14 Kembali Dingin.

Galang tersenyum senang ketika melihat Eva yang menggeliatkan badannya, kini Eva membuka matanya dan langsung saja terkejut karena sadar jika dirinya ketiduran.

"Sorry, nggak sengaja gue ketiduran," Eva langsung saja mengambil tas miliknya.

"Santai aja kali Va, bener nggak ini rumahnya?" tanya Galang.

Eva menghentikan gerakan tangannya lantas melihat rumah besar bercat putih, "Bener, kok." Eva langsung membuka pintu mobilnya kemudian.

"Eh, Va.." Galang menahan Eva namun tangannya tak menyentuh Eva sama sekali.

Eva yang akan membuka pintu mobil pun langsung saja berbalik menatap Galang, "Kenapa?" tanya Eva.

"Gue seneng bisa kenal sama lo," ucap Galang.

Eva hanya terdiam tak menjawab ucapan Galang sama sekali, Eva keluar dari dalam mobil begitupun dengan Galang.

Lelaki itu langsung menyerahkan kunci mobilnya kepada Eva dan Eva menerimannya secara langsung.

"Rumah lo sepi banget dari tadi, bokap sama nyokap lo nggak ada di rumah ya?" Mata Galang melihat ke arah rumah dua tingkat yang sepi itu.

"Thank Lang," Eva masuk ke dalam rumah tanpa mengucapka kata-kata lain selain terimakasih tadi.

Galang hanya bisa melihat punggung Eva yang berjalan masuk dan membuka gerbang, selang beberapa menit Eva telah menghilang dan masuk ke dalam rumah mewahnya itu.

Galang hanya bisa menghela napasnya, kini ia membalikan badannya meninggalkan rumah Eva.

***

Pagi ini Galang berangkat lebih awal setelah mendapatkan omelan dari Bunda Gea, ya Galang kembali mendapatkan ceramah karena pulang lebih dari jam dua belas malam. Bunda Gea terus saja mengintrogasinya dan ujung-ujungnya Galang mendapatkan perpanjangan hukuman.

Wajah Galang terlihat sangat lesu hari ini, sampai kapan uang jajannya akan di potong oleh Bunda Gea. Jika seperti ini terus alamat Galang harus rela menahan godaan apapun karena Galang harus menyisakan sisa uang untuk ditabung.

Galang memiliki mobil dan motor hasil usahanya sendiri, lelaki berusia delapan bellas tahun itu mengandalkan uang jajan dan hasil kerja sampingannya di perusahaan Ayah Gema.

Meskipun nantinya Galang yang akan memegang kendali perushaan tersebut, namun saat ini Galang hanya sebatas karyawan freelance.

Alsad terkejut melihat Galang yang telah duduk di kursinya itu, Alsad bahkan langsung menghampiri Galang.

"Tumben bangte bro jam segini udah datang?" tanya Alsad sambil terkekeh.

"Hmm..." Galang malas menyahuti banyak.

"Gue tadi papasan sama Eva, gila tuh muka dingin banget," celoteh Alsad menceritakan ketika ia parkir bersisian dengan Eva.

Galang hanya memperhatikan wajah Alsad karena temannya itu akan membuka suaranya kembali.

"Gimana kemarin pas dapet hukuman? Lo sama berasa ada di gurun, kan?" Alsad memperlihatkan wajahnya keponya.

Galang hanya terdiam kemarin ketika ia dihukum bersama dengan Eva, gadis itu sempat pucat bahkan ada insiden kecil kembali.

Bukan hanya itu saja Eva pun membuka mulutnya, Galang sedikit heran karena cerita Alsad tentang Eva begitu sangat jauh berbeda ketika Galang berada di dekatnya.

"Lo pasti nggak mau lagi dihukum bareng dia, gue juga amit-amit deh jangan sampe," Alsad bergidik ngeri membayangkan hal itu.

Beberapa siswa dan siswi mulai masuk ke dalam kelas begitupun dengan Eva yang mulai masuk dan duduk di kursinya, wajahnya seperti biasa dingin dan datar Eva bahkan tak melihat kanan dan kiri sama sekali.

Galang hanya memperhatikan Eva dengan cermat, Lusi temannya yang berada disampingnya terus saja mengoceh panjang lebar namun Eva hanya menganggukan kepalanya atau menggelengkannya pelan.

