41 Arc 3 Ch 11 - Dimulai dengan Emir

"Sebelum kalian berdua bertanya lebih lanjut, tampaknya," aku terdiam sejenak, melihat ke sekitar. Aku mengalihkan pembicaraan ke kawan-kawanku ini. "Kalian ingin aku mengetes mereka dulu sebelum aku mengenalkan mereka pada kalian, kan?"

"Menurutmu?" Mari menjawabku dengan nada ketusnya. Kalau orang pertama kali bertemu dengan Mari, mereka pasti akan mengira dia ketus. Tapi, itu hanya nadanya. Sebenarnya, tidak.

Umma menambahkan. "Sudah jelas kan kenapa kami tidak menyediakan kursi."

"Kalau terlalu lama, kasihan Ibla." Yarmuti masih menggoda Ibla.

"Hehe, ya, begitulah." Ninmar menyimpulkan, yang sebenarnya tidak benar-benar memberi kesimpulan.

Grup cewek menjawabku dengan cepat. Di lain pihak, para cowok hanya tertawa.

Aku merendahkan badan, berjongkok.

"Ada yang ingin kalian tambahkan? Hai para cowok?"

"Apa itu perintah?" Ur bertanya kembali.

"Tidak, aku hanya bertanya."

"Kalau begitu, bisakah kamu tidak memintanya terlalu mendadak? Kan aku ada agenda lain."

Ur, kalau kamu mau berkomentar, tidak usah mengatakan 'kalau begitu'.

"Halah, Ur, kali kamu cuma main Frontliners, kan?" Elam menyanggah.

"Lalu kenapa? Ada event penting sekarang! Kamu mau menyuruhku membayar tagihan handphone hanya untuk internet? Lalu apa gunanya aku membayar tagihan wi-fi di apartemen?"

"Ur, kalau kamu mau, ini kamu pegang handphoneku untuk wi-fi. Sekalian aku titip sementara aku menguji mereka."

Aku melempar handphoneku yang layar sentuh.

Ur menerima handphone yang kulempar dan wajahnya pun menjadi berbinar. Setelah menerima handphone itu, dia langsung mengeluarkan handphonenya dan fokus pada game.

"Simurrum, Urua'a, bagaimana dengan kalian?"

"Ah, tidak, kami tidak ada komentar."

"Iya, kami tidak ada komentar. Kami tidak iri karena kamu bisa mendapatkan dua calon istri cantik sementara kami masih tidak mampu mendapatkan satu pun kekasih."

Ung, kalau kalian mau mencari kekasih, bagaimana kalau kalian mengganti cara berpakaian kalian? Sudah berapa kali aku bilang pakaian kalian itu mengusir cewek, secara tidak langsung. Bahkan cewek pasar gelap juga tidak akan sudi dengan cowok yang tampak seperti berandal jalanan kelas teri.

"Ibla?" Aku bertanya pada Ibla.

"Aku hanya time keeper."

"Jadi, kesimpulannya, langsung dimulai saja?" Mulisu mengakhiri percakapan kecil kami.

"Ya, baiklah. Mana shotgunku? Di lemari hanya ada tombak ini. Aku tidak melihatnya."

"Ini..."

Dari dalam tanah, sebuah lipan besar muncul. Lipan itu terbuat dari puluhan pisau yang dihubungkan oleh kawat baja. Di atasnya, terlihat sebuah shotgun yang disarungkan. Aku pun mengambilnya. Sudah lama sekali aku tidak memegang senjata tipe ini, shotgun lever-action 18 inci.

Aku terdiam sejenak, apa kamu harus memunculkan lipan ini? Apa kamu tidak bisa memberikannya normal saja?

Namun, aku terdiam ketika melihat reaksi Emir. Dia terdiam. aku bisa melihat kakinya gemetaran. Mungkin Mulisu ingin menunjukkan pada Emir kalau dia memang benar Kinum.

"Seperti biasa, untuk tes hanya 5 peluru karet." Mulisu memberi penjelasan

"Oke, terima kasih."

Mulisu berjalan menuju Emir dan Inanna sementara aku mengikat sarung berisi shotgun di bahu, melintang dari bahu kiri ke pinggang kanan.

"Jadi, begini aturan mainnya." Mulisu memberi penjelasan. "Kalian akan berlari ke belakang, pergi ke dalam pegunungan dan hutan. Kalian tidak boleh pergi lebih dari 1 Km. Kalian akan menemui pagar pada jarak 1 Km tersebut. Setelah satu menit berlalu, Lugalgin akan mengejar kalian. Kalau kalian sudah terkena peluru atau ditodong atau mendapati tombak Lugalgin di depan organ vital, maka tes dianggap selesai.

