25 Ch 12 - Serangan Balik

Semua orang diikat tidak terkecuali anak-anak. Mereka semua dikumpulkan di ujung ruangan dengan beberapa orang bersenjata mengawasi. Semua senjata kami dikumpulkan di ruangan sebelah. Aku duduk di dekat jendela, memunggungi ruangan. Kedua tanganku diikat di belakang badan.

"Lihat ini? Saat ini, kami telah menyandera bukan hanya Tuan Putri Inanna, tapi juga Tuan Putri Jeanne. Selain di sini, kami juga melancarkan serangan ke kantor pemerintahan Afee. Kalau kalian mau mereka dilepaskan tanpa terluka, maka penuhi tuntutan kami.

"Lepaskan Brau. Dan bersamanya, berikan uang sebesar 1 milyar Lit. Brau akan dijemput oleh satu mobil yang menanti di depan rumah tahanannya. Setelah itu, jangan ikuti dia. Kalau kami mendapatkan ada indikasi mobil kami diikuti, maka kami akan membunuh semua orang di sini.

"Dan satu lagi. Setiap satu jam hingga tuntutan kami dipenuhi, kami akan membunuh sepuluh orang di ruangan ini. Selamat malam."

Mereka selesai melakukan siaran yang berisi tuntutan tersebut. Dimana mereka melakukannya? Tentu saja di tengah ruangan ini. Bahkan, mereka membawa perlengkapan siaran seperti microphone dan kamera sendiri. Aku tidak tahu harus komentar apa.

Daripada itu, aku mendengar informasi lain yang cukup mengejutkan. Mereka juga menyerang Afee. Dan, mengingat belum ada bantahan dari pemerintah, maka bisa dipastikan serangan ke Afee juga berhasil.

Bagaimana mereka bisa sukses menyerang Afee padahal Etana ada di sini? Kemungkinannya ada tiga. Pertama, mereka memiliki orang dalam. Kedua, mereka memiliki ahli strategi. Ketiga, ada konspirasi di dalam Kerajaan Ini. Namun, itu adalah masalah nanti. Sekarang, aku harus menangani masalah penyanderaan ini dulu.

Lit bukanlah mata uang konkret, melainkan mata uang dunia maya. Uang ini biasanya disimpan dalam bentuk kartu dan tidak bisa dilacak keberadaan dan asalnya. Saat ini, satu milyar Lit setara dengan 500 milyar Zenith.

Anggap pemasukan kerajaan Mariander sama dengan Bana'an, maka jumlah itu setara dengan 5 persen pemasukan kerajaan. Secara persen tampak tidak banyak, tapi, dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan dan dana sosial bisa hilang. Malah, secara tidak langsung, seolah-olah kerajaan lah yang membiayai pemberontak.

"Kalian harus berbangga. Karena kalian telah menjadi bagian dalam sejarah dimana kami, True One, melancarkan serangan pertama kami di dua tempat secara bersamaan."

Suara ini adalah suara Etana. Tapi apa mereka benar-benar memanggil diri mereka True One? Seriously? Kalian pikir kalian apa? Tokoh utama dalam novel?

"Jadi, ini ya kekuatan Regal Knight terkuat." Etana mengambil kursi dan duduk di depanku, pandangan berganti antara aku atau orang-orang di belakangku. "Tidak sekuat yang kukira."

Tapi, baiklah, bisa tolong hentikan panggilan Regal Knight terkuat itu? Aku sudah mulai bosan mendengarnya.

"Hah..." Aku menghela nafas. "Kalau aku hanya memenuhi kontrakku, melindungi Tuan Putri Jeanne, aku bisa memastikan saat ini kau sudah tergeletak tanpa nyawa."

"Hoo, percaya diri sekali kau. Apa yang membuatmu begitu yakin?"

"Kalau aku mau, tadi aku sudah memasukkan Tuan Putri Jeanne ke dalam arsenalku, peti mati berisi senjata itu. Di saat itu, aku bisa melepaskan tembakan. Tapi, di lain pihak, nyawa anak-anak dan orang selain Tuan Putri Jeanne akan terancam."

"Lalu, apa yang membuatmu tidak melakukannya?"

"Aku di sini karena pekerjaan. Meskipun aku memenuhi kontrak, tapi kalau aku menyelesaikan misi seperti itu, kecil kemungkinan pihak Kerajaan mau menghubungiku lagi."

