28 Ch 15 - Penutupan

"Lugalgin Alhold? Lugalgin sang Regal—"

"Ya, ya, sang Regal Knight terkuat," aku menyela Shera. "Aku sudah bosan dan muak dengan julukan itu. Siapa sih yang menyebarkannya? Konyol sekali."

"Tidak mungkin! Aku tidak memercayaimu. Kau pasti menyiksa Etana untuk mendapatkan kalimat itu."

Shera mengabaikan komen mengenai julukanku. Ya, tidak penting juga sih komenku. Namun, yang jadi masalah adalah, setiap anggota True One pada tiga lantai pertama mengatakan hal yang sama. Mereka tidak memercayai dengan kalimat yang kudapat dari Etana.

"Kenapa kalian semua berkata seperti itu? Kalau rekan-rekan kalian dari lantai bawah mendengar dan memercayai ucapanku, aku bisa menjamin hanya anggota kalian di lantai satu yang tewas."

Shera masih belum memercayaiku. Dia, dan rekan-rekannya, masih belum menurunkan senjata mereka.

PSSSHHHH

Di saat itu, tiba-tiba saja sebuah bom asap sudah meledak, menyelubungi tempat ini dengan asap. Ayolah, kenapa rencanaku tidak pernah dengan mulus, selalu bergelombang.

Aku menendang Nin dan lalu berlari. Aku harus mengganti sandera agar rencanaku berhasil. Aku sudah mengingat lokasi setiap orang dan juga proporsi tubuh mereka. Setelah memastikan targetku, berdasar tingginya, aku membuatnya pingsan dengan obat bius. Aku selalu membawa pistol syringe kecil di beberapa saku untuk berjaga-jaga.

Aku beruntung tidak ada orang bodoh di ruangan ini. Mereka semua menahan tembakan mereka.

Tidak lama kemudian, akhirnya asap di ruangan menghilang. Di saat itu, aku melihat Nin masih terjatuh, masih sadarkan diri. Tiga orang lain sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Shera dan Selir Filial sedang bertikai. Mereka berdua berhadapan dan memegang senjata api, tapi posisi tangan mereka berdua saling mengunci, mencegah pihak lawan melepaskan tembakan.

Sudah kuduga, Selir Filial tidak akan hanya berdiam diri. Satu hal yang tidak disebarluaskan adalah, Yang Mulia Paduka Raja Arid selalu menikahi perempuan dengan latar belakang militer. Ketika dia menikahi perempuan itu, latar belakang palsu disebarkan untuk menutupinya.

Rumor juga mengatakan Yang Mulia Paduka Raja memerintahkan beberapa anak yang terpilih untuk mengikuti latihan militer sejak usia dini. Dan, tampaknya, Inanna adalah salah satu anak yang terpilih itu. Anak yang terpilih biasanya akan digunakan dalam pernikahan politik atau sebagai duta besar yang bisa merangkap sebagai mata-mata.

Ngomong-ngomong, Papsukkal masih dalam posisi terikat, dia hanya melihat ke sosok ibunya. Aku bisa menduga Papsukkal bukanlah anak terpilih seperti kakaknya.

"Lugalgin, sekarang kesempatanmu, lumpuhkan mereka!"

Selir Filial memberi perintah padaku. Normalnya, aku akan dengan senang hati menuruti perintahnya. Namun, aku sudah memiliki rencana dan klien lain.

"Maaf, Yang Terhormat Selir Filial, tolong jatuhkan senjatamu dan segera menyerah."

"Apa?"

Selir Filial membelalakkan matanya ketika melihat ke arahku. Bukan hanya Selir Filial, semua orang yang melihat ke arahku membelalakkan matanya. Mereka tidak mampu memercayai apa yang kulakukan.

Saat ini, aku menggendong Ninshubur, yang pingsan, di tangan kiriku dan mengacungkan pistol ke kepalanya.

