4 TIGA

Aku tidak meminta mu untuk memuji ku dan menjadikan aku berdiri di atas segalanya, duniaku tidak sesuai dengan apa yang kau tunjukkan.

Jauh dari keluarga membuatku ingin selalu mencaci maki seorang Matt, dia sudah merenggut semua yang ada pada ku. Jika aku datang ke New York hanya untuk mengais rejeki mungkin rasa tersiksa tidak akan pernah muncul. Laki-laki posesif itu hanya menjadikan aku sebagai tawanan untuk memuaskan hasratnya, tanpa perduli melihatku yang terpuruk.

Pagi ini Matt ingin mengajak ku jalan-jalan ke Pennsylvania, negara bagian Amerika serikat untuk sebuah acara besar di perusahaan property miliknya, tapi aku memang tidak ingin menjadi boneka bawaan secara terus menerus. Aku tahu dia tidak akan membiarkan aku menolak perintahnya.

Meski hampir empat bulan aku menjadi istri Matt tapi aku tidak pernah mengenal keluarganya, aku hanya pernah sekali bertemu dengan paman Matt. Dia adalah produser film dan pemilik berbagai restoran mewah di New York, Matt sering mengajakku ke salah satu restoran milik pamannya.

The Pluckemin inn Restaurant yang menyediakan hidangan larut malam, dengan ruang tunggu outdoor yang langsung memperlihatkan panorama malam hari di kota New York.

Jika Matt seseorang yang aku cintai mungkin aku akan merasa bahagia memiliki suami yang lembut dan romantis, dengan mata abu-abunya yang tajam sangat jarang membuat wanita mengabaikannya.

Tapi bagiku Matt adalah Monster yang berwujud manusia.

Matt calling...

Manusia ini selalu mengagetkanku, pria licik yang membuat hidupku hampa,

"Barbie, kau harus turun sekarang atau aku akan menyeret mu keluar!" Suara Matt melalui sambungan nirkabel ampuh membuat telingaku menjadi tidak normal.

Aku segera turun dan menghampirinya di meja makan, dia nampak mengerikan karena aku belum juga datang untuk sarapan,

"Kau ingin melihat kemarahan ku Barbie?" Pria angkuh yang menjadi suamiku mulai menampakkan kemarahan.

Bagaimana ini? Masa iya aku harus__tidak ini masih pagi dan aku tidak nafsu meladeninya__,aku langsung duduk di sebelah Matt dan mengambilkan sarapan untuknya.

Kau membuat ku seperti robot Matt, jika aku sudah bosan hidup tenang mungkin kau sudah aku musnahkan!

"Maaf, aku baru saja bangun" aku tidak memiliki tenaga untuk menatapnya.

"Aku tidak masalah jika kau ingin aku..." Tidak! Ini sama sekali tak bisa di biarkan.

"Tidak! Aku minta maaf Matt" mungkin mengalah harus menjadi tugasku sekarang.

Dengan seringai andalan Matt yang mematikan sukses membuatku tunduk, seandainya saja aku dapat menemukan surat perjanjian itu.

"Kau harus ikut denganku hari ini! Tidak ada kata tidak!" Aku hanya mengangguk singkat, malas jika harus melihat mata indah itu memancarkan sinar yang mengerikan.

Setelah menyelesaikan sarapan, aku dan Matt beranjak dari kenyamanan untuk menuju mobilnya. Namun aku mengingat sesuatu, "tapi aku belum mandi dan ganti baju Matt, aku mohon tunggu sebentar."

"Kau tetap cantik, akan ku suruh pelayan menyiapkan baju dan kau bisa ganti di dalam mobil!" Otak mesum itu ingin rasanya aku tarik dan aku injak-injak.

Matt melangkah dengan sangat cepat mengingat tingginya 190 cm membuatku berlari kecil, dia mengendarai Bugatti kesayangannya. Matt jarang memakai sopir jika pergi denganku, dia ingin lebih privasi.

Dia menyodorkan pakaian ganti untuk ku, tidak bisa dibayangkan jika aku harus ganti di depan pria asing__sial! Dia sudah menjadi suamiku__.

Jarak antara New York dan Pennsylvania lumayan jauh, tapi menggunakan Bugatti Veyron perjalanan kita akan menjadi singkat dan cepat.

Sungguh aku senang bisa berjalan jalan di negara ini, aku sendiri hanya satu kali mengunjungi Amerika waktu masih berumur tujuh tahun. Aku teringat kembali akan ayahku, semenjak perceraian mereka aku sama sekali tidak bertemu dengannya.