"Kami tidak membatasi cara yang harus kalian tempuh untuk memperpanjang waktu. Mau kalian kabur, bersembunyi, atau melawan Lugalgin terus-terusan. Terserah, yang penting tidak lebih dari 1 Km. Dan, kalau kalian menyerang Lugalgin, lakukan dengan niat membunuh. Jangan khawatir, dia tidak akan tewas."

Hei! Kamu bercanda kan? Aku masih bisa tewas.

"Hingga saat ini, waktu tersingkat dipegang oleh Ibla yaitu 5 menit 28 detik."

"Dan waktu terlama dipegang oleh Mulisu dengan waktu 1 jam 57 menit 11 detik." Aku menambahkan ucapan Mulisu.

Aku sudah berdiri di samping Mulisu, melihat ke arah Emir dan Inanna.

Inanna mengangguk-angguk. "Maaf, apa aku boleh bertanya."

"Kalau kamu meminta penjelasan kenapa kami melakukan semua ini atau penjelasan identitas Lugalgin, kami tidak akan menjawab. Tapi kalau seputar tes ini, aku akan menjawabnya."

"Yang namanya Simurrum yang mana?"

Inanna bertanya menggebu-gebu. Entah kenapa, tampaknya, dia begitu bersemangat.

"Simurrum adalah laki-laki berambut merah ini," Yarmuti menjawab dengan cepat sambil menunjuk dengan jempol. "Waktu Simurrum adalah 30 menit 21 detik. Menurutku, mungkin kamu berada di menit 30 atau 29. Kalau kamu berusaha, mungkin kamu bisa mendapatkan angka 31 menit. Sebagai referensi, Simurrum adalah tipe orang yang hit and run. Well, sebagian besar dari kami menggunakan hit and run sih ketika menjalani tes ini."

"Eh? Yarmuti, menurutmu perempuan berambut hitam ini memiliki potensi untuk mengalahkanku? Tidak! Sebelum itu, bahkan, kamu mengatakan dia lebih baik daripada kamu dan Uru'a?"

"Sayangnya, iya."

Nada Yarmuti terdengar begitu berat sedangkan Simurrum begitu ringan.

"Terima kasih, Yarmuti."

"Ya, sama-sama." Yarmuti merespon Inanna dengan enteng.

Di lain pihak, Emir tidak mengatakan apapun.

"Emir?"

Emir tidak merespon. Matanya masih melekat pada Mulisu, yang melihat ke Inanna. Ini tidak bagus. Tampaknya, traumanya ketika menghadapi Kinum palsu itu muncul. Mungkin dia berpikir kalau yang palsu saja bisa mengeluarkan teror yang begitu besar, bagaimana dengan yang asli? Mungkin.

Aku menancapkan tombak ke tanah dan meletakkan kedua tangan di pipi Emir.

"Emir!"

"Eh?"

Akhirnya, dia merespon.

"Kalau kamu takut, tidak apa, aku tidak akan memak–"

"Gin," Emir menyela. Dia melihat ke mataku dalam-dalam. "Apa kamu memang benar Sarru?"

"Ya, benar."

"Apa kalau aku mengikuti tes ini, aku akan mengetahui semua hal tentang dirimu?"

"Ya, aku... tidak," aku mengoreksi ucapanku. "Kami semua akan mengatakannya."

"Kalau begitu, aku akan mengikuti tes ini."

Emir mengatakan semua itu setelah mendapatkan konfirmasi.

Aku penasaran, kalau aku mengatakan tidak, apa dia masih akan mengambil tes ini? Tapi, dengan ini, aku jadi lebih mengetahui seberapa besar cintanya padaku.

Aku melepaskan tanganku dari pipi Emir dan mundur beberapa langkah.

"Ah, aku lupa mengatakan." Mulisu kembali memberi penjelasan. "Ketika Lugalgin mulai mengejar, dia akan terus memancarkan haus darah dan niat membunuh. Anggap ini sebagai handicap untuknya. Kalau dia tidak melakukannya, kamu tidak akan tahu keberadaan Lugalgin dan saat kamu sadar, bo, dia sudah berada di belakangmu. Selain itu, ini juga ujian apakah kalian bisa menahan haus darah dan niat membunuh yang dipancarkan Lugalgin."

Meskipun aku ingin berteriak "kamu kira aku hantu?", aku tidak mengatakannya. Maksudku, ayolah, aku adalah seorang inkompeten. Tidak mungkin kan aku menerjang lawan dari depan? Sama saja aku cari mati, kan? Cara yang terbaik bagiku adalah menyelinap dan menyerang dari titik buta mereka.

"Emir, maaf, bukan maksud aku menghina, tapi ini fakta." Mulisu melihat Emir. "Karena kamu lebih lemah, jadi kamu yang akan menjalani tes ini pertama. IBLA!"