Dan lagi, aku ingin menemuimu.

"Ohh...."

Dor

Tanpa aba-aba, Etana melepaskan sebuah tembakan.

"Kakak!"

"Kak Malik!"

Satu orang lagi tewas. Di saat itu, salah satu pemberontak kembali berteriak, memaksa anak-anak diam.

Aku kira dia bilang tidak mau ada korban lagi, tampaknya ucapannya hanyalah figure of speech.

"Jadi, masih berpikir pihak kerajaan akan menggunakanmu lagi?" Etana menarik pistol 9 mm dari pinggang kiri dan menodongkannya ke dahiku. "Bagaimana kalau begini? Orang sepertimu tidak akan bertindak kalau nyawamu belum terancam, kan?"

Aku tersenyum. "Kau benar, kalau kau mencoba membunuhku, aku terpaksa melawan sekarang juga."

"Melawan? Apa kau pikir kau bisa melawan saat ini? Dengan posisi tangan terikat dan pistol di depan wajahmu?"

"Mau lihat siapa yang lebih cepat? Kamu menarik pelatuk itu atau aku menggigit lehermu."

"Hah?"

Etana tiba-tiba menarik tangannya. Tampaknya, dia terkejut dengan ucapanku. Selain terkejut, dia pasti juga merasa jijik. Bukan hanya Etana, bahkan tiga orang di belakangnya menunjukkan reaksi yang sama. Bahkan, aku berani bertaruh, para sandera juga menunjukkan ekspresi yang sama.

"Kenapa? Tidak pernah melihat orang menggigit leher?"

"Kau... dasar hewan."

"Setidaknya, hewan tidak akan menyerang makhluk yang tidak mengancamnya. Tidak seperti kalian, yang menyerang panti asuhan yang sama sekali tidak memiliki ancaman. Menurutku, kalian lebih rendah dari hewan."

"Tidak. Kami tidak seperti itu," Etana mengelak secepat mungkin. "Kami melakukannya demi masa depan Mariander yang lebih baik. Demi Republik Mariander. Tempat ini akan menjadi tempat bersejarah dimana kalian, para pengurus dan penduduknya, bekerja sama dengan kami untuk menjatuhkan Diktator Raja Arid."

"Siapa yang be—"

"DIAM!"

Aku berteriak, membungkam pengurus panti asuhan itu. Aku tidak mau ada korban jiwa lagi hanya karena hal sepele.

"Kalau mereka berhasil menjatuhkan sistem pemerintahan Mariander yang sekarang, maka mereka lah yang akan menulis sejarah." Aku memberi penjelasan pada orang-orang di ruangan ini. "Mereka akan menulis kalian bekerja sama.

"Kalaupun kalian tidak mau menyatakan kerja sama, kalian akan dihukum mati. Lebih buruk lagi, Bisa saja kalian semua akan dieksekusi sekarang juga. Lalu, di kemudian hari, mereka akan menyatakan kalau pemerintah lah yang membunuh kalian semua karena dengan tuduhan telah mengkhianati kerajaan dengan bekerja sama."

Akhirnya, pengurus panti asuhan itu diam.

Aku memberi tambahan. "Dan, Tuan Putri Inanna, Tuan Putri Jeanne, jangan kira mereka mau melepaskan tawanan yang lain hanya untuk menawan kalian. Mereka membutuhkan kalian sebagai korban terakhir."

Plokk plokk plokk

"Bravo, kau benar-benar hebat. Kau benar-benar mengerti rencana kami." Etana bertepuk tangan pelan, memuji penjelasanku.

Aku hanya diam, tidak memberi respon apapun pada Etana. Aku harus menghentikan semua jalan pikir bodoh yang mungkin muncul dari orang-orang di belakangku.

"Aku ada penawaran untukmu."

.....Hah?

"Bergabunglah dengan kami. Kami akan memberimu posisi sebagai salah satu menteri di Republik Mariander. Dengan begitu, kehidupan mewah dan terjamin telah menanti. Kehidupan yang lepas dari semua kekhawatiran. Semua keinginanmu akan terpenuhi."

Jujur aku benci sekali dengan nada bicaranya. Nadanya seolah-olah dia lebih tinggi dari orang lain.

"Apa yang membuatmu berpikir kalau sistem monarki, kerajaan, tidak cocok?"

