16 Kelompok.

Lusi mengisi Eva yang sedang membaca buku di perpustakaan, Lusi terus saja menggerutu karena Eva betah sekali berada di perpustakaan padahal sedari tadi semua orang sibuk untuk berteriak di lapangan basket namun Eva berbeda sekali.

Ia malah senang mengurung dirinya di perpustakaan dan ditemani beberapa buku tebal.

"Mau jadi profesor emang?" ketus Lusi.

Eva hanya melirik sekilas kemudian kembali membaca bukunya masih ada waktu sepuluh menit lagi.

Lusi semakin mengerutu kesal kenapa Eva memilih bersama dengan buku-buku tebal seperti itu dibanding melihat surganya para lelaki yang sedang berkumpul bertanding basket.

"Va, nyokap nyuruh lo makan malem di rumah, tolong dateng ya?"

Eva menutup bukunya kemudian menatap Lusi yang memohon seperti itu, "Gue nggak bisa Lus, bilang sama tante dan om gue again busy," Eva udah bicara panjang lebar speerti itu. Jika bukan karena kebaikan orang tua Lusi yang super baik kepadanya Eva tak akan membuka mulutnya sama sekali.

Lusi mendesah kesal, Eva selalu seperti itu makan tak pernah teratur hidup yang lebih banyak dihabiskan dengan sepi bahkan Eva tak pernah keluar untuk menghabiskan waktu dengan anak seusianya.

Eva anti sosial hidup Eva dingin dan sepi ia seolah berteman dengan kesepian dan tak ingin keluar dari lubang seperti itu.

Bel berbunyi, Galang yang menyandarka tubuhnya di rak buku pun mendengar ucapan Eva dan omelan serta gerutuan Lusi.

Galang memang tau jika Lusi berteman dekat dengan Eva, hanya Lusi yang Eva ajak bicara selain Lusi tak ada orang yang Eva ajak.

Eva merapihkan bukunya dan langsung keluar dari perpustakaan, begitupun dengan Lusi yang mengikuti langkah Eva sambil terus mengomel.

Galang menaruh bukunya asal dan keluar dari perpustakaan namun belum juga ia keluar pasti seseorang telah menyapanya dan membuat Galang kaget.

"Hai ..." siswi memakai rok pendek dengan riasan polesan yang terlihat didepan matanya menampilkan menampilkan senyuman yang ia perlihatkan sebaik mungkin.

Galang mengerutkan keningnya melihat gadis didepannya, otaknya kemudian mengingat jika siswi bername tag Naura itu adalah kapten chirliders tadi yang memberikan sebotol air dingin."

Kenapa? "tanya Galang dingin.

"Owwww ..." sahut Naura.

Senang melihat mangsanya kali ini sangat dingin dan susah untuk di taklukan, Galang melewati Naura begitu saja.

Ia tak punya urusan dan mau memiliki urusan dengan gadis yang ia tak sukai itu, kesan pertama ketika Galang melihat Naura memberikan sebotol minuman dingin itu bisa Galang prediksi jika Naura memiliki perasaan kepadanya.

Galang tak akan memberikan harapan ataupun memberikan celah untuk Naura, karena Galang telah tertuju kepada seseorang yaitu Eva.

Galang telah tertarik kepada Eva dan akan Eva yang selalu Galang cari, namun Eva telah memberikannya peringatan maka Galang harus pelan-pelan mendekati Eva jika ingin gadis itu luluh kepadanya.

***

Eva hanya bisa mendesah pelan, ia memijit pelipisnya yang benar-benar pusing kenapa ia harus mendapatkan kelompok dengan Alsad dan Galang.

Tak lupa Lusi juga ikut masuk ke dalam kelompoknya, guru kimia memberikan sebuah tugas dan nanti akan di uji di lab.

Eva bukan tak mau hanya saja dua kemampuan temannya itu telah ia ketahui hanya Galang yang belum tau apakah bisa membantu atau tidak.

Biasanya guru kimia tak akan melibatkan Eva dalam kegiatan apapun karena prestasi Eva memang telah diketahuinya, namun karena Eva telah memasuki kelas tiga dan mau tak mau semua siswa diberikan tugas kelompok untuk melengkapi beberapa tugas akhir.

