43 Arc 3 Ch 12,5 - Tes, Sudut Pandang Lugalgin

Chapter ini hanya chapter selingan. Atau lebih tepatnya, chapter ini lah yang rencananya author gunakan di chapter 11  dan 12. Tapi, yang terjadi justru pindah ke sudut pandang Emir dan Inanna, hehe.

Video ini (dari terminator 2) adalah referensi cara Lugalgin mengganti selongsong peluru.

Dan gambar di bawah adalah katapel putar yang digunakan di chapter ini (https://stevenmcollins.com/was-davids-sling-vs-goliath-as-powerful-as-a-bullet/)

Untuk chapter 13, akan rilis di hari rabu (mungkin sore atau malam, tergantung author ada waktu senggang kapan). hehe

Anyway, enjoy

===============================================

Blarr blarr blarr blarr

Wow, Emir benar-benar gegabah. Dia pasti berpikir sumber niat membunuh adalah lokasiku. Sayangnya, dia Salah. Sumber niat membunuh yang dia rasakan adalah lokasiku beberapa detik yang lalu. Ayolah, aku tidak berjalan, tapi berlari. Beberapa detik sudah lebih dari cukup untuk membuatku pergi dari tempat yang kamu tembak. Bahkan, sesekali, aku menggunakan tombak ini sebagai galah, melontarkan tubuhku lebih cepat dan jauh.

Kalau aku langsung berlari lurus, Emir akan menyadari tempat yang dia tembak adalah posisi yang sudah kulewati. Tidak seru. Aku akan sedikit bergerak zig-zag, memberi impresi menghindar. Kalau dia bisa mengetahuinya, akan bagus. Kalau tidak, dia butuh latihan lebih lanjut.

Aku terus melihat ke langit, ke arah sumber tembakan. Karena sumber tembakan dan suaranya berpindah-pindah, aku menduga Emir selalu mengendalikan turret dari jarak dekat.

Ung? Intensitas tembakan Emir berkurang? Apa dia sudah capek? Bagus. Ini kesempatanku.

Aku meningkatkan kecepatan. Kini, aku lebih sering melompat dari pohon ke pohon. Dengan tombak ini, aku bisa tetap berada di atas pohon, menambah jarak dan kecepatan yang bisa ditempuh.

Tembakan Emir terhenti. Apa yang terjadi padanya? Apa dia terlalu memaksakan diri dan pingsan? Semoga tidak.

Aku bergegas, menggunakan kecepatan maksimal. Ketika Emir mencapai pandanganku, dia melayang di udara. Tangan dan kakinya tampak menggantung. Tampaknya dia benar-benar kelelahan.

Aku tidak akan membiarkan Emir pingsan. Kalau dia tidak sadarkan diri, tubuhnya tidak akan mampu mengingat tes ini dengan baik. Semuanya akan sia-sia. Namun, aku juga tidak mau langsung mengakhirinya. Aku tidak bisa terlalu memanjakan Emir. Aku harus mendorong Emir benar-benar sampai batas, tapi tidak sampai pingsan.

Baiklah, aku akan sedikit memberinya dorongan.

Dor

Aku melepas tembakan ke suatu arah. Emir terlihat siaga setelah mendengar suara tembakan. Tapi, hanya itu, tidak lebih. Aku melompat, menggunakan tombak sebagai tumpuan, dan menendang pohon tempat Emir berada.

Dugg

Akhirnya, Emir melihat ke bawah, ke arahku. Aku langsung melepas tembakan ketika dia melihat ke sini. Refleksnya cukup cepat. Dia bisa menghindar. Namun, sayangnya, instingnya kurang. Dia baru bergerak setelah melihatku melepas tembakan. Ini bisa membunuhnya. Kalau aku adalah musuh, aku sudah melepas tembakan sebelum dia menoleh.

Aku kembali mengejar Emir. Dia memang masih cepat, tapi gerakannya tidak teratur. Dia benar-benar kelelahan. Baik, sudah waktunya aku mengakhiri tes ini.

