108 Arc 4 Ch 2 - Reuni

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

"Selamat datang, Permaisuri Rahayu. Saya turut berduka cita atas apa yang menimpa keluarga kerajaan Bana'an."

"Terima kasih atas ucapan belasungkawanya, Yang Terhormat Paduka Raja Arid. Saya...."

Dan seterusnya, dan seterusnya. Arid dan Rahayu bertukar sapa untuk formalitas, membiarkan wartawan mengambil gambar.

Aku berdiri beberapa langkah di belakang Rahayu. Di belakangku, terdapat 2 penjaga lain. Salah satu dari mereka membawa kotak arsenalku. Karena masih di lobi, senjata yang kami bawa belum disita. Nanti, waktu masuk ke ruang pertemuan, baru disita. Namun, sayangnya, hal itu tidak akan pernah terjadi.

[Selamat malam, tuan dan nyonya. Saya ucapkan juga selamat malam dan selamat datang kepada permaisuri Rahayu.]

Sebuah suara feminin terdengar di seluruh sepiker lobi hotel. Suara ini sangat familier bagiku dan orang-orang di kerajaan Mariander. Ya, suara feminin ini adalah milik Shera, second in command kelompok teroris True One, kekasih Etana.

Pengawal sisi Mariander bergerak cepat. Mereka langsung mengitari kami, menjaga kami. Aku langsung menarik peti arsenal dari satu pengawal dan mengambil pistol. Aku tidak menggunakan dua pistol, hanya satu di tangan kanan. Tangan kiri memegang peti arsenal, menggunakannya sebagai perisai.

Di lain pihak, dua pengawal dari Bana'an yang kami bawa bergerak terlambat. Bahkan, kalau aku tidak menarik peti arsenal secara paksa, mungkin dia masih membawanya. Hal ini normal karena mereka tidak mengenal suara ini.

"Lindungi permaisuri!"

"Siap!"

Kami bertiga mengelilingi permaisuri Rahayu, menambah lapisan perlindungan, berjaga-jaga kalau penjagaan Mariander ditembus.

Tidak lama setelah suara Shera terdengar, pintu dan jendela hotel tertutup secara otomatis. Yang menutup bukanlah kaca atau sejenisnya, tapi sebuah baja yang turun dari atas. Penutupan baja di pintu dan jendela pada sebuah bangunan merupakan hal yang umum ditemui pada hotel berbintang lima di Mariander. Hal ini mencegah serangan dari luar masuk ke dalam, jaga-jaga kalau ada serangan teroris atau perang.

Namun, sayangnya, prosedur penutupan baja pada pintu dan jendela hanya berfungsi untuk melindungi serangan dari luar, tidak dari dalam. Jadi, untuk skenario serangan dari dalam, seperti sekarang, perlindungan baja justru menjadi bumerang.

"KYAAA!"

"AAAHH!"

Para pengunjung panik. Mereka berlari tanpa arah, saling mendorong. Beberapa berlari ke jendela dan pintu yang telah ditutup oleh baja, menggedor-gedor, berharap ada bantuan dari luar.

Di lain pihak, para wartawan mengeluarkan smartphone. Mereka membuat panggilan atau berkomunikasi dengan pihak luar.

[Jangan khawatir. Kami tidak melakukan pemblokiran sinyal. Jadi, kalian masih bisa berkomunikasi dengan orang luar. Kalau sampai sinyal dan koneksi diblokir, ketahuilah, yang melakukannya adalah Yang Terhormat Paduka Raja Arid. Mungkin, dia akan membunuh kalian dan lalu melemparkan kesalahannya pada kami, menjadikan True One sebagai kambing hitam.]

"Dia benar, sinyal tidak diblokir!"

"Siaran masih bisa berlangsung!"

Para wartawan saling mengkonfirmasi satu sama lain. Bahkan, di saat genting seperti ini, mereka masih memikirkan siaran. Benar-benar profesional. Aku salut.