Bahkan sekarang aku sudah tidak bisa menemui ibuku, Matt tidak mengijinkan aku mengunjungi Indonesia. Lengkap sudah tragedi dalam hidupku ini.

Sepanjang perjalanan aku tidak bicara dengan Matt, untuk apa? Dia hanya berbicara jika ada sesuatu yang dia mau.

Selang beberapa jam aku dan Matt sampai di Pennsylvania,

"Aku ada urusan sebentar, kau masuk saja!" Matt menggeleng singkat sembari menunjukkan villa miliknya dan beberapa servant pribadi sudah menunggu.

Karena aku mainannya, dia mencampakkan ku begitu saja__aku belum pernah kesini sebelumnya__dan tidak memperdulikan aku sendiri. Malas berbicara dengannya aku pun membuka pintu mobil untuk keluar.

"Kau melupakan kewajiban mu Barbie" dia memintaku untuk menciumnya.

Dengan umpatan yang aku tahan di lubuk hati akhirnya aku mencium pipinya namun Matt mendorong wajah ku dan menciumi bibirku dengan penuh nafsu.

Sialan kau Matt!!

[...]

Aku tidak tahu mengapa setiap kita pergi ke suatu tempat Matt selalu memiliki villa pribadi. Villa dengan gaya arsitektur bangunan kuno membuat ku kagum dan tersenyum senang, sejenak untuk melupakan pria licik itu,

"Selamat siang nona Candice?" Candice? Aku ingin memukul orang yang memanggilku seperti itu.

"Gill, kau disini?" Aku menoleh seketika dan membenarkan adanya raut muka masam.

"Ya, suami anda menyuruhku untuk datang ke villa ini" Gill menunduk ringan.

"Jangan berbicara formal Gill! Aku yakin kau lebih tua dariku" photographer tampan itu pun tersenyum manis membuat ku malu.

Darius Gilbert memang pria yang ramah dan baik, dia tidak memandang seorang wanita itu rendah. Dia lebih muda lima tahun dari Matt tapi sifatnya netral dan bisa di ajak bercanda,

"Mau aku foto sekarang nona?" Gill mengangkat lensa kamera yang menggelantung di lehernya.

"Tidak Gill! Aku bosan" faktanya aku bosan harus meliukkan tubuhku berpose foto untuk Matt.

Gill mengajakku keluar untuk melihat sekeliling villa Matt yang mempesona, bangunan yang kokoh dengan sentuhan arsitektur mahir ini selalu menampakkan diri Matt yang misterius.

Aku heran mengapa bangunan milik Matt selalu mencerminkan kepribadian dirinya, kepribadian yang sebenarnya belum aku ketahui. Tak jarang aku selalu berasumsi dia adalah penjahat kelas atas yang selalu licin akan setiap permainannya,

"Lihatlah, foto nona Can sangat sempurna" tak ku sangka Gill mencuri fotoku saat sedang melamun, aku malu dan meminta Gill untuk menghapusnya.

"Aku tidak akan menghapusnya, tuan Matthew akan senang melihat ini" senyuman Gill tak dapat aku mengerti.

"Tapi kan Matt tidak ada di sini, jadi tolong hapus segera Gill!." Aku berusaha meraih lensa kamera dari tangannya.

Gill menyembunyikan kamera miliknya ketika aku berusaha merebut dan menghapus sendiri foto itu, tapi Gill tiba-tiba menatapku dengan tatapan matanya yang sangat tajam. Aku pun malu dan langsung memalingkan pandanganku.

Kami menghabiskan sore yang cerah hanya melihat lihat sekitar villa, dan rasanya waktu itu begitu cepat untuk ku. Aku tidak ingin mengakhiri candaan bersama Gill, tapi apa boleh buat aku takut akan menjadi masalah.

[...]

Setibanya di kamar, aku tersenyum melihat buket bunga mawar merah yang sangat cantik. Matt memang laki-laki romantis, tapi aku malas membahasnya. Ada terselip kartu hitam di buket itu.

-Semoga nona Can menyukai ini. Gill-

Gill? Aku syok melihatnya, bunga itu cepat-cepat aku singkirkan. Jika Matt melihatnya aku yakin Gill tidak hanya dipecat, tapi__aku tidak mau berfikir mengenai hal itu__. Hatiku terus saja menerka tanpa arah,

Kenapa Gill berani mengirimkan buket bunga ini untukku? Bukankan dia tahu bagaimana jika Matt tahu?

avataravatar
Next chapter