Aku benci melakukan hal ini pada anak kecil, tapi aku tidak punya pilihan. Maafkan aku ya, Ninshubur, nanti aku kirim kue dan permen sebanyak yang kamu mau sebagai permintaan maaf.

"Kau pasti bercanda, kan? Lugalgin! Apa maksudmu? Inanna memercayaimu. Kau bermaksud mengkhianatinya?"

Selir Filial masih belum menyerah. Dia masih dalam posisi saling mengunci dengan Shera.

"Aku mencoba mengakhiri konflik ini dengan keuntungan sebesar-besarnya. Dan lagi, kalau Yang Terhormat Selir Filial mau menyalahkan seseorang, salahkan Papsukkal. Dia lah yang berkomplot dengan True One sehingga mereka bisa menyelinap. Nin, perempuan yang masih sadarkan diri itu, yang mengatakannya langsung padaku."

Ketika aku mengatakannya, Selir Filial melempar pandangan tajam ke Papsukkal.

"Apa yang kau katakan! Jangan bicara omong kosong kau!"

"Aku tidak peduli dengan pembelaanmu." Aku mengabaikan Papsukkal. "Jadi, Yang Terhormat Selir Filial, turunkan senjatamu. Atau..."

Selir Filial menggertakkan giginya. Akhirnya, dia pun menurut dan menjatuhkan senjatanya. Di saat itu, tampaknya Selir Filial melepaskan kuncian tangan Shera. Shera tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menjatuhkan Selir Filial dan menekan tubuhnya lalu menodongkan pistol ke kepala Selir Filial.

Dor

Senjata di tangan Shera pun terpental. Dia terdiam dan melihat ke arah pistolku yang berasap. Masih dalam posisi menduduki Selir Filial, Shera pun berteriak ke arahku.

"Sebenarnya ada di pihak siapa kau?"

"Aku ada d pihakku sendiri. Aku tidak mau kau membunuh Selir Filial karena belum tentu negosiasi kita lancar."

Shera menggertakkan giginya. "Apa yang kau inginkan?"

"Tinggalkan tempat ini, relakan Brau dan uang itu. Lalu, aku akan memastikan kalian pergi dengan aman dari tempat ini. Selain itu, aku akan membebaskan Etana dan mengantarnya pada kalian."

Mata Shera mengecil. Dia melihatku baik-baik, tidak mampu memercayai ucapanku.

Di lain pihak, Selir Filial masih memandangku dingin.

"Kalian pikir laki-laki dari Kerajaan Lain memiliki wewenang untuk melakukan hal itu? Aku bisa bilang dia hanya berbohong."

"Aku benci mengakuinya, tapi Selir Filial benar. Aku tidak bisa memercayai ucapanmu."

Ya, wajar sih mereka meragukanku. Justru aneh kalau mereka langsung menerima ucapanku.

"Daripada wewenang, aku akan bilang kalau aku memiliki koneksi dan uang untuk melakukannya."

Baiklah, posisi ini agak melelahkan. Aku melepaskan kotak Arsenalku dan mengganti posisi Ninshubur. Sekarang, aku menggendongnya dengan tangan kiriku, membiarkannya menyandar badanku. Kini, kalau orang melihat, Ninshubur seolah-olah tertidur di gendonganku. Sementara itu, tangan kananku kembali lurus ke depan, mengarahkan pistol ke Shera dan Selir Filial.

Mereka berempat terdiam, melihat ke arahku dengan mulut setengah terbuka.

"Apa? Aku hanya membiusnya. Aku tidak akan menggunakan kekerasan pada anak-anak."

"Cih, tahu begini aku tidak akan menuruti ucapanmu." Selir Filial menyesal.

"Sudahlah, kembali ke negosiasi. Bagaimana? Shera, apa kau menerima tawaranku?"

"Apa jaminannya kalau kau akan menepati ucapanmu?"

Aku sedikit tertawa. "Haha, kau mencari jaminan? Tidak ada jaminan untukmu. Ketahui lah kalau kau tidak dalam posisi untuk meminta jaminan."

