17 Kedua Kalinya.

Galang mengantarkan Eva ke rumah sakit terlebih dahulu, rumah besar itu terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Galang memarikirkan mobilnya Eva kemudian turun dan Galang pun ikut turun dari mobil.

Eva masuk ke dalam rumah, Galang hanya diam di depan pintu yang terbuka karena Eva tak mengajaknya masuk maka Galang hanya bisa berdiam diri di depan pintu.

Sesekali kepala Galang melongo ke dalam rumah karena rasa penasaran yang sangat tinggi.

"Kemana orang orang tuanya?" guman Galang.

Tak lama kemudian Eva turun dari lantai dua, padahal Galang akan masuk ke rumah Eva untuk sekedar melihat-lihat.

"Berangkat sekarang?" tanya Galang.

"Iya," sahut Eva pendek.

Eva manajemen rumah tersebut, Galang lagi-lagi sangat penasaran namun bisa apa jika banyak bertanya siapa yang takut Eva tak nyaman dengannya.

Kini Galang dan Eva masuk ke dalam mobil dan meninggalkan komplek perumahan Eva, "Bunda sering nanyain kamu," ucap Galang memecah kesepian yang mengurus sepanjang perjalanan.

"Oh," Eva tak tau harus mengatakan apa, ia pernah bertemu dengan Bunda-nya Galang ketika menolongnya saat pingsan.

Eva hanya mengucapkan terima kasih saja, ada sedikit rasa yang sebenarnya namun Eva bingung harus seperti apa karena memang Eva tak tau cara mengungkapkannya.

Mobil Eva yang Galang kemudikan telah sampai di rumah, berbarengan dengan motor Galang yang dikendarai oleh Alsad pun tiba.

Wah bareng nih, seru Alsad.

Galang keluar dari dalam mobil begitupun dengan Eva, "Lusi mana?" tanya Galang.

"Dia bawa naik taksi, tadi abis beli bahan dia pulang ke rumah dulu," sahut Alsad.

Galang hanya menganggukan sebuah kepala, "Yuk masuk," ajak Galang.

Eva mendadak takut untuk masuk ke rumah Galang terlebih dahulu, hanya ada dirinya satu wanita sementara Galang dan Alsad adalah laki-laki.

Meskipun Galang dan Alsad tak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak, namun ingatan Eva tentang laki-laki yang menodai dan trauma itu takut.

"Va, ayo ..?" ajak Galang.

Eva menggelengkan kepalanya, "Gue tunggu Lusi," ucapnya pelan.

Alsad berdecak kesal, "Why?" tanya Galang.

"Gue jemput cewek plin plan dulu," Alsad meminjam mobil Eva, semula Eva tak ingin meminjamkan mobil terjun namun tak mungkin ia melakukan hal itu.

Mau tak mau Eva merelakan kendaraan roda empatnya yang dipakai oleh Alsad sementara kini Eva hanya berdiri.

"Mendingan masuk Va, ngapain berdiri disini, kita dilihatin orang-orang komplek tuh," Galang menunjukan beberapa orang yang melihat ke arahnya.

Maka Eva pun langsung mengiyakan ajakan Galang untuk masuk ke dalam rumah, hanya ada orang yang selalu membantu Bunda Gea untuk bersih-bersih.

Kebetulan Bunda Gea dan Ayah Gema sedang pergi, sementara Gina sedang ada kuliah hari ini.

"Masuk sini," Galang gemas dengan Eva yang ragu-ragu untuk masuk ke dalam rumah tinggal padah Eva tidak pernah berada di kamar milik Galang.

Tangan Galang mengenggam tangan Eva dan membawanya untuk naik ke lantai dua dimana ada ruangan khusus untuk Galang dan teman-teman yang mengerjakan tugas.

Ruangan tersebut memang khusus diperuntukan untuk Galang dan Gina belajar.

"Nah tunggu disini, gue mau mandi sama ganti baju dulu," Galang kemudian masuk ke dalam kamar sementara Eva hanya berdiam diri melihat ruangan yang terasa hangat seperti itu.

Mata Eva menyapu keseluruh ruangan tersebut, beberapa foto besar terpajang di ruangan tersebut.

Eva tersenyum kecil melihat sebuah potret keluarga kecil itu, Galang yang menggunakan busana kasual pun dengan Bunda, Ayah dan satu anak perempuan yang berada disampingnya.

