6 LIMA

Dia pria posesif yang semakin menggila, aku selalu berusaha membenahi diri untuk terbiasa dengan kelakuan Matt yang ekstrim. Setiap sentuhan yang dia lekatkan pada tubuhku membuat aku tidak bisa menjiwai kenikmatan bercinta layaknya suami-istri. Terutama pada titik terakhir dia menghela napas panjang saat klimaksnya tiba, nama wanita yang sama selalu terdengar. Keira Swan, jika dia seorang publik figur mungkin aku sedikit mengenali siapa Keira Swan. Matt tidak pernah menyebut namaku, mungkin karena tubuhku adalah perantara seorang Keira.

     Tapi kebiasaan mengoleksi berbagai pose sexy ku membuat mata Matt semakin mengerikan dan beringas,

     "Kau sangat cantik Barbie, aku akan melakukannya sekali lagi denganmu." Tanpa menanti jawaban, Matt menyambar bibirku cepat.

     BUNUH SAJA AKU MATT!!!

[...]

     Darius Gilbert sang photographer andalan Matt tidak menampakkan kehadirannya beberapa hari di mansion ini, apa mungkin Matt sudah memecatnya? Gara-gara dia mengajakku jalan-jalan atau ada motif lain? Aku sukar menanyakan sesuatu pada Matt, dia akan berbicara saat gelora hasratnya sudah di ujung. Terlebih lagi aku jarang bersama saat sarapan maupun makan malam, dia juga sering pulang larut malam.

     Aku tahu Matt pria yang sangat tampan dan bergelimang harta, tapi hatiku tidak bisa melihat itu semua karena perlakuan Matt yang sedikit menyimpang. Di usiaku yang hampir menginjak 21 tahun masih ingin merasakan kehidupan normal layaknya remaja yang akan berubah menjadi orang dewasa, tapi kini aku telah merasakan sesuatu yang belum aku jelajahi sebelumnya,

     "Nona Candice, tuan Matthew menyuruh anda untuk makan malam sekarang!" suara pelayan pribadi Matt dari balik pintu kamar membuatku panik seketika, aku masih malas melihat wajahnya. Tetapi aku akan semakin tersiksa jika membantah permintaannya.

     Sialan kau Matt!! Umpatan untuk suamiku sendiri, ah! Betapa durhakanya aku.

     Aku segera turun dan mendatangi Matt untuk makan malam bersamanya, dia menatapku dengan mata itu lagi. Mata yang tidak bisa aku tolak keindahannya,

     "Maaf aku terlambat!" Matt hanya menanggapi permintaan maaf ku dengan menyerahkan amplop coklat tua, yang bertuliskan New York University.

     "Apa ini Matt?" Aku menerima benda tipis terbungkus tempat surat.

     "Aku tidak masalah jika kau tidak menginginkannya." Bibir Matthew sungguh sexy dan beracun ketika berbicara.

     "Kau ingin aku melanjutkan sekolah ku di sana Matt?" Seakan tidak percaya, namun ini yang sedang terjadi.

     "Ya Barbie!" meski Matt menjawab singkat, aku sangat bahagia dan tidak ada kata-kata yang mampu menunjukkan kebahagiaan ku ini.

     Mungkin karena pengaruh hatiku yang mulai membaik tanpa sadar aku memeluk tubuh Matt, dia hanya tersenyum melihat tingkah lakuku,

     "Kau senang Barbie?"

     "Of course, thank you Matt." Ini benar-benar membuatku semangat.

     Semua ini tidak pernah terfikirkan olehku, Matt mendaftarkan aku ke Universitas paling bergengsi di dunia. Jika ibuku tahu aku yakin pasti dia sangatlah bahagia. Aku terus saja memeluk amplop itu dan rasanya tak ingin melepaskannya begitu saja,

     "Matt, apakah aku bisa menelpon keluargaku?" Oh God, tiba-tiba lidahku tidak dapat dikendalikan. Aku menatap kearah Matt yang juga menatapku tajam, dia hanya diam dan sibuk dengan makanannya.

     "Tidak!" Baiklah, aku akan berusaha lagi, semoga aku berhasil membujuk Matt.

     "Aku mohon Matt, ijinkan aku menelpon! Aku akan memenuhi semua keinginan mu, aku janji." Aku tersentak dengan kata-kataku sendiri.

     Matt menatap tajam kearah ku. Matt tidak langsung menjawab dan pergi begitu saja, aku ingin mencabut semua kata-kata ku untuk Matthew si pria licik itu. Sial! Kau telah membuat ku tersesat Matt.

     Tidak lama kemudian servant Matt memberiku bungkusan kecil, aku ragu membukanya. Tapi aku terpaksa membuka hadiah dari Matt, aku melihat isinya dan ada kartu hitam kecil bertuliskan,

     Aku akan memenuhi permintaan mu Barbie, tapi kau harus puaskan aku dengan nightgown ini. Aku akan tentukan waktunya!