"Ya!"

Ibla mengeluarkan handphone dari dalam saku. Dia bertugas mencatat waktu.

"Emir, silakan bersiap."

"Baik."

"Mulai!"

Blar blar blar blar

Beberapa ledakan langsung muncul di salah satu dinding. Dalam waktu singkat, Emir sudah melubangi dinding dengan turret dan kabur, memasuki hutan.

"Kukira dia akan bertanya bagaimana caranya pergi." Mulisu memberi respon. "Elam, bagaimana menurutmu? Mengingat kamu juga meledakkan dinding ini ketika mengambil tes ini?"

"Secara raw power dan kekuatan pengendalian, dia spesial. Dia mampu mengubah empat turret menjadi zirah, pelindung tangan, dan pelindung kaki, dalam waktu yang sangat singkat. Di saat yang bersamaan, dia melepaskan empat tembakan dari empat turret yang tersisa. Semuanya dilakukan kurang dari dua detik."

Elam menjelaskan analisis yang dia dapatkan dari aksi pertama Emir.

"Tapi, tes ini tidak hanya bergantung pada kekuatan pengendalian dan raw power," Ur, yang melihat layar handphone, memberi tambahan. "Yang terpenting adalah bagaimana dia menjaga jarak dari Lugalgin tanpa keluar batas. Kalau kita hanya membicarakan peringkat berdasarkan dua hal itu, Umma lah yang akan berada di atas. Tapi, nyatanya tidak. Setelah Mulisu, aku lah yang ada di puncak."

"Heh!" Umma masuk. "Selisih waktu kita tidak sampai 2 menit."

"Dan berapa kali kamu mengambil tes ini tapi masih belum bisa nenutupi dua menit itu?"

"Uuhh..."

Ummu, perempuan berambut merah-coklat, tidak mampu melawan. Aku seperti melihat remaja yang dibully oleh anak SD. Lucu sekali. Padahal, umur mereka adalah sama.

"Lugalgin, sudah hampir 1 menit."

"Baik."

Aku mengonfirmasi Ibla dan menarik tombak yang menancap di tanah. Aku mulai berjalan ke dinding.

"Siap? Mulai!"

Blar blar blar

Ledakan demi ledakan muncul di lubang dan di luar dinding. Semua ledakan itu tidak muncul bersamaan, tapi bergantian. Tampaknya, Emir berusaha menghentikan pergerakanku.

"Wow, cukup kreatif juga perempuan itu," Mari memberi komentar. "Di lain pihak, serangannya sangat akurat. Dia bisa melepaskan tembakan dari turret tapi tidak satu pun ledakan berada di dalam dinding."

"Apa yang akan dilakukan Lugalgin? Apakah dia akan menanti begitu saja, menunggu bombardir ini berhenti, atau langsung menerobos? Kita nantikan, para pemirsa."

Ninmar, kamu kira kamu komentator? Dan, kamu kira ini pertandingan sepak bola?

Aku menarik nafas sejenak. Hanya dengan satu nafas, aku memancarkan semua haus darah niat membunuh. Dalam waktu sejenak tersebut, ledakan-ledakan itu terhenti. Aku langsung berlari, menuju ke hutan. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

***

Ini, apakah ini haus darah dan niat membunuh Lugalgin? Perasaan dan teror ini benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan milik Kinum palsu itu. Padahal, aku sudah melakukan latihan mental untuk menghadapi aura membunuh lain. Tapi, aku masih harus menyayat telunjuk kiriku agar tetap sadar.

Dan, sialnya, aku sudah berada di ujung arena. Di depanku, sebuah pagar kawat setinggi satu meter berdiri. Jadi, setidaknya, aku sudah berdiri sejauh 1 kilometer dari bangunan itu. Tapi, kini, aku merasa jarak yang kubuat ini sama sekali tidak berguna. Seolah-olah, Lugalgin bisa muncul kapan saja.

Aku sempat menghentikan bombardir ketika Lugalgin memancarkan aura. Di saat itu, Lugalgin pasti sudah pergi dari bangunan.

Sambil berpikir, aku masih melepaskan bombardir ke sumber aura membunuh ini. Tapi, seperti ucapan Mulisu, tampaknya Lugalgin tidak akan tewas hanya karena hal ini. Bukannya aku mau membunuh Lugalgin, tapi, sumber aura membunuh ini terus bergerak, menghindari bombardir. Seolah-olah, Lugalgin sudah tahu kemana aku akan melepaskan tembakan.

Aku menghentikan bombardir dan mengubah empat turret menjadi satu katapel besar. Dengan sedikit perubahan di ikatan kimia dan struktur atom, aku bisa mengubah sebagian dari silikon menjadi keras dan di bagian lain menjadi selentur karet.