Di lain pihak, pengumuman Shera telah disiarkan dan menjadi informasi publik. Karena hal ini, personel kerajaan atau para agen gugalanna tidak bisa asal bertindak. Kalau mereka memblokir sinyal sekarang juga, semua korban yang jatuh akan dianggap tanggung jawab Arid. Warga akan menganggap Arid lah yang membunuh para korban meski belum tentu.

Dalam beberapa bulan terakhir, gerakan True One semakin menjadi-jadi. Mereka merampok dan merampas harta bangsawan dan pejabat. Setelah itu, mereka menjual harta rampasan dan mengirimkannya pada panti asuhan dan organisasi sosial lain di kerajaan Mariander. Selama proses, True One juga senantiasa menyiarkan dan melaporkan kegiatannya di internet.

Yang menjadi masalah utama adalah, dalam siaran dan laporan di internet, mereka memberi pemaparan dan laporan mengenai rekam jejak orang-orang yang dijarah. Sederhananya, para korban adalah bangsawan dan pejabat korup. Hal ini mencederai kepercayaan publik pada kerajaan.

Untuk harta yang dibagikan, kerajaan juga tidak bisa melakukan apa-apa. Kalau mereka menahan harta yang dibagikan, citra kerajaan akan rusak karena dianggap tidak peduli pada anak-anak yatim piatu atau masalah sosial lain. Kalau dibiarkan, secara tidak langsung seolah kerajaan menyetujui tindakan True One. Dalam hal ini, apa pun yang dilakukan oleh pihak kerajaan adalah salah.

Mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, pihak kerajaan tidak berani untuk melakukan pemblokiran sinyal. Saat ini, satu-satunya hal yang bisa dilakukan kerajaan adalah mengerahkan intelijen, agen Gugalanna, untuk menyebarkan rumor kalau True One bukanlah ancaman besar. Oleh karena itu, perlakuan mereka dibiarkan begitu saja.

Dan, sama seperti sebelumnya, kalau serangan True One ditangani dengan salah, citra kerajaan semakin buruk. Hal ini akan berakibat pada semakin banyaknya simpatisan True One. Kalau terjadi, kudeta bisa terjadi dan tujuan True One pun tercapai.

Ting

"..."

Seriously? Lift? Di saat seperti ini?

Seolah tidak mengindahkan protesku, empat pintu lift terbuka, menunjukkan kerumunan orang. Kerumunan itu keluar dari lift dengan cepat. Mereka berdiri di antara pengunjung, wartawan, dan VIP yang dilindungi, membentuk lapisan di antara pengunjung dan para VIP. Sebagian orang menghadap kami, sebagian lagi menghadap pengunjung.

Anggota True One memakai perlengkapan komplit, seperti dulu. Pakaian igni, jaket militer, celana kargo, rompi anti peluru, dan assault rifle tipe Mi-16. Dan, sama seperti sebelumnya, tidak ada satu pun yang mengenakan topeng atau penutup wajah. Mereka semua membiarkan wajahnya dilihat dan disiarkan.

Melihat mereka tanpa penutup wajah membuatku teringat pada kejadian beberapa bulan lalu ketika menyelamatkan selir Filial. Gara-gara hal ini, aku tidak bisa menyamar menjadi anggota dan terpaksa menyerang secara frontal. Ah, padahal belum ada satu tahun sejak kejadian itu. Namun, entah mengapa, rasanya sudah lama sekali.

Di depanku, di arah kiri Rahayu, berdiri seorang perempuan dengan rambut coklat panjang dikuncir di belakang leher, seperti Ufia. Tidak ada fitur lain yang mencolok. Bahkan, kalau dia berjalan di kerumunan dengan rambut tidak dikuncir, mungkin tidak akan ada yang mengenalinya. Perempuan ini adalah Shera, second in command organisasi True One.

Di samping Shera, berdiri seorang laki-laki dengan gaya rambut yang mirip, seolah mereka mencoba pair look. Dia memiliki dagu lebar dan pandangan santai. Tidak terlihat pandangan tajam dan penuh ancaman yang kuterima saat kami pertama bertemu. Namanya adalah Etana, inkompeten.