Hari ini pelajaran pertama diisi dengan fisika, guru fisika termasuk guru killer dan beberapa murid langsung saja mengunci mulutnya rapat-rapat ketika guru paruh baya itu masuk ke dalam ruangan.

Alsad berbisik pelan kepada Galang, awalnya Galang enggan sekali untuk melirik namun lama-lama Galang pun bertanya.

"Apa?" tanya Galang.

"Siang ada pertandingan bakset, gabung nggak?" Alsad baru saja membuka room chat grup.

Galang hanya menganggukan kepalanya, kemudian kembali mencacat beberapa rumus yang harus dipelajari.

Jam pelajaran pun berakhir dan semua siswa langsung saja berlari keluar dari kelas, hanya tersisa Alsad, Galang, Lusi dan Eva.

"Ayolah Va, masa mau terus di kelas sih?" Lusi menggerutu karena Eva tak mau diajak ke kantin.

"Ama gue aja sih, Lus. Kan lumayan biar gue nggak dianggap jomblo abadi," Alsad kemudian mendekati Lusi namun Lusi langsung mengibaskan tangannya ke udara.

"Pergi sana, jauh-jauh dari geu," ketus Lusi.

Eva tak peduli gadis itu hanya duduk sambil melihat semua catatannya, kini Alsad pun langsung menarik Lusi keluar kelas tentu saja Lusi menjerit kesal sambil menendang Alsad namun dapat dihindari oleh Alsad.

Galang yang masih duduk di kursinya pun menatan punggung Lusi gadis itu mendadak kembali dingin tak tersentuh.

Eva kembali berkutat dengan kesendiriannya seolah ia menjauhkan dirinya dengan orang lain, kini Galang pun beranjak bangun dari duduknya kemudian menghampiri Eva dan menarik salah satu kursi agar bisa berhadapan dengan Eva sekaligus.

"Va..?" Eva hanya menatap Galang, hanya sedetik kemudian tatapan itu kembali teralih kepada buku.

"Eva..." panggil Galang lembut.

Eva menatap Galang, iris mata Eva begitu sangat dingin membuat Galang sedikit tersentak namun Galang kembali menguasai dirinya.

Eva hanya menggelengkan kepalanya, "Kita ke kantin yuk? Gue traktir deh, sebagai pertemanan kita," kata Galang.

Eva menatap Galang dengan lamat Galang menampilkan senyumannya menyambut tatapan Eva meskipun itu dingin.

"Ayo.." Galang lebih dulu bangun.

"Lang, gue harap lo tau batasan lo sama gue dan gue harap lo nggak salah paham, gue sama sekali nggak butuh temen atau kebaikan lo, mungkin kemarin gue ngerepotin lo tapi percaya itu semua karena lo ada di dekat gue, mulai detik ini lo jangan ganggu gue lagi atau nyamperin kayak gini seolah-olah lo udah kenal gue lama," Eva menarik napasnya terlebih dahulu kemudian kembali membuka suaranya.

"Gue paling benci dideketin sama lo!" Eva bangun terlebih dulu satu tangannya mengambil buku dan meninggalkan Galang begitu saja.

Kening Galang mengkerut mendengar ucapan Eva tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa Eva memberi warning kepadanya agar tak mendekatinya sama sekali.

Apakah Eva seorang intovert? Galang menjadi bertanya-tanya sendiri, ia masih siswa baru dan belum tau banyak tentang Eva.

Kini Galang penasaran tentang gadis itu kenapa Eva lebih suka menyendiri dan tak berbaur dengan siswa atau siswi lainnya.

Galang jadi ingat perkataan Alsad beberapa waktu yang lalu, semua siswa di sekolah conello telah menyerah untuk mendeakti Eva.

Bahkan beberapa kakak kelasnya dulu pun tak bisa menaklukan sikap dingin Eva, sekian lama berdiri memikirkan Eva.

Galang akhirnya melangkahkan kakinya, tujuannya kali ini bukan kantin bukan juga perpustakaan Galang butuh angin segar agar rasa penatnya bisa hilang.

Omelan bunda Gea masih saja menempel diotaknya andai saja Eva tau jika Galang telat pulang, apakah gadis itu akan merasa bersalah? Kaki Galang terus saja menaiki anak tangga menuju gedung paling atas untuk mencari angin segar.

***

Bersambung.

avataravatar
Next chapter