Entah siapakah itu, Eva hanya menatapnya saja.

"Va .." panggil Galang.

Eva membalikan tubuhnya melihat Galang yang telah mandi dan berganti bajunya.

"Alsad masih lama nggak? Udah keburu sakit nih," Galang buka ponselnya, sementara Eva hanya duduk sambil membuka laptop yang tergeletak disana.

Mungkin Eva akan menyicilnya beberapa tugasnya sebelum Alsad dan Lusi datang.

Ada sebuah senyuman yang terbit di wajah Galang melihat Eva yang berada di rumahnya, Alsad yang terkena ban bocor pun tak Galang hiraukan.

Peduli amat dengan Alsad yang harus mendorong motornya sampai menemukan bengkel, Galang lebih ingin melihat pemandangan yang berada di depan matanya itu.

"Galang...." suara Gina membuat Galang kesal.

Eva yang sedang melihat tugasnya itupun langsung melihat ke arah suara tersebut, seorang wanita dengan rambut sebahu terlihat menaiki anak tangga dan memanggil nama Galang.

"Kenapa sih kak teriak-teriak?" Galang sebenarnya kesal namun harus menjaga imagenya di depan Eva.

Gina yang baru saja menaiki anak tangga itu melihat ke arah Eva yang sedikit kikuk melihat ke arahnya.

"Wah...ada yang bawa pacarnya ke rumah?" Gina langsung saja memekik heboh sementara Galang langsung menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Bunda, Galang bawa pacarnya ke rumah," Gina berlari dari lantai dua, Galang yang belum sempat menahan kepergian Gina pun hanya bisa mendesah, "Sorry kakak gue emang gitu," Galang hanya tak ingin Eva salah paham.

"Dia usil," sambung Galang.

Eva hanya menganggukan kepalanya berusaha untuk tak memikirkan hal itu.

Di lantai bawah Gina terus saja mencari Bunda Gea yang baru saja pulang dari tukang tanaman.

"Bunda.." teriak Gina.

Bunda Gea yang baru selesai meletakan beberapa tanaman pun langsung menatap putrinya itu.

"Ada apa?" tanya Bunda Gea.

"Bundaa...Galang bawa pacarnya, ayo Bunda lihat," Gina begitu sangat antusias.

Sementara Bunda Gea hanya mengerutkan keningnya, tadi Bik dadah mengatakan bahwa Galang kedatangannya teman-temannya untuk kerja kelompok namun Bunda Gea belum sempat untuk melihatnya ke atas.

Kini Gina menarik Bunda Gea dan mengajaknya ke lantai dua, Bunda Gea hanya pasrah saja mengikuti maunya putri sulungnya itu.

"Loh, Eva disini, kok Galang nggak bilang?" Bunda Gea yang melihat sosok Eva pun langsung mendekati gadis itu dan memeluknya sementara Gina yang sedari tadi heboh hanya bisa melongo melihat Bunda Gea yang telah kenal dengan gadis dihadapannya ini.

"Bunda udah tau? Kok Gina belum tau pacar Galang," kini Gina mendadak protes.

Bunda Gea yang memeluk Eva pun langsung tersenyum, sementara Eva yang mendapatkan pelukan dadakan itu bingung dan hanya bisa memaksakan senyumannya.

"Bunda udah tau, Eva teman satu sekolahnya Galang,"

"Oh..." ucap Gina hanya beroh ria.

"Kirain pacarnya Galang, tadinya Gina udah mau aduin ke Ayah, biar Galang dihukum lagi," Gina yang semula semangat pun mendadak lesu.

"Lo pikir gue laki-laki macam apa, kak." Galang kini membuka suaranya.

Eva hanya menyaksikan Galang dan Gina yang beradu mulut sementara Bunda Gea hanya menatap Eva.

Benar semakin dilihat wajah Eva sangat mirip dengan gadis kecil yang sering main ke rumahnya dulu, entah betul atau tidak namun Bunda Gea bisa memastikan jika penglihatan untuk kedua kalinya memang tak pernah salah.

"Maklumin Galang sama Gina ya, mereka emang kayak kucing dan anjing," ucap Bunda Gea kepada Eva.

Eva hanya tersenyum saja, mendadak ada rasa hangat didalam hatinya melihat keluarga yang hangat ini.

***

Bersambung.

avataravatar
Next chapter