"Bukankah sudah jelas?" Etana berdiri, mengangkat tangannya. "Sistem dimana orang bisa berkuasa hanya karena lahir, bukan karena kompetensi, bukanlah sesuatu yang baik. Bahkan sampah akan menjadi Raja kalau dia lahir dari rahim yang benar.

Sang pemimpin ini akan mengubah peraturan semaunya sendiri. Bahkan, pemimpin itu bisa menyalahgunakan kekuasaan semaunya sendiri tapi tidak akan ada yang bisa menentangnya. Sistem itu sudah tidak memiliki tempat di era ini."

"Ung..." aku terdiam sejenak. "Apa kau serius? Tidak ada alasan lain?"

"Alasan pribadi tidaklah penting!"

Uwah, entah kenapa, aku mendapatkan firasat kalau laki-laki ini hanyalah diperalat. Dan, mungkin, dia memiliki pengalaman buruk dengan pemimpin negara ini di masa lalu.

"Kenapa kau mencoba merekrutku?"

"Hmm? Kenapa kau menanyakannya? Bukankah kau sudah tahu?" Etana mendekat, berbisik. "Kita, sebagai sesama inkompeten, memiliki kemampuan yang sama, kan?"

"Kemampuan?" Aku pura-pura bodoh.

"Jangan pura-pura bodoh." Etana masih berbisik. "Kita adalah orang-orang terpilih. Kita tidak perlu tunduk di bawah orang-orang itu."

"Apa maksudmu?"

Sekarang, bukan hanya pura-pura bodoh. Sebagai tambahan, sekarang aku sedikit memicingkan mataku dan membiarkan mulutku setengah terbuka. Aku memasang reaksi wajah terkejut.

"Kau," Etana memercayai wajahku. "Kima, cepat gunakan kekuatan pengendalianmu."

"Eh? Ba-baiklah."

Kima adalah salah satu orang yang berdiri di belakang Etana. Dia menurunkan senjatanya dan mengeluarkan sebuah pisau. Dia melepaskan pisau itu dan membuatnya melayang. Ketika orang bernama Kima ini melakukannya, Etana tidak melepaskan pandangan dariku.

"Aku masih bisa menggunakannya. Tampaknya dia tidak memiliki alat itu di tubuhnya."

"Apa?"

Dan Etana pun terkejut.

Alat itu di tubuh? Apakah aman kalau aku mengasumsikan dia mengklaim kekuatan penghilang pengendaliannya adalah berkat operasi yang dilakukan pada tubuh? Dan operasi itu hanya berhasil pada orang inkompeten?

Di lain pihak, tampaknya dia mengira aku memiliki kemampuan yang sama dengannya. Ya, sebenarnya kita memiliki kemampuan yang sama. Namun, tampaknya, kami memiliki perbedaan, dan dia tidak menyadari perbedaan tersebut.

"Sayang sekali. Padahal, aku berharap, kamu bisa menjadi rekanku." Etana mendengus, menghilangkan keterkejutannya. "Kumpulkan dia dengan yang lain, aku tidak membutuhkannya."

Beberapa orang langsung datang dan menggiringku ke yang lain. Mereka pun mendorongku, membuatku terjatuh di depan anak-anak.

"Sudah hampir satu jam. Bagaimana?"

Etana melihat ke satu orang. Orang tersebut menggelengkan kepala.

"Sudah kuduga. Siapkan sepuluh orang!"

Mereka pun datang dan mengambil sepuluh orang dari kerumunan. Delapan anak-anak dan dua pengurus panti asuhan.

"Tidak, jangan. Jangan anak-anak."

"Bunuh saja aku. Tapi jangan bunuh anak-anak itu."

"Tolong, mereka tidak bersalah."

Beberapa pengurus panti asuhan merengek pada para pemberontak. Namun, para pemberontak itu tidak memedulikan mereka. Mereka hanya memukul kepala para pengurus panti asuhan dengan bagian belakang senjata, tidak membunuhnya.

"Inanna," Aku berbisik pada Inanna yang ada di belakangku. "Kalau kamu bisa menggunakan pengendalianmu, secepat apa kamu bisa melumpuhkan mereka semua?"