Shera tidak langsung memberi jawaban. Dia hanya memandangku dalam-dalam.

"Di lain pihak, Yang Terhormat Selir Filial, aku mau kau dan Papsukkal tidak mengatakan apapun tentang negosiasi yang sekarang kubuat. Tidak sepatah kata pun, tidak kepada siapa pun."

"Hah? Apa untungnya untukku?"

"Kalau kau melakukannya, aku akan menghilangkan semua bukti yang menunjukkan keterlibatan Papsukkal. Dan tentu saja, aku akan memastikan True One tidak akan pernah membocorkan keterlibatan Papsukkal dalam penyerangan ini."

"AKU TIDAK–"

Dor

Papsukkal terdiam. Tubuhnya bergetar setelah satu peluru melewati samping kepalanya.

"Apa kau berpikir kalau ibumu masih memercayai ucapanmu?"

"Tentu saja. Iya kan.... bu?"

Selir Filial tidak membalas pandangan Papsukkal. Dia mengalihkan pandangannya.

"I, ibu. Kenapa? Apa ibu tidak memercayaiku?"

"Maafkan aku, Papsukkal, tapi aku tidak mampu memercayaimu sepenuhnya. Satu-satunya kemungkinan kenapa True One bisa menyelinap, dan menyandera kita semua, adalah ada orang dalam yang bekerja sama. Meskipun aku belum mampu memercayai kalau kamu adalah pelakunya, tapi aku tidak bisa mengeliminasi kemungkinan itu."

Papsukkal terdiam. Tubuhnya tidak menunjukkan pergerakan dan kepalanya menghadap ke bawah, seolah-olah gravitasi berkumpul di tubuhnya. Di saat itu, sebuah suara muncul.

"Hei, bukankah kesepakatannya tidak ada seorang pun yang membocorkan keterlibatanku?"

Di saat itu, tiba-tiba saja Suara Papsukkal meninggi. Tidak seperti sebelumnya yang memberi kesan lemah dan pasrah, kini suaranya memberi kesan arogan.

"Dan kesepakatannya adalah tidak ada seorang pun dari kami yang akan tewas," Nin menyanggah Papsukkal.

"Kalian tewas karena inkompetensi kalian. Kalian semua tewas hanya oleh satu orang? Kalian pasti bercanda kan?"

"Dan satu orang itu menyandera adikmu dan membuat ibumu tergeletak di tanah. Bagaimana kalau kau menghadapinya langsung?"

"Hah?"

Papsukkal dan Nin pun terlibat dalam adu cekcok.

"Berisik!"

Shera dan Selir Filial sama-sama membentak, membungkam Nin dan Papsukkal.

"Nin, aku paham dengan keputusan yang kamu ambil, tapi bisakah kamu tidak memutuskannya tanpa mengonsultasikannya padaku terlebih dahulu?"

"Papsukkal, aku tidak tahu apa yang akan kamu dapat dari kesepakatanmu, tapi kamu tega menjual keluargamu sendiri?"

"I, iya, maaf."

"Hah?"

Sementara Nin diam dan menurut. Papsukkal masih melawan ibunya, dengan nada arogan.

"Ibu bahkan tidak termasuk dalam 10 selir favorit ayah, ibu tidak punya hak untuk mengatakan hal itu. Kalau ibu minimal masuk dalam 10 selir favorit ayah, aku pasti bisa memerintah wilayah yang lebih luas. Tidak. Daripada itu, seharusnya ibu mengincar posisi Permaisuri. Ketika selir lain mengirim pembunuh bayaran untuk masuk menjadi 10 selir favorit dan permaisuri, ibu tidak melakukan apapun. Bahkan, ibu melindungi Permaisuri. Ibu tidak memberi kesempatan padaku untuk menjadi putra mahkota."

"Permaisuri Arere adalah sahabat ibu! Tidak mungkin ibu mengincar nyawanya!"

