webnovel

Little Changes

Ayla menggeliat di tempat tidurnya, tidak ingin beranjak keluar dari kamar tidurnya. Rasa sakit hati masih jelas terukir pada ingatannya. Ayla ingat betul saat teman temannya secara tiba tiba datang kerumahnya dan melihat wajah aslinya tanpa menggunakan alasan bedak.

Tangannya meraba raba nakas yang tepat berada disamping kasurnya mengambil handponenya yang sedari tadi tidak berhenti berbunyi menandakan banyaknya notifikasi yang masuk. Perlahan, jemari lentik Ayla mengetikkan kode privasinya berusaha membuka isi pesan tersebut.

Matanya memanas dan menjatuhkan buliran bening dari pelupuk matanya, berita tentangnya menjadi pusat pembicaraan grup jurusannya, belum lagi dirinya juga sudah dikenal seantaro kampusnya sebagai sosok wanita yang hanya memakai Makeup untuk menyembunyikan wajah aslinya.

"Ayla hanya memakai MakeUp?".

"Dugaanku benar, Ayla tidak secantik itu tapi tidak kusangka dia seburuk itu".

"Jika dia melihat pesan ini, kuharap dia sadar agar tidak menunjukkan wajahnya lagi".

"AYLA PEMBOHONG".

Berbagai hinaan dan cacian diterimanya terus menerus bahkan tidak ada seorang guru pun yang membelanya. Bahkan, hanya sekedar melerai pun tidak dilakukannya.

Ayla berjalan pelan menuju cermin yang ada dikamarnya. "Aku memang sangat jelek"

Tangannya meraba raba wajahnya yang sangat berbeda untuk anak usianya. Padahal, Ayla sudah mencoba berbagai macam produk perawatan kulit mahal. Dan sekarang, Ayla hanya bisa menangis deras dikamarnya.

Tangisannya menjadi jadi mengalihkan atensi sang ibu yang baru saja lewat di depan kamarnya. Pintu kamar Ayla yang dikunci membuat sang ibu kewalahan mendobrak pintunya.

BRAKK

Ibu Ayla berlari ke arah Ayla berusaha menenangkan kondisi putri semata wayangnya yang sangat memprihatinkan. Padahal, baru semalam senyum termanis terkulum lembut dari birai tipis putrinya.

" Ayla sayang, jelaskan pada ibu sekarang!". Ucapan lembut yang terkuak dari untaian kata sang ibu namun penuh penekanan yang tersirat didalamnya.

Ayla terkesiap mendengar ucapan sang ibu namun dengan sedikit terisak, Ayla pun menjelaskan segalanya. "Lita datang kerumah secara tiba tiba lalu--"

Ucapannya terpotong akibat tangisannya yang entah mengapa semakin deras mengalir dari pelupuk matanya. Namun, sang ibu hanya bisa menepuk lembut punggung putrinya berusaha menenangkan putrinya.

"D-dia melihatku tanpa menggunakan alasan bedak ibu, lalu dia menyebar berita itu ke seluruh penjuru kelas"

Ayla menangis dan bertumpu pada pundak ibunya, tak sanggup untuk menahan tubuhnya sendiri. Namun, sang ibu berusaha meminta tanggapan putrinya.

"Ayla, butuh sesuatu?". Tanya sang ibu lembut.

Ayla menarik nafas perlahan berusaha mengungkapkan hal yang sedari lama ia pikirkan. "A-ayla ingin melakukan o-operasi plastik ibu"

Ekspresi terkejut tampak memenuhi raut wajah ibu Ayla. Tak menyangka bahwa putrinya akan mengatakan hal itu. Namun, ibunya akan memilih menyetujuinya, ibunya tau betul segala penderitaan putri kecilnya ini

" baiklah, namun kau harus pergi keluar negeri"

Ayla mendongakkan kepalanya menatap sang ibu. "Mengapa? Ibu mau mengusirku?"

Ibunya menggeleng lemah sambil meneteskan air matanya. "Ayahmu tidak boleh tau hal ini"

Dengan sedikit berat hati, sang ibu pergi meninggalkan putrinya. Sedikit kekecewaan kala putrinya rela mengubah wajah pemberian Tuhan demi menjadi objek penyegar mata. Namun, sang ibu lagi lagi tak rela melihat bulir air mata menetes membasahi pipi tirus putrinya. Rasa sayangnya mampu membutakan pikiran dirinya untuk memberi izin melakukan operasi itu.

##

Langit malam bergradasi hitam abu tampak indah dengan taburan kerlap kerlip bintang nampak mengisi kekosongan hamparan langit.

