir terlebih dahulu.

Namun Lusi tak patah semangat ia kembali membuka ponselnya, dan melihat sosok pangeran tampan dari surga tersebut.

Mata Lusi semakin berbinar, berkedip-kedip berapa kali.

Asuapan yang baik tuhan, engkau memang pencipta yang maha indah," gumannya.

Lusi kembali menscrol lebih dari bawah lagi, matanya semakin berbinar terang.

"Ngiler lama-lama kau! Mulut mangap mata melotot, baik-baik lalat masuk!" Eva menepuk pundak Lusi dan melewatinya begitu saja.

"Nih bidadari surga yang tersesat otaknya, mesti tau nih kalo Connello tambah satu lagi titisan dewa," balas Lusi sambil mensejajarkan langkahnnya.

Eva hanya acuh, di dalam dekapannya terdapat paket fisika dan kimia yang telah selesai Eva kerjakan.

"Va…"

"Apa?"

Eva melirik sekilas ke arah Lusi, "Kamu nggak mau tau hot news? Eva menggeleng, buat apa?" Pikirnya.

Isinya hanya tentang brand baju yang baru keluar, atau lipstik dari berbagai artis yang baru saja launching.

Eva telah mendengarnya, dan hal itu membuat Eva harus menutup rapat-rapat.

"Kamu bakalan nyesel entar,"

Ahh… Eva sungguh tak peduli, menyesal dalam hal apa? Tak ada yang perlu hal yang Eva sesali semua dunianya telah berubah hidupnya telah berubah.

Andai waktu bisa di putar, dan sesuatu hal bisa di rubah. Eva mungkin akan meminta maaf untuk inisiatif dari rahim yang berbeda.

Tak ada hal yang membuat Eva berubah, dunianya masih saja gelap bahkan sangat kelabu.

Hanya satu tempat yang mampu menyinarinya, yaitu panti asuhan tempat ternyaman Eva dan itu milik kedua orang tua.

Ralat kedua orang tua angkat berat, hal ini memang belum diketahui oleh.

Langkah Eva begitu santai, pun dengan Lusi yang masih terus mengomori Eva dan itu tak akan terpicu untuk Lusi.

"Monoton banget hidup kamu, astaga sumpah ya beb! Kapan sih lo bakalan kayak yang lain? Dandan lah, gosip lah, apa lah." Keluh Lusi.

"Aku udah dandan tadi pagi, aku udah gosip. Dengerin kamu gosipin orang juga sama ngegosip juga, "balas Eva.

Lusi mengeleng pelan, setiap pertanyaan pasti ada jawaban dan pertanyaan yang ia dapat.

Pertanyaan Eva yang pernah berbobot, penampilan Eva memang sangat rapih.

Rambutnya tergerai sebahu, dengan baju yang dimasukan, tak hanya itu saja name tag pun selalu tersemat menandakan jika Eva anak baik.

Berbanding terbalik dengan Lusi, bajunya keluar dari rok-nya pun di atas lutut bahkan Lusi sering kena sasaran guru-guru karena terlalu ketat menggunakan baju serta rok yang kependekan.

Bel kembali berbunyi, setelah mata pelajaran kosong dan setelah para siswa tak jelas kemana saja.

Kini para guru pun segera masuk kembali mengisi jadwal kekosongan tersebut.

Semua siswa bersorak riang, melihat seorang laki-laki tampan bak titisan dewa zeus.

Sungguh gambaran tampan itu tersemat pada siswa lelaki yang baru saja melewati koridor kelas Lusi dan Eva, hal itu membuat geger apara siswa bahkan ada yang sampai berteriak histeris.

Selain itu para siswi pun berteriak, memanggil siswa baru dengan sebutan, 'oppa' membuat Eva semakin mengedikan bahunya.

Lusi sendiri pun sama histerisnya, kala cowok tampan nan rupawan seperti titisan dewa dan melebihi ketampanan chanyeol itu pun masuk ke dalam kelasnya.

Suara jeritan semakin memekikan telinga, Eva langsung bergerak mengambil earphone meledak telinganya agar tak pecah karena jeritan Lusi yang berada disampingnya.

"Selamat siang anak-anak…"

"Yaaa… .." terikan dan sorakan bahagia terdengar, mata para siswi tiba-tiba saja berbinar melihat siapa yang berada didepan mata mereka.

Perlahan guru BP pun mengenalkan anak baru, namun satu kelas XI IPA2 pun tak memberikan ruang untuk guru BP tersebut berbicara.

Hingga membuat guru BP itu murka dan mengeluarkan suara terbaiknya, membuat semua siswa kelas XI IPA2 terdiam.

"Sekali lagi mengeluarkan kalian suara, Saya akan memindahkannya ke kelas sebelah, paham!"

"Paham Pak…"

Eva hanya melihat menatap laki-laki yang berdiri didepan tersebut, matanya pun beradu saling menatap.

Tak hanya itu Eva pun mendapatkan senyumannya, namun Eva hanya cuek pernah mencoba senyuman itu pun tidak sama sekali.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter