18 Keusilan Gina.

Alsad dan Lusi baru saja tiba-tiba berlebihan akan cekcok, Lusi yang menunggu Alsad karena lelaki itu harus ke bengkel terlebih dahulu membuat Lusi menunggu berjam-jam di rumah sakit.

"Lo harusnya ucapin terima kasih, bukan marah-marah kayak gini lo kata emang gue tukang ojeg," Alsad benar- benar kesal.

Karena ia harus mendorong motor milik Galang sampai ke bengkel, belum juga lelahnya hilang Alsad harus mendapatkan omelan dari Lusi sepanjang jalan.

Kepalanya yang pusing pusingnya pusing ..., "Kalian udah datang, jangan ribut-ribut nanti jodoh loh," kelakar Bunda Gea.

"Amit-amit!" baik Alsad dan Lusi pun mengungkapkannya.

Gina langsung saja terkekeh, "Yaudah deh, kalo kalian mau kerja kelompok, Gina mau pergi ke kamar dulu ya," Gina pamit pergi setelah ia selesai beradu argumen dengan Galang.

"Ayo cepetan, kalian pada lelet tau nggak? Eva udah ngerjain dari tadi," tunjuk Galang dengan matanya.

Eva memang sedari tadi fokus dihadapan laptopnya, meskipun suaranya sangat berisik Eva seakan tak peduli.

"Rajin banget bu, gue aja baru dateng," Lusi duduk di samping Eva.

Sementara Alsad langsung merebahkan tubuhnya di sofa, "Kalian mulailah lebih dulu," Alsad terlihat sangat lesu karena tenaganya habis terkuras.

"Alasan!" sindir lusi.

Alsad langsung bangun dan segera duduk disamping Galang, "Lo bilang apa? Alasan? Hey yang jemput lo sampai gue ngedorong motor berkilo-kilo meter, ucapin terima kasih kek!" Alsad meradang juga karena Lusi jago membuat kesal dirinya.

Galang hanya menatap Alsad dan Lusi secara bergantian sementara Eva hanya fokus dengan laptopnya.

Galang yang tak mau berada di pihak yang berada di tempat duduk disebelah Eva dan melihat tugas yang akan dikerjakannya.

Perdebatan itu terus berjalan, meskipun tangan Alsad dan Lusi mencatat atau membuat projek tapi mulut mereka tak pernah diam sama sekali.

Perang mulut itu terus saja terjadi, "Va coba koreksi ini dulu," lakukan pekerjaannya.

Eva menggeserkan tubuhnya kemudian melihat laptop milik Galang, sebenarnya Galang sangat paham dengan tugasnya namun ia hanya ingin saja lebih dekat Eva. Bisa dikatakan jika itu adalah modusnya, tapi tak apalah yang penting Galang bisa menatap wajah Eva dari dekat.

***

Ternyata tugas kelompok yang mereka kerjakan tak semudah apa yang dibayangkan, beberapa bahan yang telah Alsad dan Lusi buat pun harus gagal sementara besok akan uji lab.

Mereka akan membuat sabun organik dengan bahan yang tidak mengandung zat kimia.

"Gue nggak tau kenapa gagal terus, padahal gue udah takar sesuai timbangan yang Eva kasih," Alsad mengeluh karena telah berkali -kali menuangkan bahan namun tetap saja gagal.

Sabun yang ia buat tak sesuai ekspektasi, Eva yang sedang menyusun proposalnya pun langsung melihat ke arah Alsad.

Sedari tadi Eva memang fokus dengan laptop agar semua prestasi yang ia akan lakukan besok dengan sempurna.

Jam telah menunjukan pukul delapan malam, Galang, Eva, Lusi dan Alsad pun melewatkan makan malam mereka hanya dengan memakan camila yang Bunda Gea berikan.

Eva bangun dari duduknya, ia kemudian melihat semua bahan yang tak karuan Lusi hanya bisa memijit kepalanya yang terasa sangat pusing.

"Bisa kerjain proposal untuk presentasi, kan? Biar gue yang kerjain ini," Eva meminta Alsad dan Lusi untuk melakukan prestasinya untuk besok.

"Gue nggak bisa Va, nanti kalo gue yang nyusun bukannya bener malah ancur," ujar Lusi.

Eva hanya bisa terdiam, mendadak kepalanya sangat pusing karena Lusi dan Alsad tak bisa di andalkan.

Galang segera mensave file-nya, ia langsung menghampiri Eva yang melihat beberapa bahan habis.

"Mendingan lo berdua beli bahan lagi gih, sebelum malem, minyak jaitunnya lo beli dua botol gede aja," titah Galang.

"Sama bunga lavender deh, kayaknya mendingan ganti aja nggak usah pake lidah buaya," timpal Eva.

Alsad dan Lusi pun langsung bangun dari duduknya, Alsad meminjam mobil Eva kemudian pergi bersama dengan Lusi.

Kini hanya tersisa Eva dan Galang, melihat beberapa wadah yang kotor dan berantakan Eva merapihkannya kemudian ia segera mengumpulkannya menjadi satu.

Alsad dan Lusi benar-benar mengacaukan semua pekerjaanya padahal hanya mmebuat sabun organik pun mereka tak bisa.

Galang pun membantu Eva, "Tempat nyuci dimana?" tanya Eva.

"Diatas, ayo gue bantuin," Galang mengambil beberapa wadah yang kotor dengan Eva.

Langkah Galang membawanya ke lantai yang paling atas, disana ada tempat untuk menjemur baju dan kapal Galang sengaja membawanya ke atas dari pada harus ke lantai bawah.

Ada Bunda Gea dan Gina kakaknya yang suka iseng Galang malas sekali berpapasan dengan Gina, bisa-bisa Eva tak nyaman sama sekali.

Galang meletakan beberap wadah yang kotor dan lengket, Alsad benar-benar sangat payah bahan-bahan sebegitu banyak habis dan tak ada yang jadi sabun organik sama sekali.

Eva mencari sabun pencuci piring namun tak menemukannya sama sekali.

"Cari apa?" tanya Galang.

"Sabun," sahut Eva.

Namun matanya tetap mencari kesekeliling, Galang hanya bisa tersenyum. Eva sangat dingin sekali, gadis itu hanya akan membuka mulutnya jika ada perlu tapi ia akan diam seribu bahasa.

Galang membuka sebuah pintu kecil ia kemudian mengeluarkan toples yang berisi sabun, "Bukan sabun cuci baju, sabun cair cuci piring," sela Eva.

"Hahaaha...ngomong dong," Galang malah sengaja menggoda Eva.

Eva hanya mendelik kesal, sementara Galang kembali tertawa. Senang bisa berduaan dengan Eva seperti ini gadis itu akan terlihat seperti manusia normal pada umumnya bisa kesal dan juga tersenyum.

Keduanya mencuci beberapa wadah, Galang sengaja mengambil busa sebanyak mungkin. Eva tentu saja langsung memberitaunya, Galang hanya menatap wajah Eva yang sedang memberitaunya jika terlalu menuangkan banyak sabun wadahnya akan susah dibersihkan.

Tanpa Eva tau Galang sengaja melakukan itu agar ia bisa berlama-lama dengan Eva dan bisa lebih dekat, beberapa waktu yang lalu Eva mengatakan untuk tak mendekatinya namun sayang sekali sepertinya takdir selalu saja mempertemukan mereka.

Galang dan Eva telah selesai mencuci beberapa wadah keduanya pun langsung turun dan mengerikan wadah dengan tisue dan kain.

Alsad dan Lusi belum juga sampai sementara jam telah menunjukan pukul sepuluh malam.

Eva menghubungi Lusi visa pesan, mereka masih mencari beberapa bahan karena beberapa toko telah tutup.

"Galang..." panggil Bunda Gea.

"Iya Bun," Galang langsung melihat ke arah Bunda Gea yang berjalan mendekatinya.

"Ajak Eva makan dulu, dari siang belum makan tuh," ujar Bunda gea.

Galang menatap Eva yang sedang mengirimkan pesan kepada Lusi, memang benar Eva belum makan apapun sedari tadi karena terlalu sibuk menyelesaikan presentasi untuk besok.

"Iya Bun,"

"Yaudah Bunda turun dulu, makanannya udah siap di meja ya, Bunda langsung istirahat aja," Bunda Gea kemudian turun.

"Lusi sama Alsad masih cari bahan," beritau Eva.

"Yaudah, kita makan dulu yuk Va?" ajak Galang.

Eva mengerutkan keningnya, "KIta keluar?" tanya balik Eva.

Galang menggelengkan kepalanya, pemuda itu selalu saja tersenyum jika melihat Eva yang berbicara.

"Bunda Gea udah siapin makan malam, kata Bunda suruh makan malam dulu, kamu juga belum makan apapun dari siang, kan?" Eva hanya menganggukan kepalanya memang benar ia belum mengisi apapun dari siang karena sedari atdi sibuk menatap layar laptop.

Galang lebih dulu turun kemudian disusul oleh Eva dibelakangnya, Gina yang baru saja akan menaikan tangga mulai berulah.

"Ciee....wikwiiwww..." sifat usil Gina kambuh.

"Apaan sih kak!" dengus Galang.

Eva hanya menganggukan kepalanya, ia bingung karena Gina selalu menatapnya dengan senyuman yang tak pernah hilang.

"Jangan didengerin Va, orang gila itu mah," sungut Galang.

"Aciieeee...." Gina semakin menjadi-jadi.

Galang langsung menarik bahu Eva dengan kedua pilihan untuk menjauh dari Gina yang super-super nyebelin.

Puas mengolok-ngolok Galang, Gina naik ke lantai dua kamarnya sementara Galang dan Eva menuju meja makan.

"Jangan dimasukin ke hati, kakak gue emang kadang-kadang aneh," Galang tak enak kepada Eva.

Eva hanya tersenyum kecil sambil menganggukan kepalanya, sebenarnya kalo boleh jujur Eva senang sekali melihat kakak Galang.

Mereka saling menggoda satu sama lain namun saling khawatir satu sama lain juga, beberapa jam yang lalu Eva tak sengaja melihat Gina yang kesusahan mengambil buku.

Galang dengan cepat membantu kakaknya itu, Eva hanya tersenyum kecil memikirkan itu.

"Kenapa?" tanya Galang.

Sedari tadi memperhatikan Eva, bibirnya terlihat menyunggingkan senyuman.

"Oh, nggak apa-apa," sahut Eva.

Galang menuangkan nasi untuk Eva, kemudian memberikan lauk di piring gadis itu.

Masakan Bunda Gea memang masakan favorit keluarga, itu kata Galang dan Eva kemudian mencobanya.

Benar saja apa yang dikatakan oleh Galang, makanan Bundanya itu memang sangat enak.

***

Bersambung.

avataravatar
Next chapter