109 Arc 4 Ch 3 - Dua Kerajaan

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

Baiklah, waktu reuni segera diselesaikan. Masih ada masalah. Meski sudah dipertemukan dengan Maul, Arid tidak mungkin membiarkan kami begitu saja. Maul adalah salah satu anak yang dibeli dari Bana'an untuk menghancurkan organisasi pasar gelap kerajaan ini, Mariander. Dengan kata lain, Maul adalah bukti hidup kalau Mariander melakukan perdagangan anak-anak.

Selain bukti hidup, saat ini, tampaknya, Maul adalah anggota dari True One. Tidak mungkin kan keamanan kerajaan ini membiarkan anggota True One begitu saja? Ditambah lagi, setelah permaisuri menyatakan sumpah tidak akan pernah membiarkan perdagangan anak, secara tidak langsung, dia mendukung True One dan menentang Mariander yang telah menyelamatkan Maul.

Dengan kata lain, saat ini, kami orang Bana'an, memiliki status sebagai musuh kerajaan Mariander.

Barikade keamanan Mariander yang sempat terbuka, membiarkan aku keluar dan Rahayu berinteraksi dengan Shera pun sudah tertutup. Kini, antara aku dan Rahayu sudah terpisah oleh pagar betis.

Tiba-tiba saja, sebuah pistol melayang ke arahku. Aku menangkapnya.

Pistol ini memiliki bayonet. Seharusnya, pistol ini tergeletak di dalam barikade keamanan Mariander.

"Permaisuri Rahayu, apa maksudmu?"

"Yang Terhormat Raja Arid. Saya tidak Naif. Saya sadar benar kalau saat ini posisi saya adalah musuh kerajaan Mariander."

Rahayu memberikan penjelasan pada Raja Arid. Isi dari penjelasan Rahayu sama dengan pikiranku. Aku tidak tahu apakah memang pola berpikir kami yang mirip atau dia bisa membaca pikiranku. Yang jelas, aku membenci dua kemungkinan itu.

"Walaupun setelah ini Anda membiarkan kami kembali, dalam perjalanan, besar kemungkinan akan ada serangan. Dan, setelah kami tewas, Anda akan menyalahkan serangan itu pada True One, mengatakan kalau mereka tidak pernah benar-benar serius melawan perdagangan anak dan hanya ingin membuat kami lengah. Apa dugaan saya salah?"

Arid terdiam.

"Jadi, setidaknya, saya ingin agar Lugalgin membawa anak itu, yang telah diperlakukan dengan salah oleh Bana'an dan Mariander. Setidaknya, kalau mereka selamat, saya tidak khawatir."

Semua orang mengarahkan pandangan pada Arid termasuk para pengunjung. Hanya keamanan Mariander yang masih mengarahkan pandangan ke luar barikade.

Atmosfer terasa berat. Semua orang seolah menahan nafas, menanti. Kalau Arid membenarkan ucapan Rahayu, maka Mariander dan Bana'an akan berperang. Kalau Rahayu tewas di sini, Bana'an tidak akan memiliki pemimpin. Hal ini akan membuat Bana'an menjadi rapuh terhadap serangan, baik dari luar maupun dalam.

Di lain pihak, meskipun Rahayu mengatakan ingin Maul dan aku pergi, aku merasa dia memiliki niat lain.

Rencana awalku adalah True One akan pergi dengan damai setelah memberi file ke Rahayu. Setelah itu, mungkin hubungan Bana'an dan Mariander akan runyam. Namun, setidaknya, nyawaku dan Rahayu masih aman hingga keluar dari Mariander

Namun, sekarang, hal itu tidak akan terjadi. Keberadaan Maul mengubah segalanya. Meskipun ada jalan damai, dengan memberikan Maul pada kerajaan Mariander, aku tidak akan melakukannya. Hell! Bahkan, kalau memang terpaksa, aku tidak keberatan meninggalkan Rahayu dan menyelamatkan Maul. Prioritasku tidak berubah.

Aku melihat ke arah Shera, orang yang telah mengubah rencanaku. Sayangnya, dia tidak menyadari pandanganku. Shera fokus pada Arid dan Rahayu.

Aku menghela nafas.

Sial!

"SEMUANYA!"

