3 Seperti Gadis Kecilku.

Setelah memperkenalkan anak baru dan berkenalan, guru BP pun segera keluar karena sebentar lagi guru fisika akan segera masuk.

Kini Galang pun segera duduk di tempat yang telah ditentukan, tanpa senyuman dan sapaan Galang segera duduk di bangku miliknya.

"Kenapa nggak duduk di belakang kita sih? Kan bangku kosong," Lusi sepertinya tak terima kala Galang anak pindahan itu duduk di belakang Nita.

Sementara Eva kembali membuka buku paket miliknya, pak Koko guru kimia telah memulai pelajarannya.

Uts yang semula akan diadakan jam pelajaran kedua pun harus tertunda kembali, dan hal itu membuat satu kelas senang bukan main.

Dari tempat duduk yang tak begitu jauh dari meja Eva, sosok anak baru pindahan yang bernama Galang pun menatap Eva.

Tak lama kemudian lelaki itu menyunggingkan senyum kecilnya, "Kenapa, Bro?" tanya Alsad teman satu bangkunya.

"Cewek cantik itu siapa namanya?" Galang menunjuk Eva dengan dagunya.

"Oh dia..Eva, asal kamu tau aja? Nggak bakalan mempan kalo godain dia,"

"Kenapa?" Galang begitu penasaran dengan hal tersebut.

Alsad mengedikan bahunya acuh, "Mendingan kamu cari cewek lain, itu saran aku," Alsad segera menatap white bor.

Galang terus menatap Eva, sepertinya wajah Eva terlihat familier dan Galang pernah melihatnya.

Orang yang selama ini Galang cari sangat mirip dengan Eva, namun dari gestur dan sikap sangat berbeda.

Galang kemudian menatap white bor kala Lusi melihat dirinya, sesekali Galang mencuri pandang dan memastikan kembali wajah Eva.

"Kenalan dong.." suara perempuan cantik dengan gaya manis yang dibuat-buat pun menyapa galang.

"Nama aku Nita," satu tangan terulur, namun Galang tak berminat untuk menerimanya.

"Saya nggak minat! Kamu cari yang lain," Galang menyandarkan tubuhnya kemudian.

Seakan tak peduli jika Nita akan sakit hati atau tidak, Galang telah muak dengan godaan dari setiap sekolahan yang ia datangi.

Telah berkali-kali Galang pindah untuk menemukan sosok gadis kecilnya dulu, teman satu sekolahan dasar yang Galang cari belum juga ditemukan sampai detik ini.

Dan tujuan pindah ke Conello pun hanya untuk mencari gadis kecil itu, "Nangis bro anak orang," kekeh Alsad.

Galang tak peduli, meskipun Nita terisak dan menjadi pertanyaan satu kelas, lebih baik menolak lebih cepat dari pada menerima tanpa kepastian adalah bukan sifat Galang.

Pak koko memberikan pekerjaan rumah dan hal itu membuat siswa terlihat lesu, sungguh mata pelajaran Kimia bukan lah yang menyenangkan untuk siswa kelas XI, andai saja pemilihan jurusan bisa di pilih dari kelas X mungkin mereka akan mengambil jurusan yang mudah saja.

"Kamu mau keliling nggak? Kan anak baru, siapa tau aja mau ke toilet kamu nyasar ke kantin," kelakar Alsad.

Galang hanya mengangguk, mendapat teman satu bangku Alsad membuat Galang tak kesusahan.

Biasanya jika di sekolah sebelumnya ia selalu sulit berbicara dan di ajak kemana pun, namun berbeda kala dengan Alsad, Galang sedikit ikut berbaur dan sedikit mengorek nama Eva lebih dalam.

"Mau kemana woy?!" teriak Lusi.

"Ke toilet, kamu mau ikut?" suara sorakan pun terdengar, Alsad hanya terkekeh dan melenggang pergi disusul oleh Galang.

"Nganterin anak baru ke toilet, padahal aku aja ikhlas kalo nganter dia," seru Nita.

"Nih bocah, kamu bukannya tadi mewek gara-gara di tolak kenalan?" Nita terlihat lesu.

"Kamu coba godain dia, pesona aku nggak manjur," Nita kemudian mengambil kaca dan melihat wajahnya dengan seksama.

Lusi pun menghampiri Nita, ingin tau apa yang diucapkan olehnya barusan.