"Eh?" Inanna sedikit terkejut, tapi dia masih mampu menyimpan keterkejutannya. Bahkan, dia membalasku, masih dengan bisikan. "Tiga detik. Aku mampu melakukannya dalam tiga detik."

"Baguslah. Siap-siap."

Inanna tidak menjawabku. Aku menganggapnya ya.

"Baiklah. Siapkan siarannya."

Etana berdiri. Dia masih menempatkan kami di depannya, dan beberapa orang yang akan dibunuh di belakangnya. Di belakang masing-masing anak-anak dan pengurus yang berdiri, satu orang berdiri, menodongkan kepala mereka ke calon korban.

"Selamat malam semuanya. Tampaknya, kerajaan Mariander tidak peduli dengan nyawa para penghuni panti asuhan ini. Mereka lebih mementingkan uang mereka. Jadi, sesuai janjiku, aku akan membunuh 10 orang."

Aku meludah ke depan.

Prakk.

"Ahh....."

Sial, pelurunya meleset ya. Pelurunya hanya menembus bahu, bukan kepala. Tampaknya, jendela itu lebih kuat dari perkiraanku.

Aku langsung jongkok dan melompat, melempar tendangan ke arah Etana. Etana berhasil menghindari seranganku. Namun, tujuanku bukanlah melukainya, melainkan mengalihkan pandangannya.

"SEKARANG!"

"AAHHHH!"

"GUAHHH!"

"KYAA"

Cepat sekali. Bahkan, aku kesulitan dalam mengikuti gerakan proyektil Inanna. Proyektilnya menembus dinding dan bergerak di udara, membunuh semua pemberontak yang berdiri. Aku yakin belum ada tiga detik sejak Inanna beraksi, tapi, semua pemberontak yang berdiri sudah tewas.

Selain itu, hal lain yang membuatku kagum adalah dia mampu mengendalikan semua proyektil tanpa melihat, seolah-olah proyektil itu adalah bagian dari tubuhnya. Berbeda dengan proyektil ledakan yang dia gunakan pertama kali, kali ini dia menggunakan proyektil kecil seperti pasak. Pasak itu terbang ke semua arah dan menembus semua yang ada di jalurnya.

"KAU!"

Etana kembali melemparkan pandangan ke Inanna. Saat itu, semua proyektil yang melayang pun terjatuh. Dia mengambil pistol, tapi aku menendang pistol tersebut.

"Semuanya, masuk ke kamar!"

Tanpa perlu arahan, Jeanne sudah memberi instruksi. Sementara itu, aku dan Etana saling melempar serangan. Kami sama-sama melempar tendangan, tapi dia terkadang menyerang dengan tangan kanan.

Aku tidak mengira kalau dia ahli dalam bela diri juga. Dia masih bisa bertarung meskipun bahu kirinya sudah berlubang. Di lain pihak, aku dipaksa bertarung hanya dengan kaki. Namun, aku lebih unggul. Rasa sakit di bahu Etana membuat gerakannya menjadi sedikit kaku. Meski susah, aku berhasil melumpuhkannya.

Krak

"AAHHH!"

Dengan satu tendangan dari samping, aku mematahkan lutut Etana. Tanpa memberinya waktu lebih lama, aku mengirim tendangan ke dagu, menjatuhkannya.

"SIAL!"

Dia masih sadar? Tangguh juga.

Aku melompat dan mendarat tepat di bahunya. Dengan sepatu bot beralas logam, ditambah beban badanku, aku membuat bahu Etana bergeser.

"AAAHHHH!!!"

Beruntung anak-anak sudah masuk ke kamar. Kalau tidak, mereka akan dipaksa melihat pemandangan brutal ini.

Belum sempat aku melanjutkan seranganku, Inanna dan Emir sudah kembali. Tampaknya, Jeanne dan Ufia tetap di kamar untuk menjaga yang lain.

"Aku tidak membunuhnya," aku memberi penjelasan. "Aku khawatir kalau aku membunuhnya, kalian akan menganggap aku membungkam Etana."

Inanna tidak menjawab. Dia hanya mengalihkan pandangan.

"AAHH....HAHAHAHA. Kalian bodoh sekali. Padahal, kalau kalian diam saja, mungkin kalian akan hidup."

[Lugalgin, kita memiliki masalah!]

Sebuah transmisi masuk dari salah satu radio di atas meja. Aku menghampirinya, sambil berjalan, Emir membuka ikatan tanganku.