Kenapa aku tidak melihat pandangan tajam dan penuh ancaman dari Etana? Karena dia mengenakan kacamata pilot dengan lensa buram. Dari informasi yang diberis, kalau Etana mengenakan kacamata buram, penghilang pengendalian yang dia miliki tidak akan aktif. Secara tidak langsung, kacamata buram yang dikenakan Etana seperti sarung tangan yang kukenakan.

"Selamat malam, Yang Terhormat Paduka Raja Arid dan keluarga. Dan yang terpenting, selamat datang Permaisuri Rahayu."

Shera memberi perlakuan yang sangat berbeda pada Arid dan permaisuri Rahayu. Ketika memanggil Arid, meski menggunakan pujian dan nama lengkap, Shera masih berdiri tegak dan bahkan meninggikan dagu. Di lain pihak, Shera justru membungkuk ketika menyebut Rahayu. Secara tidak langsung, dia menunjukkan pada semua orang kalau Permaisuri adalah sosok yang lebih pantas mendapatkan hormatnya daripada Raja.

"Maaf atas kelancangan saya. Maksud kami malam ini mengepung tempat ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah untuk menemui permaisuri Rahayu."

"Menemuiku?"

"Ya, benar. Menemui Anda."

Selama berbicara, Shera masih membungkuk dan tidak mengangkat wajah.

"Jangan macam-macam kau!"

"Kau yang jangan macam-macam!"

Arid dan Etana berteriak. Bersamaan, puluhan orang di ruangan ini mengangkat senjata, bersiap melepaskan tembakan.

Aku dan para pengawal masih tidak mengubah posisi, mengelilingi Rahayu.

Sementara Shera masih terdiam, Etana mengambil alih pembicaraan.

"Jangan bodoh. Kalau kau melepas tembakan, kami juga. Kalau kami melepas tembakan, yang akan menjadi korban bukan hanya kalian, tapi juga pengunjung. Selain itu, kalau permaisuri Rahayu tewas karena kecerobohan kalian, perang antara Bana'an dan Mariander tidak akan terhindar."

Aku melirik ke kanan, ke arah Arid. Dia hanya menggertakkan gigi tanpa membalas ucapan Etana.

Di lain pihak, entah sejak kapan, kepanikan yang dipancarkan oleh para pengunjung sudah menghilang. Kini, mereka diam dan mengarahkan pandangan ke tengah ruangan, ke kami.

Para wartawan juga masih mengarahkan kamera ke arah kami sambil membuat catatan.

"Maaf jika kami lancang, permaisuri Rahayu, tapi ada sesuatu yang harus kami sampaikan secara langsung pada permaisuri."

"Secara langsung?"

Permaisuri Rahayu tidak langsung menjawab. Dia mengarahkan pandangan ke arahku, tampak bingung dengan respon yang harus diberi.

Aku hanya mengangguk, tanpa mengatakan apa pun.

"Berdirilah dengan tegak. Hal apakah yang ingin kau sampaikan padaku?

"Terima kasih."

Shera menegakkan tubuh dan memasukkan tangan kanan ke saku celana. Seketika itu juga, semua orang, termasuk aku, mengarahkan pistol ke arah Shera. Kami khawatir kalau dia tiba-tiba mengeluarkan atau memicu peledak.

"Tenang, aku hanya akan mengambil sebuah smartphone."

Sesuai ucapannya, Shera mengeluarkan sebuah smartphone dari saku celana. Dia tidak mendekat, tapi langsung menggunakan fitur proyektor pada smartphone dan menayangkan sebuah tulisan dan gambar di udara.

"Permaisuri Rahayu, apakah Anda menyadari kalau suami Anda, Yang Mulia Paduka Raja Fahren, telah mengizinkan dan mempraktikkan perdagangan anak selama beberapa dekade?"

"Eh?"

Dan, akting permaisuri ini masih bertahan. Bahkan lengkap dengan mulut setengah terbuka.

