76 Arc 3-3 Ch 4 - Benar-Benar di Luar Rencana

Kalau ada yang aneh atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau ada bagian mengganjal, tanya langsung juga tidak apa-apa. Selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

[Jadi, bagaimana adikmu?]

"Harusnya aku yang bertanya. Apa ibu tahu?"

[Tentu saja. Yang menyediakan kabel aluminium dan pasak itu adalah ibu.]

Aku hanya bisa menepuk jidat mendengar jawaban ibu.

Sekarang, di ruang makan, Ninlil sedang menikmati sarapan bersama Inanna, Emir, dan Shinar. Sementara itu, aku kembali ke kamar dan menelepon ibu untuk mencari informasi.

Ya, aku sudah selesai sarapan. Seperti biasa, aku makan cepat.

"Kenapa ibu melakukan ini?"

[Jujur, menurut ibu, cepat atau lambat dia akan terlibat dengan ini semua. Maksud ibu, dia adalah calon pemimpin keluarga Alhold. Ditambah lagi, ibu dan kakaknya adalah pendiri organisasi besar pasar gelap.]

Aku tidak bisa memberi sanggahan atau jawaban. Ibu benar. Cepat atau lambat, Ninlil pasti akan terlibat dengan ini semua. Bukan hanya ibu dan kakaknya, keluarga Alhold juga sempat memiliki organisasi pasar gelap. Bisa dibilang, Ninlil terjun ke pasar gelap hanya masalah waktu.

Di lubuk hati terdalam, sebenarnya, aku sudah mengetahui hal ini. Namun, tampaknya, aku belum bisa menerimanya dengan baik.

"Lalu, apa ibu juga yang mengirim Ninlil semalam?"

[Ya, tentu saja. Seperti insting dan naluri ibu yang langsung mengenalimu meski kamu menggunakan topeng, ibu yakin kamu bisa mengenali Ninlil dengan cepat.]

"Jadi, secara tidak langsung, ibu mau bilang keputusan Ninlil terjun di pasar gelap berada di tanganku?"

[Hah....] Ibu menghela nafas. [Gin, meski ibu yang melahirkan Ninlil, yang benar-benar membesarkannya adalah kamu. Oleh karena itu, menurut ibu, kamu LEBIH memiliki hak untuk mendukung atau menentang keputusan Ninlil.]

Aku sama sekali tidak menduga ibu akan mengatakan hal itu. Ketika mendengarnya, tubuhku terasa berat. Aku terduduk di atas kasur dan mengusap wajah.

Tanggung jawab yang kini aku pikul terasa begitu berat. Padahal, aku sudah memikul hidup anggota Agade, Emir, Inanna, Selir Filial, dan Ninshubur. Namun, entah kenapa, kali ini tanggung jawabnya terasa begitu besar. Entahlah.

Apa karena Ninlil adalah adik kandungku? Tidak! Ayah juga adalah ayah kandungku, tapi aku tidak terlalu memedulikannya.

[Maafkan ibu, Gin. Tapi, dia lebih mendengarkanmu.]

"Ibu tidak perlu meminta maaf. Keputusan ibu sudah tepat." Aku terdiam sejenak, menghela nafas. "Aku ingin ibu jujur. Apa ibu mengizinkan Ninlil turun di pasar gelap?"

[Jujur, ibu juga bingung. Di satu sisi, sebagai ibunya, ibu tidak ingin dia melihat dan terjun ke pasar gelap. Namun, di sisi lain, ibu khawatir. Kalau tidak terjun ke pasar gelap, Ninlil akan menjadi sasaran empuk. Lihat Akadia! Tidak ada kesuksesan di dunia ini yang bisa diraih tanpa terjun ke pasar gelap. Kalau kamu tidak terjun ke pasar gelap, kamu hanya bisa menjadi karyawan biasa dengan gaji pas-pasan. Ibu khawatir hidup Ninlil akan didikte oleh orang lain.]

Ah, umm, Bu, menjadi karyawan biasa dengan gaji pas-pasan adalah keinginanku. Namun, aku tidak akan menyebutkannya.

Di lain pihak, ucapan ibu tidak berlebihan. Semua yang dikatakan ibu adalah fakta. Kalau tidak terjun ke pasar gelap, lawan bisa menghancurkan dan menghambat perusahaan atau usaha yang kita rintis dengan sangat mudah. Lawan hanya cukup menyebarkan rumor jelek. Tanpa terjun ke pasar gelap, orang tersebut tidak akan pernah bisa melawan rumor jelek yang diedarkan.

"Sekali lagi, klarifikasi. Jadi, karena ibu bingung, ibu mempercayakan terjunnya Ninlil ke pasar gelap padaku. Benar begitu?"

[Ya, benar.]

"Hah...." aku menghela nafas, lagi. "Baiklah. Biar aku coba. Namun, keputusan akhir tetap ada di Ninlil. Aku tidak akan memaksanya."

[Ya, itu sudah cukup.]

"Dan–"

[Jangan khawatir. Saat ini Ninshubur sudah di sekolah. Aku juga sudah menyuruh beberapa orang terbaik dari Akadia untuk menjaganya dari kejauhan. Dia aman. Ibu pastikan itu.]

Aku tersenyum. "Terima kasih, ibu."

Kami pun mengakhiri telepon.

Baiklah. Sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku sama sekali tidak menduga Ninlil akan terjun ke dunia pasar gelap. Setidaknya, tidak secepat ini.