"Hah? Jadi ibu berpikir kalau sahabat lebih penting dari— uaghh...."

Belum sempat Papsukkal menyelesaikan kalimatnya, aku sudah berdiri di depan dan menendang ulu hatinya. Papsukkal pun tidak sadarkan diri. Aku tidak akan menyia-nyiakan syringe dengan bius untuk orang dewasa. Bahkan, kalau dia tidak pingsan dengan satu tendangan itu, aku akan terus menendangnya hingga dia pingsan. Orang dewasa bisa menderita dan aku tidak peduli.

"Baik, kembali ke negosiasi. Bagaimana? Apa kalian akan menerima tawaranku? Shera? Selir Filial?"

Mereka berdua belum memberi jawaban, masih membuang pandangan.

"Shera," aku akan mencoba meyakinkan mereka lagi. "Saat ini, dengan orang yang tersisa, apa kau yakin kalian bisa keluar dengan selamat? Tampaknya, Yang Terhormat Selir Filial hanya membuat rekan-rekanmu tidak sadarkan diri karena dia berharap menangkap kalian hidup-hidup. Tetap saja, apa kau berpikir bisa keluar dengan lima orang? Ditambah lagi kau akan mendapatkan Etana kembali. Apa yang membuatmu ragu?

"Lalu, Yang Terhormat Selir Filial, kalau mereka ditahan dan keterlibatan Papsukkal terkuak, menurutmu, apa yang akan terjadi pada kalian?"

"Arid akan menceraikanku dan kami akan terlantar."

"Benar. Inanna tidak akan memiliki masalah karena dia adalah agen Gugalanna. Masa depannya di militer dan dunia mata-mata masih lebar. Namun, pikirkan, Ninshubur. Dia masih anak-anak. Masa depannya belum jelas."

"Itu...."

Aku sadar benar kenapa mereka masih ragu. Shera masih memiliki ideologi kesetiakawanan dan kesetiaan pada pemimpinnya, Brau. Di lain pihak, Selir Filial menganggap kalau dia membiarkan aku bekerja sama dengan True One, maka sama halnya dengan dia mengkhianati Kerajaan Mariander. Terkadang, kesetiaan adalah beban.

"Atau," aku mengajukan alternatif lain. "Aku membunuh kalian bertujuh saat ini juga. Lalu, setelah itu, aku mengklaim ada perselisihan antara True One dengan Papsukkal. Perselisihan ini berujung pada pertikaian dan merenggut nyawa semua orang kecuali Ninshubur. Kalau hal itu terjadi, True One akan kehilangan tiga figur penting. Dengan demikian, aku bisa memastikan kalau True One akan hancur dalam waktu dekat.

"Di lain pihak, keterlibatan Papsukkal masih terkuak sehingga Yang Mulia Paduka Raja tidak bisa memberi keistimewaan pada Ninshubur, membuat Ninshubur dipindahkan ke panti asuhan. Inanna mungkin akan turun pangkat, tapi, setidaknya, dia masih menjadi agen Gugalanna. Agen berbakat seperti dia tidak akan disia-siakan begitu saja,"

Shera dan Selir Filial tidak langsung menjawab. Mereka berdua masih menahan nafas dan menelan ludah. Namun, tidak lama kemudian, sebuah jawaban pun muncul.

"Baiklah, aku mengerti. Aku terima tawaranmu." Shera setuju.

"Aku juga menerimanya, tapi aku memiliki permintaan lain." Selir Filial belum sepenuhnya setuju. "Aku ingin cerita yang kau berikan adalah ketika kamu sibuk berhadapan dengan True One, aku menyelamatkanmu ketika Papsukkal akan menyerangmu dari belakang."

Aku tersenyum. "Jadi, Anda berencana menyerahkan Papsukkal dan berharap belas kasihan dari Yang Mulia Paduka Raja. Dengan begini, meskipun wilayah yang Anda kuasai berkurang drastis, setidaknya Anda tidak ditelantarkan. Benar demikian?"