Bersamaan dengan teriakanku, semua orang mengalihkan pandangan. Kini, pandangan mereka tidak lagi fokus pada Arid atau Rahayu, tapi berali padaku.

"Yang Terhormat Paduka Raja Arid, saya berharap Anda berkenan membiarkan kami kembali ke Bana'an."

"Dan apa yang membuatmu berpikir aku akan melakukan hal itu? Rahayu sudah mengatakan semua hal kenapa aku tidak bisa membiarkan anak itu, dan kalian, kembali begitu saja. Tidak tanpa konsekuensi. Yah, kalau kau mau menyerahkan anak itu, kami–"

"Jangan harap."

Aku menyela Arid. Bersamaan dengan ucapanku, atmosfer di ruangan ini menjadi sangat berat. Tanpa para pengunjung sadari, mereka berjalan mundur. Bahkan. Orang-orang yang di belakang sudah menyentuh dinding.

Kalau dalam keadaan normal, kelakuanku yang menyela Arid akan membawa hubungan Bana'an dan Mariander menjadi runyam. Namun, karena hubungan keduanya sudah runyam, aku rasa membuatnya semakin buruk bukanlah masalah. Haha.

Aku melepas pelukan dari Maul dan menghadap ke Arid. Baiklah, saatnya membual.

"Pada peti arsenalku, yang saat ini tergeletak di dekat Permaisuri Rahayu, terpasang peledak. Kekuatannya cukup besar. Setidaknya, cukup untuk mengubah semua orang di ruangan ini menjadi arang."

"Hah?"

"Eh?"

"Huh?"

Semua orang mengeluarkan respon yang hampir sama, terperanjat, tidak terkecuali Permaisuri Rahayu dan anggota True One.

"Kalau dibiarkan begitu saja, besar kemungkinan, Permaisuri Rahayu akan tewas, anggota True One kabur, tapi anggota keluarga kerajaan Mariander masih bertahan hidup. Bahkan mungkin tanpa luka. Sayangnya, aku tidak suka dengan kemungkinan itu. Daripada hanya pihak Bana'an yang mengalami kerugian, lebih baik semua pihak di sini menjadi korban. Jadi, biar Bana'an dan Mariander sama-sama hancur."

"KAU SUDAH GILA!" Arid berteriak.

Hahahaha. Melihat Arid yang tidak bisa menahan kemarahannya benar-benar menghibur. Perubahan yang cukup drastis kalau aku boleh tahu.

"Namun, sayangnya, ledakan ini hanya memberi jaminan untuk keamanan kami ketika keluar dari hotel ini. Untuk memastikan keamanan kami hingga kembali ke Bana'an, aku memiliki ini."

Aku mengambil smartphone dari saku jaket dan menampilkan proyeksi ke udara. Di udara, tampak biodata beberapa orang. Aku menggeser dengan cepat, menunjukkan beberapa sebuah cetak biru bangunan.

Tidak banyak yang merespon layar ini. Yang merespon hanyalah keamanan Mariander yang mengelilingi Arid dan Arid itu sendiri. Mereka diam dengan mulut terbuka.

"Yang Terhormat Raja Arid. Kalau kami, yaitu penduduk Bana'an dan Maul, tidak sampai dengan Bana'an dengan selamat, saya bisa pastikan data ini akan bocor ke pasar gelap Mariander. Dan..... kurasa aku tidak perlu mengatakan efeknya, kan?"

Data yang kutampilkan adalah biodata beberapa orang dari keamanan, bangsawan, dan denah bangunan vital kerajaan ini. Kalau sampai data ini bocor ke pasar gelap, maka keamanan dan keberlangsungan hidup orang-orang penting kerajaan ini akan berada di tangan pasar gelap. Dengan kata lain, Mariander akan sepenuhnya menjadi milik pasar gelap.

"Dan, ini juga berlaku kalau kau tiba-tiba menarik Selir Filial, Inanna, atau Ninshubur dari Bana'an."

Bom di peti arsenal adalah sebuah kebohongan belaka, tidak lebih. Namun, data ini adalah nyata. Ketika kamu mencampur kebohongan dengan kejujuran, orang tidak bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan, karena yang saat ini mereka lihat adalah data yang diproyeksikan ke udara, maka mereka pun meyakini semua nya adalah benar.