     Aku menutup mulutku sendiri tidak percaya dengan apa yang sedang aku lihat, memang tidak ada salahnya memenuhi keinginan Matt. dia suamiku, tapi dia memiliki selera sex yang tidak wajar dan aku tidak mencintainya. Aku melihat nightgown itu dan aku menelan ludahku sendiri, aku syok jika harus memakainya. Kini tubuhku terjerumus oleh ucapan ku sendiri.

     Selera sarapan ku hilang seketika setelah melihat nightgown pemberian Matt, Matt selalu membeli nightgown baru untukku setiap Matt ingin mengajakku bercinta. Dia akan memintaku berpose vulgar untuk koleksi pribadi Matt. Tapi nightgown ini sangat menyeramkan dari sebelumnya, jika pernikahan ini atas dasar cinta mungkin aku akan merasa nyaman saat melakukan hubungan seksual dengan Matt.

     Meski dia tampan dan mempesona aku tidak tertarik padanya, bukan karena aku naif tapi keganasannya ketika memaksa ku untuk bersenggama membuat ku takut. Matt bukan orang yang tempramen, dia tidak pernah memukuliku saat sedang marah. Tapi pelampiasan seksual yang aneh membuat seluruh badanku merasakan sakit.

     Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke kawasan Manhattan agar meringankan beban emosional ku, seperti biasa bodyguard Matt harus ikut serta jika tidak, big boss akan memecat seluruh bodyguard yang bersangkutan.

     Lamborghini Veneno, mobil utama yang Matt beri untukku tapi dalam catatan aku tidak mengendarainya sendiri. Matt berjanji akan mengajariku agar menjadi driver yang ekstrim. Tapi dia masih sibuk dengan semua bisnisnya, aku sendiri tidak tahu berapa banyak perusahaan yang berada di bawah naungan Matt.

     Mobil meluncur dengan kecepatan tinggi setara dengan 750 kekuatan kuda di kawasan Manhattan bridge, yang memiliki panjang sekitar 2.089m. Keindahan kota yang megah dan bangunan ber arsitektur modern menjadikan Manhattan begitu glamor. Sungguh, Manhattan bridge telah menghipnotis semua saraf optik ku, membuat aku tidak ingin berpaling,

     "Kita akan ke mana lagi nona?" Pertanyaan itu membuatku membuyarkan rasa kekaguman ini.

     "Cari restoran terdekat, kau lapar kan?" Perintahku membuat sopir Matt tersenyum singkat dan kembali meluncurkan mobil dengan cepat.

     Matt membuat hidupku berubah seratus delapan puluh derajat, ya meski terkadang aku berfikir Matt juga telah menjadikan aku seperti 'pelacur' nya. Seandainya hubungan ini didasari rasa ketertarikan oleh perasaan, pasti akan menyenangkan bagiku dan Matthew. Maybe.

[...]

     Awal hari aku menjalani beberapa tes agar bisa masuk ke Universitas bergengsi ini membuat isi otakku terkuras, jika tidak ada turun tangan dari Matt aku tidak akan mampu mendapatkan kesempatan di New York University. Aku tidak mengira Matt masih mempunyai sisi baik dalam hatinya, dan aku selalu menyimpulkan bahwa Matt seorang penggila sex yang parah dan aneh.

     Membahas tentang Matt aku ingat akan janjiku, oh tidak! Mengapa aku selalu terikat janji dengan pria licik itu?

     "Hai, kau Candice?" Aku menoleh kearah sumber suara.

     "Oh hai, ya aku Candice. Tapi panggil saja Can, sungguh aku tidak masalah." ini sungguh menyebalkan.

     "Oh tuhan, kau sangat lucu Can. Aku Sarah, Sarah Alessia Beatrice" gadis cantik itu menyodorkan tangan untuk berjabat.

     "Senang bertemu denganmu, kau tahu namaku?" Ku balas dengan sambutan tangan yang mengukir keakraban.

     "Oh Can kau terlalu naif, siapa yang tidak mengenal istri dari Matthew McConaughey Morgan" aku terbelalak, oh shit! Aku melupakan derita yang satu ini.

     "Oh, baiklah terima kasih Sarah." aku mendapat kesempatan untuk memiliki teman di New York, Sarah adalah gadis seumuran dengan ku__hanya lebih tua satu tahun dariku__.

     Sarah mahasiswi jurusan Academic Programs asal Italia. Dia memiliki wajah cantik dan memikat, rambut blonde yang sangat cocok untuk wajah imutnya. Aku sendiri memilih jurusan Academics, aku ingin masuk ke perusahaan asing atau di Indonesia,

     Inilah awal aku lebih mengenal kota New York, kota yang paling bergengsi dan paling sibuk di dunia. Dan... Awal aku mencoba menjadi wanita dari seorang  Matthew.

avataravatar
Next chapter