3 DUA

"Aku ada urusan sebentar di kota Brasilia, jangan coba lari dariku jika ingin tetap aman dan cantik!" Sungguh, mulut yang sexy penuh racun itu selalu membuat tenggorokan ku sakit.

Aku pun lelah jika harus membuat strategi untuk lari dari seorang Matthew McConaughey Morgan, lelaki yang berkuasa akan tahta dan diriku. Mencoba lari darinya sudah aku lakukan beberapa kali namun hasilnya sangat memuaskan__memuaskan seluruh amarahnya melalui tubuhku__.

Matt sempat mengajakku untuk ikut dengannya, tapi untuk apa? Aku sudah sangat bosan melihat kegilaannya. Tapi aku merasa tidak nyaman di sini, aku belum terlalu mengenal seseorang dan berada di villa besar seperti ini membuatku takut.

"Kau yakin tidak akan ikut Barbie?" Matt meyakinkan keputusan ku untuk tetap tinggal.

"Ya, aku disini saja." Matt menciumku dan melangkah pergi, terus terang dia memang pria yang sangat lembut jika aku mau__tidak! Dia menyeramkan__.

Aku memilih untuk tetap diam di dalam kamar, aku masih belum bisa bersosialisasi dengan manusia kelas atas itu. Aku pandangi semua baju-baju yang Matt beri untukku, sungguh akan menjadi momok pembicaraan jika dipakai di Indonesia.

Indonesia? Oh tempat kelahiran ku, aku sudah beberapa bulan tidak menghubungi keluarga ku dan aku juga tak kunjung bertemu dengan ayahku. Mengapa di usia muda aku sudah mengalami beberapa kesulitan untuk menjadi orang dewasa, Dan Matt membuat semua ini menjadi lebih parah. Mungkin jika aku tak memijakkan kakiku di New York semua ini tidak akan terjadi.

Ketika aku sedang asyik melamun tiba-tiba saja aku melihat photographer pribadi Matt sedang memotret alam sekitar, tapi mengapa dia ada disini? Oh, ok! karena pria licik itu akan meminta dia memotret ku.

Pria itu bernama Darius Gilbert, dia berasal dari Kansas, Amerika serikat yang mempunyai wajah tampan dan tutur kata yang baik. Dia selalu memandang wajah ku dengan intens, mungkin karena dia seorang photographer dan harus selalu fokus pada objeknya.

Gill mempunyai senyum yang nyaman dilihat dan matanya sangat indah, pekerjaan photographer sepertinya kurang tepat untuknya. Gill selalu baik padaku__mungkin karena aku istri majikannya__.

Semenjak kedatangan Matt dalam hidupku, hatiku tidak bisa menilai seorang pria. Bagiku semua pria itu sama, mereka akan melakukan apapun demi keinginannya. Aku sudah tidak mengharapkan hidup dengan pria yang lebih baik.

Pernikahan yang sulit dicerna ini sudah beberapa bulan aku jalani, dan Matt sudah membuatku menjadi icon dunia versi majalah Forbes. Bagaimana tidak, Matt selalu membuat penampilan ku terlihat lebih unggul dari para bintang Amerika.

Benar-benar aku telah menjadi mainannya. Tetapi banyak yang membahas masalah kecantikan ku ini, tidak ada senyum yang tersirat di wajah ku. Tersenyum? Aku bukan orang yang suka basa basi untuk memperlihatkan suatu kepalsuan. Namun karena kelincahan dari seorang make up artis Ariel Tejada si pria cantik dan lentik itu membuat ku tetap menawan dengan makeup flawless nya.

Terkadang aku canggung ketika Ariel ingin membantuku memakaikan gaun, mungkin karena dia seorang pria. Tapi aku lebih memilih Ariel daripada Matt yang harus membantuku. Sudahlah! Membahas kekayaan Matt tidak akan menemukan ujungnya.

Tak bisa ku pungkiri, aku masih ingin melanjutkan kan study ku yang tertunda dan bekerja di salah satu perusahaan besar dalam negeri maupun luar negeri. Tapi semenjak terjadinya tragedi dalam hidupku semua impian menjadi kenangan belaka.

"Come on baby, saat nya beraksi!" Aku terkesiap dengan kehadiran Ariel yang secara tiba-tiba.

"Apa maksudmu Ariel?" Aku tidak mengerti apa yang ia maksud.

"Oh God, suamimu akan pulang dan aku akan mempersiapkan dirimu" nyanyian Ariel seperti pengantar lagu pada pemakaman bagiku

Apa aku harus selalu seperti ini? Pria berengsek itu akan kembali dan memainkan ku. Aku pun yakin pasti kali ini Matt akan memanggilku dengan nama yang berbeda.

Entah dia trauma kepada wanita atau memang Matt sudah beristri dan meninggal__entahlah aku muak__. Ariel dengan sangat lincah memainkan jarinya menghiasi wajah ku dengan banyak sentuhan makeup. Mainan milik konglomerat di kota New York sedang dipersiapkan.

Ariel pergi begitu saja setelah selesai mencoret coret wajahku sampai terdengar suara Matt membuka pintu kamar, dia tidak langsung menoleh kearah ku dan aku berharap dia lupa dan langsung terlelap. Tak lama kemudia aku merasakan ada benda yang menempel di leherku.

"Kau akan cantik memakai ini Barbie!" Matt membuka kotak perhiasan. Tak lama benda sempurna yang berwujud kalung berlian yang bagiku sangat menyilaukan, warna hijau memikat serta detail pada berlian ini memang mengagumkan dan elegan.

"Tapi berlian hadiah darimu masih banyak yang belum aku pakai Matt." aku membelai tiap titik kecil yang membuatku terpana.

"Aku akan memberikan seluruh hartaku jika kau mau Barbie." Lalu Matt menciumi seluruh leherku dan membawaku ke ranjang, entah aku tak bisa merasakan apa itu artinya bercinta.

Aku selalu menangis setiap melihat cermin yang memantulkan diriku berbaring di samping pria yang tidak pernah aku kenal menjadi suamiku. Kenyataan yang pahit telah kukecapi di usiaku yang masih 20 tahun. Matt terlelap memeluk tubuh ku, namun aku benar-benar tidak bisa mengartikan tentangnya.

avataravatar
Next chapter