7 ENAM

New York University atau lebih di kenal dengan NYU terletak di Greenwich village, Manhattan kini telah menjadi sekolah reguler ku. Aku tidak perlu menghabiskan waktu berjam jam bahkan berhari hari duduk manis untuk mengagumi semua barang pemberian Matt yang menjadikan aku sosialita muda yang mendunia. Yah, lagipula itu bukan jerih payah pribadi melainkan hasil aku bekerja dengan Matt.

     What the fuck Candice?

This's my reallying for me!

     Entahlah! Anggap diriku sebagai istri simpanan yang beruntung, beberapa hari ini Matt jarang terlihat aku mencoba untuk menghubunginya. Tidak! Ini bukan karena aku rindu dengan__STOP! Can! Tapi jika aku istri simpanan, secara logis istri real Matt akan membunuh ku. Dan mansion ini hanya ada aku dan beberapa servant Matt.

Darius Gilbert calling...

     Gill? Aku harap penglihatan ku masih stabil,

     "Pagi nona Candice, apa kabar?" Suara melalui jaringan itu membuatku tak percaya.

     "Hai Gill, aku baik. Aku jarang melihatmu akhir-akhir ini" kenapa perasaanku seakan menemukan sesuatu yang hilang telah kembali.

     "Ya, aku sibuk untuk melakukan beberapa pemotretan. Aku juga sekarang sedang melakukan pemotretan pernikahan," penjelasan Gill terkesan hingga ia melanjutkan perbincangannya, "nona Candice tidak ikut dengan tuan Matthew? Kemarin aku melihatnya di acara event tahunan perusahaan di California."

     "Tidak, aku sibuk dengan kuliahku sekarang Gill" aku tidak tahu kemana Matt pergi, dia sudah mulai jarang mengajakku ke acara-acara pentingnya.

     "Ya, aku dengar nona sudah masuk kuliah sekarang. Selamat!" Aku lega, setidaknya Gill masih sehat karena sikap Matt yang arogan.

     Tapi bagaimana dengan Matt sekarang? Aku mencoba melakukan panggilan untuk Matt selalu gagal, mungkin faktor cuaca atau yang lainnya. Aku melihat suasana di luar mulai agak dingin, mungkin sebentar lagi akan turun salju. Aku belum pernah merasakan hujan salju pertama di New York, aku yakin pasti ini sangat mengagumkan. Kenapa Matt jarang mengajakku berlibur seperti biasanya? Aku tidak tahu harus mencari ke mana pria licik itu menghilang.

     Aku tersentak ketika melihat Matt tiba-tiba ada di belakangku,

     "Matt? Kau membuatku kaget. Kau pergi kemana akhir-akhir ini?" Aku menoleh untuk memastikan bahwa Matt masih ada di belakangku.

     Aku kehilangan kendali saat Matt menatapku dengan jarak yang begitu dekat, Matt hanya tersenyum simpul dan menatapku tajam,

     "Matt? Emmhhh... Kau, kau sudah kembali?" Aku tahu apa yang akan Matt lakukan, God! Ini masih pagi Matt.

     "Aku merindukanmu Barbie." Matt menarik tubuhku cepat, mendekatkan wajahnya ke permukaan tatapanku.

     Kemudian Matt menciumi bibir bawahku serta memainkan lidahnya sendiri untuk memasuki rongga mulutku. Aku tidak bisa melepaskan cengkraman tangan Matt yang kuat, Matt melepaskan jas serta kancing kemejanya yang terbuka lebar memperlihatkan bagian perutnya yang sangat menggoda. Dia membuka kaitan bra ku dan melepaskan sedikit kancing yang menutupi dress, aku tidak bisa berbuat apa-apa jika Matt sudah seperti ini,

     "Jangan melawanku Barbie, itu hanya akan membuatmu sakit" Matt mencium seluruh belahan dada ku yang sedikit terbuka, Matt melingkarkan tangannya ke pinggang dan meremas seluruh tubuhku.

     Dress yang aku kenakan sudah tidak ada dan hanya meninggalkan celana dalam serta bra yang masih mengait,

     "Ini masih pagi Matt, jangan!" Meski aku berteriak didekat telinga Matt, itu sama sekali tidak akan berhasil.

[...]

     Melihat turun salju di siang hari mungkin akan membuat mood ku kembali lagi, Matt memang keterlaluan segampang itukah meluapkan nafsunya? Aku malas berbicara pada Matt, meski dia menggodaku untuk berpose di depan kamera aku hanya pose memalingkan wajah. Aku melirik kearah Matt yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang, puas dengan apa yang telah ia lakukan. Jika Matt tidak terlihat aku selalu bingung__oh aku tidak mencintainya__, jika terlihat wajahnya pasti akan membuat akalku menjadi gila,

     "Kau mau ke mana Barbie, temani aku hingga petang!" Dengan intonasi yang sangat menyebalkan ia tak perduli dan tak tahu malu.