Sebenarnya, aku menyiapkan data kerajaan Mariander untuk berjaga-jaga kalau suatu ketika Arid berencana menarik Selir Filial, Inanna, atau Ninshubur. Aku sama sekali tidak menduga akan menggunakannya secepat ini.

Kenapa data ini ada di smartphoneku sekarang? Sebenarnya, bukan hanya sekarang. Data ini selalu berada di smartphoneku. Tentu saja ada back upnya di tempat lain. Yah, intinya, aku selalu siap.

"Jadi, bagaimana, Yang Terhormat Paduka Raja Arid?"

***

Ah, untunglah semua berjalan sesuai kemauanku.

Sekarang, kami sedang berada di dalam bus trailer, dalam perjalanan kembali ke Bana'an. Karena hubungan Bana'an dan Mariander resmi hancur, kami tidak berani mengambil jalur udara. Kalau pulang lewat jalur udara, Mariander bisa saja menjatuhkan pesawat kami dan menyatakan itu adalah sabotase True One. Karena di udara, kami tidak bisa melawan. Intinya, tidak ada perubahan.

Namun, kalau melalui jalur darat, kami bisa memberi perlawanan kalau ada musuh menyerang. Dan jika mendapatkan wajah penyerang, aku bisa menyebarkan wajah penyerang dan mencari tahu siapa di balik penyerangan. Yah, meski Mariander adalah jawaban pasti, tapi bisa saja mereka akan menyewa organisasi pasar gelap. Jadi, setidaknya, selain Mariander, akan ada korban tambahan.

Bus kami tidak dikawal oleh siapa pun. Bahkan, aku cukup terkejut karena Mariander masih mau mengikuti permintaan kami, bus trailer dengan pertahanan tingkat militer. Tanpa sopir tentu saja. Dan, aku juga sudah memeriksa setiap sudut bus ini, memastikan tidak ada bom atau GPS terpasang.

Untuk keamanan, tentu saja, True One mengawasi dari kejauhan. Karena tidak sepenuhnya yakin, aku juga membayar beberapa mercenary untuk mengawasi kami dari kejauhan. Intinya, keamanan kami sudah cukup terjamin.

"Kak Lugalgin, butuh waktu berapa lama untuk mencapai Bana'an lewat darat?"

"Normalnya 3 hari kalau kita istirahat 8 jam setiap malam."

"Kalau tidak istirahat?"

"Tidak sampai 2 hari, tapi tidak aku sarankan, sih. Aku khawatir kalau kita diserang dalam keadaan capek."

Sesuai ucapanku, Maul kembali ke Bana'an bersama kami. Anggota militer yang lain protes. Menurut mereka, Maul adalah alasan utama kenapa hubungan Bana'an dan Mariander memburuk. Namun, aku mengelak pendapat mereka. Kalau mau menyalahkan seseorang, salahkan Fahren yang mengizinkan perdagangan anak terjadi.

Karena mereka terus ngotot, aku langsung membungkam mereka dengan, "kalau begitu, bagaimana kalau aku jual anak kalian ke Mariander untuk dijadikan pasukan bunuh diri? Tiga anak rasanya akan lebih menguntungkan daripada 1 anak bagi Mariander, kan?".

Karena perselisihan itu, kami tidak lagi berbicara.

"Gin,"

"Ya?"

Permaisuri mendatangiku dan Maul yang duduk bersebelahan. Dia duduk di seberang meja.

"Bisa tolong kau maafkan mereka? Mereka tidak tahu apa-apa."

"Kalau mereka meminta maaf pada Maul, aku akan memaafkan mereka. Kalau tidak, jangan harap. Dan aku harap kamu tidak berpikiran bodoh dengan berusaha membujukku untuk memberikan Maul pada Arid."

"Ah, tidak, tidak." Rahayu mengibaskan tangan kanan. "Kamu sudah mengancam Arid akan menyebar data seluruh orang yang terlibat urusan kerajaan Mariander ke pasar gelap. Aku rasa, ancamanmu lebih memiliki prioritas dibandingkan Maul."

Yap. Ucapan Rahayu benar. Seandainya dua orang militer itu sadar, mereka tidak akan menyalahkan Maul.