Karena di tangan kiriku memegang tombak, untuk mengganti selongsong peluru aku harus memutarnya.

Kali ini, aku melepas tembakan tanpa membiarkan dia melihat. Tapi, berbeda dari sebelumnya, kini dia sudah berhenti dan menghindari tembakanku tanpa perlu melihat. Apa instingnya sudah terlatih hanya dari satu serangan itu? Kalau benar, calon istriku ini benar-benar berbakat dalam bertarung.

Namun, tembakanku membuatnya terhenti. Kini, jarak antara kami hanyalah dua pohon.

Aku mengganti selongsong peluru lagi, bersiap melepas tembakan lain.

Blarr blarr blarr

Hah? Aku melihat ke langit, ke arah turret yang terus menerus melepaskan tembakan. Di lain pihak, nafas Emir semakin tersengal-sengal. Tidak. Kamu tidak boleh menghabiskan staminamu.

Tiba-tiba saja aku merasakan getaran di saku celana. Aku mengambil handphone dari dalam saku dan membuka pesan yang masuk.

Message Start

Dia sudah melebihi waktuku

Message End

Haha, iya, Ibla. Aku tahu kalau kamu benci jadi juru kunci. Tapi memang itu kenyataannya. Dan lagi, keahlianmu kan memang bukan bertarung. Apa lah arti peringkat ini. Aku membalas pesan Ibla dan kembali fokus ke Emir.

Aku mengarahkan shotgun ke depan dan melepas tembakan

Dor

***

Heh, berbeda dengan Emir. Inanna tidak gegabah. Dia tidak melancarkan serangan seperti Emir dan mengungkap keberadaannya. Aku harus mengikuti jejak Inanna dengan sabar.

Beberapa kali, aku merasakan ada sesuatu yang agak aneh. Sambil terus berjalan, aku memperhatikan sekitar. Sesekali, aku melihat beberapa logam tersebar. Kenapa aku bisa tahu? Mudah. Karena logam itu masih memantulkan cahaya dengan cukup sempurna. Kalau logam bekas, pasti sudah berkarat atau sudah terkubur.

Dengan kata lain, logam-logam itu adalah benda yang baru saja ada. Kemungkinan besar Inanna memisah proyektil kecil yang dia bawa dan menyebarkannya ke seluruh hutan ini.

Dia terus bergerak, berputar-putar. Bahkan, setidaknya, sudah 10 menit sejak aku mulai mengejarnya.

Tapi, hmm.... aku harus memikirkan cara untuk mengatasi proyektil besar milik Inanna. Berbeda dengan turret Emir yang menghasilkan suara berisik. Proyektil Inanna bergerak cepat dan tanpa suara. Kalau aku sadar terlambat, nyawaku akan terancam.

Baiklah, kalau begitu. Sambil berjalan pelan. Aku mengumpulkan akar dan dahan, untuk dijadikan tali. Kemudian, aku mengambil beberapa daun, supaya tebal. Sambil berjalan, aku membuat katapel putar tradisional.

Hmm? Akhirnya. Normalnya, meskipun orang berusaha siaga dan bergerak secara acak agar tidak mampu dilacak, ketika mereka melakukannya untuk waktu yang agak lama dan di bawah tekanan, alam bawah sadar mereka akan mengambil alih. Di saat itu, meski tampak acak, sebenarnya gerakan mereka sudah mengikuti satu pola. Saat ini, pola jejak Inanna adalah bergerak zig-zag sambil menjauh dariku, gerakan ke kanan lebih jauh dari ke kiri. Jadi, perlahan, kami berputar ke kanan.

Karena Inanna sudah menunjukkan pola gerakannya, aku bisa memperkirakan kemana dia akan pergi.

Aku berhenti sejenak dan melihat ke pepohonan, merencanakan rute yang akan aku ambil. Setelah rutenya sudah pasti, aku langsung menggunakan tombak sebagai galah dan menuju ke atas pohon. Aku mulai berlari lurus, menuju ke tempat yang akan dia datangi.