"Ada apa?"

[Aku mendeteksi gerakan di pegunungan, di selatan bangunan. Aku tidak yakin berapa orang, tapi, dari teropong termal, minimal 50 orang.]

Aku melempar pandangan ke Etana. Dia hanya tertawa terbahak-bahak. Tampaknya, rencana cadangannya adalah orang-orang itu akan langsung masuk, membunuh semua orang, jika rencana awal gagal.

"Kenapa baru sekarang terdeteksi sekarang?"

[Maaf, sebelumnya mereka tidak terdeteksi. Mungkin, mereka memiliki Amulet tipe-S]

Amulet tipe-S adalah sebuah amulet yang memiliki kemampuan menyembunyikan lokasi pengguna dari radar ataupun sensor panas. Kekurangannya adalah, amulet tipe-S hanya bisa digunakan pada satu titik, tidak berpindah-pindah. Selain itu, amulet tipe-S itu hanya bisa digunakan selama 2 jam. Setelah itu, intinya harus diganti dengan yang baru.

Harusnya, Amulet tipe-S bukanlah barang yang bisa didapatkan dengan mudah, sama seperti Amulet. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses. Apalagi sebanyak 50 unit.

Namun, aku akan memikirkan hal itu nanti saja. Sekarang, aku harus mengeliminasi semua penyerang.

"Apakah ada tanda-tanda sniper?"

[Tidak ada.]

Oh, ini mempermudah semuanya.

"Inanna, apakah Emir memiliki izin untuk membunuh para pemberontak yang datang?"

"Kamu menanyakan itu sekarang? Dia adalah pengawal Jeanne juga, kan?"

Emir dan aku sama-sama tersenyum. Inanna juga tersenyum. Tampaknya, pikiran kami sama.

Aku berjalan santai dan lalu duduk di dekat Etana. Sementara itu, Emir dan Inanna berjalan keluar Jendela.

Aku menunduk, menghindari beberapa benda yang melayang. Aku melihat ke belakang, melihat dinding yang sudah jebol. Dinding itu dijebol oleh Krat dan Tombak panjang milik Emir dan Inanna.

"Etana, kau telah membuat beberapa kesalahan dalam serangan ini. Atau lebih tepatnya, kau tidak memasukkan beberapa faktor penting dalam rencanamu."

"Apa yang kau bicarakan? Kami tidak membuat kesalahan." Etana memandangku tajam-tajam.

"Masih belum sadar ya," aku mendengus pelan. "Pertama, kamu tidak memperkirakan kehadiranku. Sebelum kalian menyerang, sebenarnya, aku sudah meletakkan beberapa sniper berjaga di kafe terdekat. Mereka tidak akan bergerak kecuali mendapat perintah dariku.

"Namun, isyarat itu hanyalah membuat mereka bergerak. Mereka tidak akan melepaskan tembakan tanpa isyarat berikutnya. Dan, isyarat itu adalah, ketika aku meludah."

Aku menjulurkan lidahku.

"Hah, itu tidak mengubah fakta kalau kalian akan tewas!"

"Itu adalah kesalahan keduamu. Kau lupa, atau bahkan tidak tahu, kalau dua perempuan ini adalah monster."

"AKU BUKAN MONSTER!"

Inanna dan Emir menolak ucapanku mentah-mentah, bersamaan.

Krat Emir berubah bentuk menjadi delapan buah turret, kepala tank. Tombak Inanna pun mulai memberi jarak satu sama lain.

Dalam sekejap, pegunungan yang gelap berubah menjadi terang, seolah-olah gunung itu meletus. Emir dan Inanna melepaskan tembakan yang setara dengan proyektil tank. Ledakan demi ledakan terus muncul.

Sudah hampir 10 detik, tapi belum ada tanda semua ledakan itu akan berhenti. Satu-satunya kebaikan yang bisa kutawarkan adalah doa. Aku berdoa semoga mereka, para pemberontak, tewas pada ledakan pertama, atau setidaknya proyektil menghantam kepala atau dada mereka, memberikan kematian tanpa rasa sakit.

Di lain pihak, Etana hanya melihat dengan mata terbuka lebar. Tidak ada apapun muncul dari mulutnya yang terbuka lebar.

"Etana, dengarkan aku,"

Bersambung

avataravatar
Next chapter