"Niatku sudah terbaca ya." Selir Filial memejamkan mata sejenak. "Ini semua adalah salahku. Aku melihat sosok Arid pada Papsukkal sehingga aku terlalu memanjakannya, membuatnya berpikir kalau dia memang istimewa. Namun, tampaknya, dia masih tidak bisa menerima fakta kalau dia tidak akan pernah menjadi Raja."

Hooh, seorang ibu yang bijak.

"Ngomong-ngomong, cara bicaramu ke aku langsung berubah ya? Sekarang jadi sopan sekali kamu."

"Anda juga demikian. Sekarang Anda menggunakan kamu, bukan kau lagi. Apa Anda sudah bisa menganggap saya sebagai orang dekat dan bisa dipercaya?"

"Heh. Anggap demikian."

Aku berdiri dan kembali ke kotak arsenalku. Aku mengambil sebuah telefon. Telefon ini adalah telefon khusus yang masih bisa digunakan meskipun jammer diaktifkan. Syaratnya adalah aku harus tahu tipe jammer yang digunakan. Karena aku sudah dipandu oleh Inanna dan Kapten Iskandar, aku sudah mengetahui jammer apa yang digunakan oleh tentara.

Namun, tentu saja tidak semudah itu. Meskipun aku sudah melihat bentuk jammer yang digunakan, satu truk jammer dengan bentuk yang sama memiliki beberapa variasi. Oleh karenanya, aku harus menekan kode yang berbeda beberapa kali, mencoba keberuntungan. Kalau kode yang digunakan benar, telefon ini akan melakukan komunikasi pada frekuensi yang tidak diblok tersebut.

Telefon ini tidak banyak beredar karena tidak cukup efisien. Maksudku, kamu harus mengetahui jammer apa yang digunakan dan setelah itu kamu masih harus mencoba-coba kode yang belum tentu tebakanmu terhadap jammer benar. Aku cukup setuju, tapi, tidak pernah ada salahnya untuk berjaga-jaga. Dan ketika momennya datang, seperti saat ini, telefon ini pun berfungsi.

"Halo, Mulissu, kirimkan dananya."

[Hahaha, akhirnya kamu menggunakan uang operasional lagi ya. Jadi, berapa keuntungan kita?]

"Anggap 270 persen. Sisa 80 persennya harus kuberikan pada mafia Kerajaan ini sebagai tarif penarikan dana."

[Dan, dari siapa dana kita akan ditarik?]

"Dari sponsor True One dan bangsawan yang terlibat dua serangan ini."

[Hahaha, jadi kamu memeras mereka ya? Kalau keterlibatan mereka ketahuan, gelar bangsawan mereka pun akan dicabut saat itu juga. Kamu memang benar-benar jenius. Jadi, apa ini menandakan kamu akan kembali aktif di dunia pasar gelap seperti dulu lagi?]

"Masih kupertimbangkan."

[Baiklah, dananya sudah terkirim. Kalau ada apa-apa lagi, kabari saja. Dadaa.....]

Dan telepon pertamaku sudah berakhir. Aku membuat panggilan lain.

[Kami sudah menanti.]

"Setengahnya akan kubayar setelah aku mendapatkan dana yang kau janjikan dan semua sesuai dengan keinginanku. Sekarang, lokasiku ada di gedung pemerintahan Afee."

[Baiklah, helikopter tempur dalam perjalanan. Akan kami pastikan mereka diantarkan dengan aman.]

"Dalam perjalanan" adalah kata yang digunakan untuk menggantikan "aku akan berangkat sekarang karena kamu sudah memberi konfirmasi". Jadi, dia belum memberangkatkan helikopter itu.

"Bagus. Aku harus segera mengakhiri panggilan ini atau tentara akan menyadari ada panggilan keluar."

[Baik. Senang berbisnis denganmu.]

Aku pun mematikan telepon dan meletakkannya kembali ke dalam arsenal. Lalu, aku mengambil kotak kecil di dalam arsenal.