"Gimana kalo ngerjainnya di rumah gue aja," ujar Alsad.

"No!" Lusi langsung menolak dengan tegas.

Alsad hanya mendesah kesal, Lusi pasti tak akan mau bekerja kelompok di rumah Alsad karena Alsad memiliki beberapa kucing dan Lusi sangat benci dengan hewab berbulu.

Alsad tak menunjuk rumah Eva karena Alsad tau gadis itu akan menolak siapapun untuk bertamu ke rumahnya keculi Lusi, hanya Lusi teman yang sangat spesial bisa mengetahui rumah Eva.

"Oke, kita kerjain di rumah gue aja," putus Galang.

Lusi dan Alsad langsung menganggukan kepalanya semnetara Eva hanya mengedikan bahunya acuh, kini mereka sepakat untuk mencari bahan mungkin setelah pulang sekolah nanti Lusi akan ke gramedia.

Alsad dan Galang akan mencari beberapa bahan lain, namun Lusi meminta dibagi menjadi adil akhirnya Alsad dengan Lusi membeli kebutuhan A dan Eva dengan Galang yang mulai merancang makalah tentang tugas yang akan mereka kerjakan.

"Masih tau rumah gue, kan?" tanya Galang kepada Eva.

Alsad dan Lusi sedang mencatat kebutuhan yang akan mereka beli hingga tak mendengar pertanyaan Galang kepada Eva.

Eva hanya mengangguk singkat, Galang tersenyum sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.

Eva hanya membaca tugas yang akan di kerjakan di lab itu sepertinya tugas kali ini mudah tak mudah karena mereka harus membuat sejenis cairan, Eva membacanya dengan teliti hingga bel pulang sekolah berbunyi.

"Jadi sekarang langsung ke rumah lo, Lang?" tanya Lusi.

"Iya, tugas di kumpulin lusa, bukan? Lagian kita punya tugas yang lain juga selain ini," papar Galang.

Alsad hanya memperlihatkan wajah lesunya, belum di mulai saja Alsad telah lelah apalagi jika otaknya harus ikutan berpikir. Eva berencana akan pulang, namun Galang menghentikan langkah Eva.

"Gue bisa nebeng? Motor gue di pake Alsad," ujar Galang.

Eva mengerutkan keningnya menatap Galang, lagi pula kenapa ia harus menebeng kepadanya.

Toh rumahnya berbeda komplek dan arahnya pun berlawanan, Galang tersenyum menampilkan senyuman yang meneduhkan hati Eva.

"Kita mau kerja kelompok, kan? Gue anterin ke rumah lo dulu sambil nebeng toh ntar ke rumah gue, kan?" Galang memang mempunyai seribu jurus andalan.

Sehingga membuat Eva tak bisa menolak permintaan Galang itu, Ea terlebih dulu jalan ia tak mau harus berjalan bersampingan dengan Galang.

Selain Eva tak mau berurusan dengan Galang selain tugas kelompok Eva juga harus membatasi dirinya sendiri untuk tak terlalu dekat dengan orang lain, Eva melakukan hal itu bukan tanpa alasan dan Eva tak mungkin terus mengatakan kepada dirinya sendiri hal apa yang harus ia jauhi untuk hidupnya yang damai.

Eva masuk ke dalam mobil lebih dulu, lingkungan sekolah telah sepi Eva sangat bersyukur karena ia tak mau mendapatkan tatapan penasaran karena pulang bersama dengan Galang. Galang langsung masuk ke dalam mobil Eva, ia kemudian meminta bertukar tempat dan tak mungkin membiarkan Eva menyetir semnetara ia duduk manis di sampingnya.

"Gue bisa sendiri," ucap Eva jutek.

"Gue nggak enak, masa udah nebeng nggak tau diri," Eva menyerahkan kunci mobilnya kemudian keluar berpindah tempat.

Lagi pula Eva telah lemas, ia harus meminum obatnya juga dan jika mengulur waktu Eva bisa-bisa telat pulang ke rumah, bibir Galang tertarik melihat Eva yang penurut seperti itu ia senang jika bisa berdekatan dengan Eva seperti ini kapan lagi ada tugas kelompok yang bisa membuatnya dekat dengan Eva.

***

Bersambung.

avataravatar
Next chapter