Senyumnya tertarik sedikit. "Bulan itu terlihat indah karena itu banyak bintang yang mendekatinya, namun bulan tidak bersinar hanya meminjam setitik sinar mentari agar membuat dirinya bersinar"

Ayla tersenyum getir membayangkan dirinya yang tidak jauh beda dengan bulan itu sendiri. Setelah dia melakukan operasi plastik itu, berarti dia akan dikelilingi para bintang bodoh yang menganggap dirinya bersinar.

"Sampai hidup ini selesai, nama Ayla tidak akan pernah ada" ucapnya getir.

_______

"Kau sudah menemukan beberapa informasi tentangnya?". Tanyanya dengan penekanan penuh, berharap sekretarisnya mendapatkan secelah informasi mengenai keberadaan wanitanya, Dela Ariana.

Getaran terasa disekujur tubuh pria tua yang menjabat sebagai sekretaris IC entertaiment, perusahaan paling terkenal dan terkemuka di dunia, pasalnya belum satu informasipun didapatnya mengenai wanita tuannya, wanitanya pergi menghilang tanpa meninggalkan jejak semenajak 2 bulan lalu. Satu hal yang perlu diingat ketika berurusan dengan pemilik IC, Peraturan adalah ucapan Kenan Mahendra, membantah sama saja seperti mengakhiri hidup.

"B-belum tuan".

Senyum miring menghiasi wajah Kenan melihat betapa naifnya sekretaris barunya ini. "Baiklah kau boleh pergi sekarang".

Namun, ketika Kenan tidak mendapat kepuasan maka tumbalnya adalah seseorang. Sekretaris barunya akan mengalami kenyataan pelik itu akibat telah berani membantah ucapannya.

Senyum kepuasaan terkulum kala sekretarisnya keluar dari ruangannya.

"Selamat menghabiskan hidup baru di neraka"-

_______

"Ibu, Ayla takut". Ayla menggengam erat lengan ibunya kala pintu ruangan terbuka menampilkan wanita paruh baya berjubah putih terang.

Tangan sang ibu naik kepucuk kepala Ayla, mengusap lembut surai coklat terangnya. Manik mata sang ibu menatap teduh wajah putrinya yang sebentar lagi tidak akan bisa dia lihat. Entah bagaimana ibu Ayla harus berekspresi. Senang ataupun sesih bercampur rata. Biarlah urusan merelakan dan menerima menjadi urusan ibu Ayla.

"AYLANDA PRISILIA". Panggilan itu menggema keseluruh lorong klinik kecantikan itu, membuat atensi ibu dan anak itu teralihkan.

"Masuklah, ibu akan menunggumu diluar". Ayla mengangguk paham dan meninggalkan ibunya sendirian menunggu diluar ruang operasinya.

Ibu Ayla terduduk lemas pada lantai klinik, tidak tau apakah keputusannya hari ini akan berakhir baik ataupun buruk dan sebentar lagi dia akan mengatakan kebohongan kepada semua orang bahwa Ayla telah meninggal, Ayla mati akibat depresi terus menerus.

Isak tangis menjadi satu, menghiasi segala kesunyian lorong sepi itu. Rasa sakit dan kebahagiaan tidak mampu dirinya mengerti.

***

Rasa sunyi dan berbeda yang dirasakan Ayla kala dirinya memasuki ruang operasi yang berdominankan aroma alkohol. Tangannya diremas kuat berusaha menyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik baik saja.

"Ibu akan mengatakan pada semua orang bahwa kau sudah meninggal. Jadi, jagalah baik baik dirimu di Amerika nanti"

Masih teringat jelas ucapan ibunya yang mengatakan bahwa dirinya sudah tiada. Mungkin, ibunya takut dirinya akan kembali diolok olok, terlebih jika ayahnya tahu hal ini maka berakhirlah kehidupan indah keluarganya. Ayla juga tau bahwa sejak dirinya terlahir maka, cobaan hidup mulai berdatangan tiada henti menghampiri keluarganya.

"Mungkin bila aku menjauh maka hiduo kalian akan baik baik saja. Maafkan aku ayah, ibu. Ayla sudah tidak ada lagi sekarang".

Setetes buliran bening mengalir keluar dari pelupuk mata Ayla bersamaan dengan dirinya yang mulai tak sadarkan diri akibat suntikan obat penenang yang dimasukkan kedalam tubuhnya.

"Lakukan dengan hati hati, kita ajan mulai".

Begitulah sesi operasi Ayla selesai. Dengan harapan kehidupan yang indah, Ayla merubah segalanya.

Withluv, Shocky....