"Kamu diapain emang?" tanya Lusi dambil duduk di bangku yang kosong.

Lusi harus mendelik kesal, karena suara-suara dari manusia penghuni kelas terdengar menyusahkan Nita agar meresponnya.

"Galang, kamu tau? anak baru itu nggak mau aku ajak kenalan, kamu tau kan pesona aku kayak gimana masa dia nolak aku," Lusi terkekeh merasa ada kesempatan untuk mendekati Galang.

"Biar aku coba,"

Nita hanya menganggukan kepalanya, kemudian mengambil Lip tint.

Jam pelajaran terakhir di isi oleh matematika, Bu tuti mulai terlihat berjalan membuat Lusi harus segera pindah ke tempat duduknya.

"Gue paling males ketemu Bu tuti, dari kejauhan aja wajahnya udah kelihatan banget kayak kuadrat," Eva hanya menoleh sekilas.

Bu tuti masuk ke dalam kelas, tak lama kemudian di susul oleh Galang dan Alsad.

"Eva bagikan semua lembar kertas ini, dan ambil semua buku catatannya. Kecuali anak baru!" titah Bu tuti, mutlak.

Eva segera bangun dari duduknya kemudian mengambil buku catatan milik semua murid, kini Eva menuju meja Alsad dan meminta buku catatan milik teman satu kelasnya itu tanpa berbicara.

"Ada yang mau kenalan, Va, anak baru," goda Alsad.

Eva melirik sekilas kemudian melanjutkan pekerjaannya, setelah semua terkumpul Eva mengantarkannya ke meja depan dan meletakannya serta mengambil lembaran kertas untuk dibagikan.

Lagi-lagi Alsad mengoda Eva, untuk membuktikan kepada Galang kalo gadis itu sulit untuk di goda.

"Va,"

Eva berhenti sejenak.

"Apa?"

"Galang ganteng nggak?" Eva hanya mengeleng, ia tak menjawab sama sekali pertanyaan tersebut.

"Va ini belum kebagian," Alsad sengaja mengerjai Eva, menyembunyikan kertas miliknya dan meminta kembali kertas yang lain.

Mau tak mau Eva kembali berjalan, menghampiri Alsad dan memberikan selembaran kertas tersebut.

"Jawab dulu Va, nih orangnya nungguin," Galang menatap Eva, termasuk Alsad yang meminta jawaban.

"Biasa aja!" balas Eva, singkat padat dan jelas.

Eva berlalu begitu saja, ia kembali duduk di kursi miliknya sementara Alsad menyenggol Galang.

"Kamu liat kan? Eva anti pacaran," bisiknya.

Galang memperhatikan Eva, kemudian Galang kembali memalingkan wajahnya kala Bu tuti melihat kearahnya.

Tak ingin mendapatkan masalah di sekolah Conello, Galang memutuskan untuk bertahan di sekolah tersebut.

"Aku kasih tau satu hal lagi, Eva pernah dijadiin taruhan sama Ryan dkk, tapi sayang Ryan yang kalah. Eva nggak respon sama sekali," Galang terdiam sejenak, mencerna setiap ucapan Alsad.

Dapat Galang simpulkan bahwa Eva memang seperti itu, gadis cantik dengan rambut sebahu itu seperti manusia yang tak tersentuh.

"Kenapa dia nggak mau pacaran?" satu pertanyaan yang membuat Alsad kembali membuka suaranya.

"Eva berbeda dude, bukan dia punya penyakit atau broken home, cita-cita dia mau jadi ibu panti padahal umurnya masih muda. kedua orang tua-nya juga tajir tapi sayang, manusia nggak ada yang sempurna, termasuk Eva," Alsad kembali terkekeh sambil mengerjakan ulangan dadakan yang diberikan oleh Bu tuti.

Galang kembali menatap Eva, dari kejauhan gadis itu terlihat fokus bahkan tak sedikit pun menengok kanan dan kiri.

Berbeda dengan Lusi yang tak bisa diam sama sekali, kadang-kadang Lusi mengaruk kepalanya yang tak gatal demi membaca jawaban yang sangat sulit untuk dipecahkan.

***

Bersambung.

Jangan lupa komen dan gift terbaik kalian.

Aku malak nih heheheh.

avataravatar
Next chapter