Mungkin orang berpikir kenapa mereka, para mafia, tidak mau melakukan ini secara langsung, memeras para bangsawan itu. Bukannya tidak mau, tapi tidak bisa. Jarang sekali ada orang yang memiliki nama di dunia pasar gelap dan dunia normal sepertiku.

Dulu, aku selalu menjadi pihak mafia yang mengeksekusi sedangkan orang yang memiliki nama hanya santai di atas. Sekarang, aku lah yang menjadi orang santai di atas sedangkan mafia negeri ini yang melakukan eksekusinya. Ini adalah sedikit sisi positif yang kudapatkan setelah berpartisipasi dalam battle royale.

Saat aku kembali, aku melihat Shera dan Selir Filial sudah duduk terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Mereka berdua sama-sama melihat ke arahku.

"Kamu sudah merencanakan semua ini?" Shera bertanya padaku.

"Sebenarnya, pada awalnya, aku mengunjungi pasar gelap kerajaan ini hanya karena tertarik dengan Etana. Namun, mafia Kerajaan ini malah memberiku informasi dan tawaran kerja sama. Karena cukup menguntungkan bagiku, baik dari segi material maupun non material, aku pun menyetujuinya."

"Jadi..."

"Yang sebenarnya menggagalkan operasi kalian bukanlah tentara kerajaan ini atau Inanna yang meminta tolong padaku, tapi mafia yang menjual kalian padaku."

Shera tertunduk ketika mendengar penjelasanku. Mungkin hal ini sulit dipercaya, tapi, ini lah kenyataan.

"Shera, tangkap!"

"Eh?"

Shera terkejut ketika aku melemparkan kotak di tanganku ke arahnya. Tapi, dia masih berhasil menangkapnya dengan baik.

"Kotak itu berisi handphone yang sama dengan yang kugunakan. Baca buku panduannya baik-baik kalau kau mau menghubungiku. Kalau handphone itu berdering, berarti aku yang menghubungimu."

"Ah, uh, baik..." Shera menjawab setengah hati.

"Yang Terhormat Selir Filial, saya akan mengirim handphone Anda untuk menghubungiku kemudian hari. Kalau saya memberikannya sekarang, ada kemungkinan tim pembersih akan menemukannya."

"Ya, baik."

Berbeda dengan Shera yang tampak ragu, Selir Filial menjawabku dengan keyakinan, tidak, kebahagiaan. Padahal, aku baru saja memerasnya. Apa yang ada di pikiran perempuan ini.

Tidak lama kemudian, bangunan di sekitar gedung ikut mati lampu. Aku memperkirakan mereka menggunakan EMP untuk mematikan semua alat elektronik di sekitar sini. Lalu, bagian samping gedung meledak, menunjukkan sebuah helikopter. Dengan helikopter itu, mafia Kerajaan ini membawa pergi anggota True One yang tersisa. Karena kami berada di ketinggian 50 lantai, aku ragu pelontar roket dari lantai 1 dapat mencapai helikopter ini.

Kami menggunakan cerita yang dipersiapkan oleh selir Filial. Meskipun Papsukkal menolak cerita itu, tapi cerita kami lebih dipercaya oleh publik. Alasannya adalah, pertama, Papsukkal belum dewasa sehingga ceritanya belum bisa diterima publik. Mengorbankan anggota keluarga adalah praktik yang umum di keluarga bangsawan dan kerajaan, sehingga, dengan demikian, mereka menganggap keluarga Spicante sudah berniat mengorbankan Papsukkal sejak awal.

Alasan kedua adalah aku. Jika aku, orang luar yang terseret dan tidak memiliki hubungan politik internal Kerajaan lain dan konflik internal keluarga, memberikan cerita, maka mereka akan menganggap ceritaku adalah cerita yang paling obyektif.

Dan, dengan demikian, hari yang panjang ini pun telah berakhir.

Bersambung

avataravatar
Next chapter