Tidak lama setelah dia mengambil alih, aku mencoba menjelaskan mengenai sistem enam pilar dan perdagangan anak yang dilakukan oleh Bana'an dari generasi ke generasi. Namun, tidak kuduga, permaisuri sudah mengetahui hal itu. Bahkan, permaisuri Rahayu sempat menyatakan hal itu adalah salah satu kartu truf yang dia pegang kalau suatu hari ingin melakukan kudeta. Kalau.

"Ini adalah laporan yang bisa kami kumpulkan. Mekanisme, jumlah anak, nilai uang yang berputar, dimana anak-anak itu, dan lain sebagainya. Apa Anda berkenan?"

"Gin, tolong."

Aku maju dan meneruskan smartphone itu ke permaisuri. Begitu menerimanya, permaisuri tampak panik dan menggeser layar smartphone itu dengan cepat.

"Yang ingin saya tekankan adalah, Raja Arid juga ikut turut serta dalam penjualan anak-anak itu. Raja Arid membuat organisasi pasar gelap gadungan dan membeli anak-anak itu. Raja Arid, dan kerajaan ini, melatih mereka menjadi pasukan bunuh diri. Anak-anak itu dilatih untuk menyusup ke organisasi pasar gelap dan lalu menghancurkannya dari dalam. Lalu, di akhir, mereka akan meledakkan diri, secara harfiah, menghilangkan jejak. Untuk yang melihat siaran ini melalui internet, akan ada anggota kami yang memposting link laporan ini."

"Eh? Benarkan?"

"Yang Terhormat Paduka Raja Arid melakukannya?"

"Kejam sekali..."

Bisikan demi bisikan terdengar dari pengunjung. Untuk wartawan, sebagian ada yang berhenti menyiarkan dan menulis, sebagian masih lanjut. Wartawan yang berhenti sadar kalau kondisi ini sangat sensitif. Kalau siaran dilanjutkan, besar kemungkinan perusahaan mereka akan ditutup oleh pemerintah. Untuk yang lanjut, mereka tidak terlalu peduli dan hanya menginginkan berita sensasional.

Wajahku masih tidak menunjukkan ekspresi, poker face. Namun, di dalam hati, aku berjingkrak-jingkrak. Sudah lama sekali sejak rencanaku berjalan semulus ini. Aku benar-benar senang!

Dengan begini, ancaman True One akan diakui oleh seluruh warga, menghancurkan semua usaha kerajaan yang sebelumnya menyatakan kalau True One bukan ancaman. Bahkan, sebagian besar data yang mereka tampilkan berasal dariku.

Sekarang, True One berhasil mengekspos keburukan kerajaan Mariander dan Bana'an, yang akan membuat permaisuri memutus kerja sama. Hal ini akan Mariander terpaksa memfokuskan semua perhatiannya pada True One. Arid tidak akan sempat untuk mengurus kerajaan Bana'an. Jadi, walaupun Fahren meminta bantuan pada Arid, dia akan diabaikan.

Itu adalah alasan utama. Namun, tentu saja, aku memiliki agenda lain di balik ini semua.

Di lain pihak, aku tidak perlu khawatir nama Agade, Akadia, atau Guan terseret. Agade dan Akadia dibentuk olehku dan ibu. Agade relatif baru, jadi belum pernah terlibat dalam praktik perdagangan anak. Hell! Tentu saja tidak! Aku pendirinya, tentu saja aku tidak akan mempraktikkannya.

Untuk Akadia, aku beruntung ibu juga tidak mempraktikkannya. Dia melakukan perekrutan murni melalui koneksinya. Lalu, Guan adalah organisasi yang merupakan kumpulan mercenary. Jadi, mereka tidak terlalu peduli mengenai regenerasi dan sebagainya.

"Bicara apa kalian?" Arid membuka mulut. "Aku tidak tahu ataupun paham soal perbincangan ini. Bisa tolong dijelaskan?"

Arid menjawab tuduhan dan bisikan yang diarahkan padanya dengan normal, tidak ada nada naik sama sekali, seolah dia benar-benar tidak tahu apa pun mengenai perdagangan anak yang dimaksud.

"Dan lagi, apakah laporan itu memang benar adanya? Bisa saja laporan itu adalah fiktif, kan?"