     "Tidak Matt! Aku ada kelas hari ini!" aku mulai benar-benar tidak habis pikir.

     "Jangan membentak ku Barbie, aku tidak suka!"

     Terserah! Matt, kau sangat menyebalkan. Aku tidak memperdulikan ocehan Matt, kebiasaan buruk yang harus di temani setelah dia puas menikmati ku.

Pria egois dan arogan yang menjadi suami dadakan ku, sungguh tidak bisa di percaya. Tanpa menoleh ke arah Matt aku berlalu menuju kampus, aku harap salju tak turun siang ini karena aku akan kesulitan Sampai di sana.

     Setibanya di teras depan, sopir baru yang siap mengantar ku menyambut dengan antusias,

     "Slamat siang nona, perkenalkan aku Dominic Cooper. Panggil saja Dom!"

     "Baiklah, terima kasih Dom senang bertemu dengan mu." Aku sambut kehadirannya dengan melebarkan gerak tawa ekspresif ku.

     Dom membukakan pintu untukku, dan aku melihat Matt dari balkon untuk mengatakan sesuatu kepada ku,

     "Sampai jumpa nanti malam, Barbie!" Huh! Badanku masih terasa remuk Matt, kau membuatku semakin bersemangat membencimu.

[...]

     Jarak antara mansion dengan kampus hanya beberapa kilometer, sekitar 40 menit aku sampai di gerbang Universitas,

     "Jemput petang nanti Dom!" Dominic menundukkan kepala tanda akan mengingat jadwalnya. Sarah telah menungguku di depan halaman, dia melambai penuh semangat.

     Kita berdua menuju kelas masing-masing dan setelah kelas selesai, Sarah akan mengajakku ke Babbo Italian Restaurant yang berada tidak jauh dari kampus. Sarah anak yang asik dan santai, meski kadang dia menjadi introvert dia sangat menyenangkan dan care kepada temannya.

     Kelas hampir saja selesai tapi aku masih ada satu jam tambahan lagi, aku merasa sangat lelah dan tidak enak badan. Tapi aku harus semangat demi pendidikan ku walau kadang mataku sulit untuk melihat karena pusing. Sarah telah menungguku di halaman utama kampus, dan aku segera berlari kecil menghampirinya. Tanpa aku sengaja menabrak wanita cantik di depanku, dia menatapku dengan intonasinya yang langsung membuat bulu kudukku berdiri,

     "Kau? Istri Matthew? Oh God, segampang itu dia cari pengganti?" Wanita itu berlalu meninggalkanku yang belum sempat bertanya apapun, dia berjalan layaknya model dan memiliki tubuh yang molek hingga membuat pria jatuh hati kepadanya.

     Siapa dia? Istri Matt?

    Apa selama ini dugaan ku benar adanya? Apa ini hanya imagine ku saja? Atau memang Matt pria brengsek yang selalu mempermainkan wanita terutama tubuhnya?

     "Can? Candice? Hello Can? What's going on with you?" Aku mengerjap, meneliti di balik suara yang membuatku terbangun.

     "Ya, ada apa Sarah? Ehm maaf, aku sedikit melamun" Sarah memperhatikan wajah ku yang mendadak berubah menjadi suram, banyak pertanyaan mengganjal di fikiran ku tentang Matt.

     Dia pria yang posesif, arogan dan juga egois. Ya, beberapa peran yang mendefinisikan seorang penghianat. Tapi bagaimana jika aku salah? FUCK YOU MATT!!

     "Can? Kau mencampakkan ku sekarang." kembali suara pelan Sarah seakan menggelegar.

     "Oh...ya sorry Sarah, aku sedikit tidak enak badan" entah aku tidak selera menghabiskan pasta yang aku pesan ini, rasanya ingin muntah mengingat wajah Matt.

     Aku ingin bertanya kepada Matt tapi secara keseluruhan aku tidak ada hak sama sekali, aku hanya pemuas hasrat suamiku saja. Tanpa berfikir panjang aku meninggalkan Sarah dan pergi dari restaurant, ini belum waktunya Dom menjemput ku tapi aku tidak peduli dengan semua ini, aku lelah dan aku ingin mengakhiri semua ini__bagaimana dengan kuliahnya Can?__ Persetan!

     Aku melangkah dengan cepat dari jalan Waverly PI untuk mencari taksi, aku rasa aku punya cukup uang. Tidak peduli dengan tatap mata yang memperhatikan langkahku, aku sudah muak meladeni permainan Matthew McConaughey Morgan.

     Banyak paparazzi yang mengikuti ku tapi aku tidak peduli dengan pertanyaannya,

     "Nyonya Morgan, kenapa anda terburu-buru?"