Ah, iya. Alasan kenapa aku hanya membawa dua orang pengawal, selain aku, adalah untuk meminimalisir korban jiwa kalau ada serangan. Kalau hanya melindungi Rahayu, aku bisa melakukannya. Namun, kalau terlalu banyak mereka hanya akan jadi penghambat.

Di lain pihak, aku beruntung karena trailer ini tidak memiliki penyekat ruangan. Jadi, perempuan ini tidak bisa macam-macam. Dan lagi, sejak semalam, Maul juga lengket terus di sebelahku. Dan, tampaknya, Rahayu tidak membiarkan orang lain mengetahui sisinya yang suka menggodaku.

"Ah, Maul," aku kembali ke Maul. "Aku lupa bilang, tapi aku sudah memiliki calon istri. Maaf."

"Ahaha, tanpa perlu Kak Lugalgin bilang, aku juga sudah tahu. Maksudku, semua orang di dunia ini sudah tahu. Hanya orang yang tidak pernah melihat televisi dan membuka internet yang tidak tahu."

"...Ok. kita bisa biarkan itu. Ngomong-ngomong, aku ingin mendengar. Sejak kapan kamu masuk True One? Ah, kalau kamu mau tidak mau cerita, tidak apa-apa. Aku tidak–"

"Tidak apa kok Kak. Aku akan cerita."

Maul masuk ke True One belum terlalu lama. Beberapa minggu setelah kunjungan Jeanne. Setelah penyanderaan tamu kerajaan dan juga salah satu selir, akhirnya, Mariander mengirimkan pasukan bunuh diri mereka, yang salah satunya adalah Maul.

Para pasukan bunuh ini berhasil bergabung dengan True One. Mereka mengumpulkan semua informasi mengenai titik-titik penting True One dan mulai membuat rencana. Di saat itulah, Maul mengetahui keberadaanku.

Awalnya, Maul memang benar-benar berencana menghancurkan True One karena di berita, mereka tampak seperti musuhku. Namun, saat mengumpulkan informasi, dia mendapati Etana dan Shera beberapa kali melakukan panggilan denganku. Di saat itu, dia menyadari kalau True One bukanlah musuhku, tapi berada di bawah naunganku.

Di saat itu, Maul menunjukkan diri pada Etana dan Shera, mengatakan kalau dia mengenalku, memberi tahu soal rencana penghancuran True One, dan mengatakan semua hal mengenai pasukan bunuh diri yang dimiliki oleh Mariander. Etana dan Shera tidak marah. Mereka justru menawarkan Maul dan yang lain untuk bergabung dengan True One.

Namun, Maul dan yang lain tidak bisa menerimanya begitu saja. Di dalam tubuh mereka sudah dipasang bom yang akan meledak dengan sendirinya kalau dibiarkan. Dengan kata lain, Mariander seolah memberi mereka pilihan, mau mati dengan waktu yang ditentukan sendiri atau ditentukan oleh kerajaan.

Keesokan harinya, Etana dan Shera kembali memberi penawaran itu. Namun, tidak hanya penawaran. Mereka juga diberi kesempatan untuk hidup. Jadi, True One akan mengoperasi mereka dan mengambil bom itu.

Ah, di sini, aku jadi teringat ketika Etana dan Shera bertanya mengenai cara menarik bom dari tubuh seseorang. Saat itu, aku mengatakan ada dua tipe bom yang biasa dipasang pada tubuh seseorang. Tipe pertama akan memicu bom jika tenaga pengendalian yang tersimpan habis. Tipe kedua adalah menggunakan timer. Keduanya menggunakan pengendalian yang disimpan pada baterai kecil, sama seperti amulet.

Untuk tipe yang pertama, tenaga pengendalian digunakan untuk mencegah bom bereaksi. Ketika tenaga pengendalian habis, bom pun meledak. Untuk tipe yang kedua, tenaga pengendalian digunakan untuk menjalankan timer atau penghitung waktu. Ketika melewati waktu tertentu, bom di dalam tubuh akan meledak.