"Hehe, benarkah demikian?" Shera menoleh ke kanan. "Maul, ada yang ingin kamu katakan?"

"Hah? Maul?"

Kali ini, bukan Rahayu atau Arid yang merespon, melainkan aku. Aku menoleh ke kiri, ke arah yang sama dengan Shera.

Dari salah satu orang yang mengelilingi kami, satu orang melangkah maju. Dia membungkuk dan meletakkan senjata di lantai, memastikan tidak ada peluru yang ditembakkan secara tidak sengaja. Setelah itu, dia bangkit dan memberikan sebuah senyum lebar.

"Kak Lugalgin..."

"...Maul?"

Aku melihat seorang laki-laki muda, mungkin seusia Ninlil. Dia memiliki rambut putih dan mata hijau, sebuah kombinasi yang aneh. Namun, itu hanyalah kedok. Di bagian rambut, aku bisa melihat akar yang berwarna coklat. Pada mata, samar-samar, tampak warna coklat di belakang hijau. Ya, seharusnya, dia memiliki rambut dan mata coklat, fitur generik untuk warga Bana'an.

Dia memiliki rahang yang lebar, memberi kesan gendut. Namun, leher dan badan yang kecil mengatakan lain. Ya, hanya rahangnya yang lebar. Kalau dipegang, hanya ada tulang. Tidak banyak pipi yang bisa dicubit darinya. Dari sisi ini, tampaknya, dia tidak berubah.

Sebelumnya, aku sama sekali tidak menyadari kalau anak laki-laki ini adalah Maul. Maksudku, pemandangan luarnya sudah berubah drastis. Namun, setelah aku perhatikan baik-baik, dan mengingat-ingat fitur tubuhnya, laki-laki ini memang benar Maul.

Tanpa kusadari, aku sudah menjatuhkan peti arsenal dan pistol yang kupegang. Perlahan, aku berjalan ke arah laki-laki itu, melewati barikade keamanan Mariander, dan membuka kedua tangan. Pandanganku mulai kabur, basah.

"Maul? Maul?"

Tidak ada kata lain yang terucap dari mulutku selain namanya. Tanpa bisa aku tahan lagi, air mata mengalir.

Seolah menjawabku, Maul berlari dan memelukku.

"Kak Lugalgin. Akhirnya Maul dapat bertemu Kak Lugalgin lagi."

"Maul. Akhirnya."

Maul adalah salah satu anak panti Asuhan Sargon. Di hari itu, bersama Tasha dan yang lain, dia menghilang. Hingga saat ini, Maul adalah satu dari empat anak yang tidak mampu aku lacak keberadaannya karena organisasi pasar gelap yang membelinya sudah hancur, menghapus semua jejak. Dan, sesuai ucapan Shera, organisasi pasar gelap yang membeli Maul berasal dari kerajaan ini.

Tubuh Maul gemetaran. Suaranya pun gemetaran.

Aku merengkuh Maul, mengusap rambutnya yang kasar karena semir. Dengan perlahan, aku mengusap punggung Maul, mencoba menenangkannya.

"Kak Lugalgin,"

"Ya?"

"Apa Kak Lugalgin sudah bertemu dengan Kak Tasha?"

"Ya, aku sudah bertemu dengannya."

"Apa Kak Tasha baik-baik saja."

Aku terdiam sejenak. Dadaku terasa begitu sesak. Mulutku pun terasa sangat berat. Sebenarnya, aku tidak ingin menjawabnya. Namun, dia memiliki hak untuk mengetahui kondisi Tasha. Bahkan, jauh lebih berhak dariku.

"Maaf. Tasha.... sudah meninggal."

"Benarkah?"

Aku bisa merasakan pelukan Maul semakin kuat. Dia pun membenamkan wajahnya semakin dalam, mencoba menahan tangisnya.

"Setelah ini, kalau kamu ada waktu, aku akan mengajakmu berziarah."

"Ung," Maul mengangguk.

Sebenarnya, aku ingin bertanya apakah Maul memiliki informasi mengenai 3 nama lain yang tidak bisa aku lacak. Namun, biar aku tahan dulu. Itu bisa aku tanyakan lain kali.