     Sial!! Matt aku ingin menampar wajah mu! Aku mendapatkan taksi dan langsung__aku tidak tahu harus kemana sekarang__, ponselku berbunyi tapi aku abaikan dan aku anggap itu lantunan untuk mengiringi langkahku. Aku ingin menangis tapi apa aku harus menangisi pria bejat seperti Matt? Ponselku berbunyi dan berbunyi, aku melihatnya dan... Matt? Banyak panggilan dari Matt yang tidak aku jawab.

     Ya aku yakin dia sudah melihat di media, tapi aku tidak peduli Matt. Sudah cukup semua ini.

     Taksi yang aku tumpangi sudah berada di E Houston St dan aku tidak tahu harus kemana, aku bingung. Kenapa hidupku hampa seperti ini? Aku tidak mampu menahan air mataku, sulit rasanya menyembunyikan segala sesuatu dengan Matt.

     Aku tersentak mendengar suara rem dari taksi yang aku tumpangi, ada sesuatu yang menghalanginya. Siapa lagi? Matt! Matt keluar dari mobil dan melangkah ke arah ku, Matt membuka paksa pintu taksi dan meraih lenganku tanpa perduli aku melepaskan diri. Matt menyuruhku masuk kedalam mobil namun dengan cepat aku mendorong dada Matt, dan itu sama sekali tidak berpengaruh baginya. Matt dengan kasar menarik pinggang ku lalu membawaku ke dalam mobil,

     "Aku muak denganmu Matt, biarkan aku pergi!" Matt tidak peduli dengan semua umpatan yang aku berikan, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh dan meninggalkan kota New York.

[...]

     Sesekali Matt melihatku namun aku memalingkan badanku membelakangi Matt, aku tidak akan pernah bisa lepas dari jeratan pria licik seperti Matt. Sudah hampir tiga jam Matt membawaku pergi, entah ke mana Matt akan mengajakku. Aku tidak ingin tahu mengenai kehidupan Matthew, dan aku sudah tahu dia pria berengsek,

     "Kau sudah berani melawanku Barbie?" Aku merasa hidupku berada di tengah-tengah hamparan pasir, kering, panas dan melelahkan untuk aku mencari seteguk air untuk menyejukkan hati ku pun tak bisa ku lakukan.

     "Aku sedang berbicara dengan mu Barbie!" tidak peduli! Ya, aku tidak ingin memperpanjang perbincangan ini.

     "BARBIE?" Matt menghentikan mobil, tak lama ia melepaskan seatbelt nya, lalu Matt meraih pinggang ku menaiki tubuhnya.

     Sekarang aku berada di atas pangkuannya sekarang, namun aku tidak memandang wajahnya. Matt memegang tubuhku dan menyusupkan kepalanya ke lekuk leher ku, aku muak dan sempat memukul wajah Matt. Tapi dia sama sekali tidak peduli dan membuka blazer ku,

     "BERHENTI MATT! AKU MUAK! Lepaskan aku Matt! LEPASKAN!" Laki-laki yang telah membawaku pada dunia seperti ini tak perduli.

     Matt memeluk tubuh ku dan mencium bibirku dengan lembut, seorang Matthew yang lihai dalam memainkan wanita.

     Matt membawaku ke Easton, Fresno. California. Dia memberhentikan mobilnya dan membukakan pintu untukku, aku hanya keluar tanpa melihat wajahnya. Matt menatapku lekat dan kembali mencium bibirku, aku menahan dengan kedua tangan tapi itu tidak menyurutkan niatnya,

     "Stop! Matt, aku lelah!" Aku berlalu meninggalkan Matt, tapi dengan cepat Matt memelukku.

     "Ada apa ini Barbie? Katakan sesuatu!" Tangis ku pecah, aku enggan untuk berbicara dengannya. Ya, aku bimbang dengan semua ini! Aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain.

     Aku ingin kedamaian dalam hidupku, aku ingin menjadi wanita pada umumnya mencintai dan dicintai,

     "Barbie? Jangan seperti ini" mata abu-abu itu menatapku tajam.

     "Kembalilah kepada istrimu Matt!" Perkataan ku membuat Matt melepaskan pelukannya, dia menatapku dengan mata itu lagi. Dia tidak melepaskan pandangannya, entah Matt marah atau sekedar ingin bertanya__kau tahu darimana Barbie__.

     "You are my wife, Barbie."

     Sekarang aku berani menatap mata itu, mata yang begitu menyeramkan. Mata yang memiliki maksud tertentu terhadapku, mata yang terus menerus membuatku takut. Matt dengan lembut mencium bibirku lagi, mengecup semua bibirku dan melumatnya dengan lidah Matt. Dan... Aku membalas ciumannya.

avataravatar
Next chapter