Tipe pertama sangat jarang digunakan. Hal ini dikarenakan waktunya tidak bisa diatur begitu saja. Meski ada yang mengatakan cukup diatur sesuai kapasitas baterainya, sayangnya, hal ini tidak pernah bekerja dengan baik. Meski secara matematis dan hitungan daya baterai bisa diketahui, secara praktik tidak.

Anggap seperti baterai handphone. Meski secara perhitungan, seharusnya, bisa bertahan hingga dua hari tanpa pemakaian. Namun, secara praktik, tidak pernah mencapai dua hari walaupun ditinggalkan begitu saja. Hal ini karena pada proses pembuatan, kondisinya ideal, jadi daya tahan baterai bisa diperkirakan. Pada dunia nyata, tidak.

Dan, salah satu faktor yang membuat daya baterainya tidak tentu adalah suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang, semakin cepat baterainya habis. Kalau suhu tubuh orang itu naik turun, baterai akan semakin cepat habis. Karena dua hal ini, bomnya akan meledak lebih cepat dari yang diinginkan.

Karena hal itu, tipe yang kedua lebih sering digunakan. Normalnya, tipe ini tidak bisa diambil begitu saja. Karena bom ini selalu dipasangi sensor suhu. Jadi, ketika dioperasi dan suhunya menurun karena kontak dengan udara, bom ini akan langsung meledak.

Namun, yang membuat Maul dan yang lain beruntung adalah keberadaan Etana. Dengan Etana melihat ke tubuh Maul ketika operasi berlangsung, tenaga pengendalian pada baterai tidak akan aktif, mengakibatkan penghitung waktu dan sensor mati. Dengan demikian, operasi dapat dilakukan dengan aman.

Bahkan, aku ragu bisa menolong Maul kalau dia menemuiku. Penghilang pengendalianku berbasis sentuhan. Kalau aku menyentuh Maul, bom di dalam tubuhnya juga akan berhenti aktif. Namun, setelah diambil oleh dokter, bom itu akan kembali aktif dan langsung meledak. Serepot itu. Tentu saja ada alternatif meminumkan darahku padanya, tapi risikonya adalah Maul tidak memiliki pengendalian lagi.

Kembali ke cerita Maul. Setelah itu, mereka pun bergabung dengan True One. Beberapa kali, ada pasukan bunuh tambahan dari Mariander. Namun, Maul berhasil membujuk mereka semua dan yang terjadi justru anggota True One bertambah. Akhirnya, setelah berkali-kali gagal, Mariander berhenti mengirimkan pasukan bunuh diri.

Lalu, untuk persoalan kenapa aku baru tahu, Maul bilang ingin Etana dan Shera merahasiakannya dariku. Dia ingin memberiku kejutan.

Yah, aku senang diberi kejutan. Namun, kalau diberinya di tengah-tengah rencana seperti semalam, pusing juga aku. Sayangnya, karena semalam adalah rencana Maul, aku tidak bisa marah. Eh? Kalau kejadian semalam adalah rencana Etana atau Shera? Tentu saja aku akan marah besar dan menceramahi mereka selama beberapa jam. Meski lewat telepon sih.

Sesekali, aku melihat ke arah Rahayu yang juga mendengarkan cerita Maul. Dia terus menunjukkan reaksi wajah cemberut dan berat. Aku tidak tahu apakah dia benar-benar merasa kasihan dan simpati pada Maul atau hanya akting. Yang jelas, aku meragukan Rahayu.

Blarr

"Brengsek!"

"Kyaa!"

Sebuah ledakan muncul di belakang bus. Tampaknya, Mariander memang tidak berencana membiarkan kami pergi dengan selamat.

Bersambung

===========================================================

Halo semuanya.

Maaf ya baru sempat update senin. Hehehe, as usual. Life is getting full for now. hehe

On a side note, author baru saja mencetak 8 buku I am No King vol 1 dan vol 2. kalau kalian minat, bisa buka tokopedia dan search "I am No King". ada dua buku, volume 1 haganya 45k dan volume 2 harganya 55k. Dan, seperti yang telah author sebutkan, semua keuntungan akan disumbangkan.

Dan, seperti biasa. Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Author benar-benar berterima kasih kepada semua reader yang telah membaca I am No King sejak chapter prolog hingga chapter 100 ini. Sekali lagi, terima kasih.

Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna

avataravatar
Next chapter