"Maul adalah salah satu korban praktik perdagangan anak-anak. Karena perbuatan keji Raja Arid dan Raja Fahren, dia dipisahkan dari Lugalgin dan teman-temannya. Kami mendengar kisah Maul beberapa bulan yang lalu. Ketika mendengarnya, kami sebenarnya ingin mengobarkan semangat demokrasi ke Bana'an. Bagaimana bisa seorang Raja yang memperlakukan warganya sebagai barang memerintah? Sayangnya, sebelum kami menyebarkan semangat demokrasi, ternyata Raja Fahren telah dipanggil malaikat maut terlebih dahulu."

Aku menoleh dan melirik, melihat ke arah Shera.

"Permaisuri Rahayu, kami, anggota True One, adalah warga yang terlahir di kerajaan ini. Oleh karena itu, kami memiliki kewajiban dan hak untuk memperbaiki kerajaan ini. Namun, Maul, Lugalgin, dan Anda tidak terlahir di sini. Anda sekalian terlahir di Bana'an. Kewajiban dan hak untuk memperbaiki kerajaan Bana'an bukanlah milik kami, tapi milik Anda sekalian. Dengan ini, saya berharap, Anda menghentikan praktik perdagangan anak ini. Atau–"

"Tidak perlu memberi ancaman," permaisuri Rahayu menyela. "Aku, Permaisuri Rahayu, dengan ini bersumpah tidak akan pernah melakukan praktik perdagangan anak. Selain itu, aku juga bersumpah akan melakukan segala upaya untuk menghentikan dan memastikan praktik ini tidak akan terjadi lagi."

Tepuk tangan riuh menyambut sumpah permaisuri Rahayu. Para pengunjung dan wartawan tidak sadar lagi kalau mereka adalah tawanan. Kini, bagi mereka, reuniku dan sumpah permaisuri Rahayu adalah acara utama malam ini. Di lain pihak, Arid dan keluarga permaisuri hanya terdiam seribu bahasa.

Aku paham rencana Shera. Dia bermaksud memanfaatkan momen reuniku dan Maul untuk menggugah hati orang-orang. Siapa sih tidak suka cerita sedih? Dengan cerita sedih ini, dia mencoba meningkatkan jumlah dukungan dan simpatisan.

Selain reuni dan cerita sedih kami, Shera juga mengeksploitasi keberadaan Rahayu. Saat ini, menurut publik, kondisi permaisuri Rahayu sangatlah memprihatinkan karena baru kehilangan sosok suami, Raja Fahren.

Namun, pengucapan sumpah itu mengubah segalanya. Publik akan melihat Shera telah membantu permaisuri Rahayu untuk menyadari kesalahan Fahren. Bahkan, pidato Shera memberi kesan bahwa dia lah yang memberi semangat pada permaisuri Rahayu dan membuatnya tegar.

Dengan dua hal ini, simpatisan dan pendukung True One akan meningkat pesat. Rencana perubahan kerajaan Mariander menjadi republik pun akan semakin lancar.

Aku sama sekali tidak merencanakan bagian pertemuan dengan Maul dan sumpah. Keduanya tidak ada dalam rencanaku. Namun, aku tidak peduli. Aku sudah sangat bersyukur karena sudah dipertemukan dengan Maul.

Tasha, dengan ini, tinggal tiga.

Bersambung

===========================================================

Halo semuanya.

Maaf ya baru sempat update senin. Hehehe, as usual. Life is getting full for now. hehe

On a side note, author baru saja mencetak 8 buku I am No King vol 1 dan vol 2. kalau kalian minat, bisa buka tokopedia dan search "I am No King". ada dua buku, volume 1 haganya 45k dan volume 2 harganya 55k. Dan, seperti yang telah author sebutkan, semua keuntungan akan disumbangkan.

Dan, seperti biasa. Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Author benar-benar berterima kasih kepada semua reader yang telah membaca I am No King sejak chapter prolog hingga chapter 100 ini. Sekali lagi, terima kasih.

Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna

avataravatar
Next chapter