Aku melemparkan tubuhku ke katapel, melontarkan diri. Tentu saja aku tidak meninggalkan Krat. Begitu aku dilontarkan katapel, aku mengubah Krat menjadi selendang.

Lontaran katapel mampu melemparku hingga 200 meter. Sebelum aku mendarat, aku memasang sebuah trampolin agar untuk memantulkanku terus menerus.

Meski aku tidak bisa pergi lebih jauh dari 1 kilometer, setidaknya aku harus terus bergerak.

Sudah lebih dari tiga menit sejak Lugalgin mulai mengejar. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi sepertinya Lugalgin masih bergerak. Bagaimana bisa dia terus berlari selama tiga menit tanpa berhenti? Apa dia tidak kelelahan.

Aku capek, aku ingin berhenti dan mengambil nafas. Mengubah ikatan kimia adan struktur atom Krat menghabiskan stamina. Namun, aku tidak berani. Aku khawatir kalau Lugalgin mengejarku.

Tapi, aku, capek. Aku akan berhenti sejenak. Beberapa detik.

"Hah.... hah....."

Tidak peduli kemana pun aku pergi, sumber aura membunuh Lugalgin selalu mendekat, seolah-olah, dia tahu kemana aku akan pergi.

Nafasku tersengal-sengal. Bahkan keringatku sudah mengalir deras. Aku harus pergi lagi.

"Eh?"

Aku ceroboh, kakiku terselip. Aku membuat tubuhku melayang di Udara dan kembali ke pohon. Kalau bukan karena Krat, aku pasti sudah terjatuh dari pohon.

Dor

Aku langsung menunduk ketika mendengar suara tembakan.

Lho? Sejak kapan Lugalgin sudah sedekat ini? Aku bisa merasakan aura haus darah dan niat membunuh Lugalgin sudah sangat dekat. Tampaknya, momen singkat dimana aku hampir jatuh membuatku lengah.

Saat ini, aku tidak tahu dimana Lugalgin berada. Kelihatannya, setelah berada pada jarak tertentu, aku tidak akan bisa mengetahui lokasi Lugalgin secara pasti. Aku hanya tahu dia dekat. Aura haus darah dan niat membunuh Lugalgin memberi tekanan yang terlalu besar.

Aku mengoleskan keringat ke luka di telunjuk kiri. Meskipun perih sekali, tapi ini adalah satu-satunya cara agar aku tetap sadar. Aku tidak boleh pingsan karena aura Lugalgin.

Dugg

Pohon tempatku berpijak tiba-tiba bergetar kuat, seperti ditendang. Aku takut, dan khawatir. Tapi, aku memaksakan diri untuk melihat ke bawah. Di bawah, aku melihat sosok Lugalgin yang mengarahkan shotgun ke arahku.

Dor

Aku langsung melompat, menghindari tembakan Lugalgin. Lugalgin sudah menggunakan dua dari lima peluru. Kalau aku beruntung, mungkin Lugalgin akan kehabisan peluru.

Aku berlari dari pohon ke pohon. Sesekali, aku melihat ke belakang. Lugalgin menggunakan tombak untuk bergerak dari pohon ke pohon. Dia melompat, lalu menggunakan tombaknya seperti lompat galah.

Jadi begitu ya caranya Lugalgin bisa bergerak begitu cepat. Tapi, ini tidak menjelaskan staminanya yang gila itu.

Dor

Aku berhenti ketika Lugalgin melepas tembakan, melihat sebuah peluru yang melintas di depan mata. Kalau tidak berhenti, peluru itu pasti sudah mendarat di tubuhku.

Begitu aku sadar, Lugalgin sudah cukup dekat denganku.

Apa yang harus kulakukan? Apa aku akan menghadapi Lugalgin dalam pertarungan jarak dekat? Tidak. Aku tidak yakin bisa mengimbangi Lugalgin dalam pertarungan langsung. Kalau begitu.

Aku mengubah semua Krat menjadi turret dan mengirim mereka ke langit. Delapan turret melepaskan tembakan secara bergantian. Aku tidak melepaskan tembakan ke arah Lugalgin, tapi beberapa meter di depan, membuat dinding ledakan antara aku dan Lugalgin.

Jadi, Lugalgin, apa yang akan kamu lakukan?

Aku melihat Lugalgin mengambil handphone candybar dari saku celana. Sebenarnya kamu punya berapa handphone sih, Gin?

Entah kenapa, Lugalgin tersenyum. Dia mengarahkan senjatanya ke depan.

Eh?

Dor

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. Pada bagian akhir ini, author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Terima kasih :)

avataravatar
Next chapter