Eh? Apa dia serius? Dia terbang? Apa dia mau menjadi sasaran empuk? Aku harus memberinya sedikit pelajaran.

Aku melepaskan tembakan, dan langsung mengganti selongsong peluru. Inanna mampu menghindar dengan mudah, tentu saja.

Setelah itu, aku kembali turun ke atas tanah.

Hah, padahal aku berencana menggunakan katapel putar ini untuk senjata Inanna, tidak kukira dia akan terbang. Aku pun melempar batu degan katapel putar ke arah Inanna.

Hoo. Instingnya bagus juga. Padahal katapel putar ini tidak menghasilkan suara, tapi dia bisa menghindar. Tapi, berbeda dengan Emir, gerakan Inanna tampak jauh lebih rapi. Kesimpulannya, instingnya sudah terlatih.

Mengingat reaksi Inanna sebelum mengambil tes ini, aku yakin kalau dia berpikir dirinya tidak berbakat. Dan, aku tidak memungkirinya. Tapi, latihan bisa menutupinya.

Aku melempar batu lain dan Inanna mampu menghindar lagi. Akhirnya, dia kembali ke darat. Tampaknya dia sudah mengerti betapa buruknya ide pergi ke langit.

Sekarang sudah saatnya aku mengalihkan perhatian Inanna ke sesuatu yang lain. Aku berkali-kali melempar batu ke arah proyektil Inanna yang terbang di langit. Sangat sulit untuk bisa menghantamnya. Namun, tampaknya, keberuntunganku masih cukup bagus. Aku bisa menghantam proyektil-proyektil itu dengan cepat.

Karena banyak lemparan batu meleset, aku memilih memasukkan beberapa batu yang berukuran lebih kecil dan melemparnya. Dan, strategiku tepat. Akurasiku..... tidak, bukan akurasi. Lebih tepatnya, aku mengandalkan jumlah untuk menghantam proyektil-proyektil itu.

Dan, seperti yang kukhawatirkan, beberapa proyektil Inanna melesat ke arahku. Tapi, meleset. Tampaknya dia hanya mengira-ngira lokasiku berdasarkan sumber batu. Tapi, aku tidak mau diam saja dan menguji keberuntunganku. Aku berlari, sambil melemparkan batu ke langit.

Suara semak terdengar cukup jelas dibalik suara ledakan. Tampaknya Inanna sudah panik dan lupa menghilangkan suaranya. Sebenarnya, kalau dia mau, dia tinggal memilih terbang di antara pepohonan, bermanuver. Atau metode lain, dia melayang dan bersembunyi di antara pepohonan. Ada banyak hal yang kupertanyakan, tapi, biar kusimpan itu untuk lain kali.

Eh? Suara ledakan sudah berhenti? Kenapa?

Ah, biar nanti kupikir. Inanna sudah ada di pandanganku. Jarak kami tidak terlalu jauh. Mungkin hanya beberapa puluh meter. Apa dia belum menyadari posisiku? Ya, sudahlah.

Aku mengambil ancang-ancang dan melempar tombak. Bukan ke arah Inanna, tapi ke pohon yang akan dia lewati. Dan, tepat sasaran. Tombakku menancap di pohon, membuat kepala Inanna terantuk.

Aku memanfaatkan kesempatan ini, melompat dari pohon ke pohon. Aku tidak langsung melompat ke tubuh Inanna dari pohon. Akan berbahaya bagi Inanna kalau aku melakukannya. Jadi, aku turun dulu ke tanah, baru melompat ke arah Inanna, menindihnya, dengan mulut pistol di samping kepala.

"Jadi?"

"Hah..." Inanna menghembus nafas berat.

Aku bisa melihat kekecewaan dari raut wajahnya.

"Ya, aku menyerah."

============================================================

Halo Semuanya. Pada bagian akhir ini, author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Terima kasih :)

avataravatar
Next chapter