Bukan hanya ibu yang bingung. Aku pun bingung. Di satu sisi aku ingin menghormati keputusan Ninlil. Namun, di sisi lain, sebagai kakak dan orang yang telah membesarkannya, aku tidak ingin dia melihat keburukan kerajaan ini.

Apa ini perasaan seorang ayah ketika harus melepaskan anak ke dunia? Tidak. Tidak. Ninlil hanya adikku, bukan anakku. Tapi..... Apa yang harus kulakukan?

Ah! Sudahlah! Hanya berpikir tidak akan membuahkan apa pun. Saatnya berbicara langsung dengan Ninlil.

Aku turun ke lantai satu. Di ruang utama, terlihat Ninlil, Emir, dan Inanna berbincang-bincang santai. Aku tidak melihat Shinar di mana pun. Tampaknya, dia sudah pulang untuk mandi, bersiap sebelum pergi ke kantor.

"Ah, Gin."

Ninlil langsung menegakkan punggung ketika Emir memanggilku.

Aku duduk di sofa yang untuk satu orang. Di depanku, Ninlil duduk diapit oleh Emir dan Inanna.

"Baiklah, aku baru saja menelepon ibu. Dan, tampaknya, ibu sendiri bingung dan mempercayakanmu ke aku. Dan, kalau boleh jujur, aku juga bingung." Aku memberi penjelasan. "Jadi, Ninlil, bisa tolong jelaskan kenapa kamu tiba-tiba muncul semalam? Lalu, apa motivasimu?"

"I, itu...."

Ninlil ragu. Dia melihat ke Inanna dan Emir secara bergantian. Dia hanya mendapat senyum dan anggukan sebagai balasan, tanpa sepatah kata pun.

Aku penasaran apa yang mereka bicarakan ketika aku di atas.

"Kak, aku ingin bergabung dengan Agade."

"Ditolak!"

"Eh?"

Aku refleks memberi jawaban secepat kilat, seolah-olah seluruh bagian tubuhku sudah siap dan setuju untuk menolak permintaan Ninlil. Padahal, aku sama sekali tidak tahu apa yang akan dia katakan.

Ahh.... aku memijat kening secara perlahan. Kepalaku sakit.

"Ke, kenapa ditolak?"

"Sebelum kamu bertanya kenapa ditolak, beri aku alasan kenapa aku harus menerimamu. Anggap ini seperti wawancara saat kamu melamar kerja. Dan, Inanna, Emir, aku ingin kalian tidak membantunya."

"Iya, kami tidak akan membantu Ninlil kok."

"Kami percaya padanya."

Inanna dan Emir menjawab bergantian dengan sebuah senyum.

Kalian ini berada di pihakku atau pihak Ninlil? Kalau melihat kondisi, tampaknya kalian berada di pihak Ninlil sih.

"Dengan pengendalianku, aluminium, yang termasuk spesial, aku yakin bisa berguna untuk Agade."

"Aku tidak peduli dengan pengendalianmu. Apa kamu tahu kalau orang nomor dua di Agade hanya memiliki pengendalian tembaga? Lalu, ada juga yang hanya pengendali besi. Kalau kamu bilang spesial, ada anggota kami yang jauh lebih spesial dengan pengendalian nitrogen. Pengendalianmu tidak berarti apa-apa untuk kami. Jadi, beri alasan lain kenapa aku harus menerimamu."

Padahal, Ninlil hanya berbicara satu kalimat, tapi aku membalasnya bertubi-tubi.

Mendengar jawabanku, Ninlil terentak. Pandangannya tidak lagi fokus ke aku. Kini, pandangan Ninlil berpindah-pindah tanpa tujuan. Kedua tangannya pun semakin erat memegang celana. Dia panik.

"Ah... uh... itu..."

Jujur, rasanya aku tidak tega melihat Ninlil yang panik seperti ini. Namun, aku tidak bisa membiarkannya bergabung dengan Agade begitu saja. Kami bukan organisasi kemarin sore. Kami adalah satu dari enam pilar. Kalau salah langkah, bisa-bisa Ninlil tewas.

Di lain pihak, aku juga punya kekhawatiran lain. Kalau tidak kuterima di Agade, aku khawatir dia akan mencari organisasi pasar gelap lain. Atau bahkan menjadi vigilante. Kalau dia mengambil satu dari dua pilihan itu, keamanannya justru akan semakin terancam.

Uhh... aku bingung. Benar-benar bingung. Apa yang harus kulakukan?

Aku melihat ke Emir dan Inanna untuk meminta isyarat atau pertanda atau apa pun. Namun, aku tidak mendapatkannya. Mereka hanya menutup mulut dengan bahu bergetar, menahan tawa.

Apa mereka tertawa karena melihatku panik dan bingung untuk pertama kalinya? Bisa saja. Tidak! Aku yakin mereka tertawa karena hal itu, melihat orang yang selama ini penuh rencana dan perhitungan menjadi panik.

"Bagaimana kalau aku mengambil ujian masuk sekolah intelijen? Kalau kemampuanku layak masuk kelas A, aku ingin diperbolehkan bergabung dengan Agade."

"...sebentar. Dari mana kamu tahu ada ujian masuk sekolah intelijen?"

"Itu..."

Ninlil tidak memberi respon. Dia hanya menundukkan wajah.

Di lain pihak, aku melihat ke arah Emir dan Inanna lagi. Mereka membuang wajah, tidak mau melihatku. Tampaknya sudah jelas dari mana Ninlil mendapatkan informasi ini.

"Hah...."

Aku menghela nafas. Kalau pun aku berusaha menolak Ninlil, dengan adanya Emir dan Inanna di belakangnya, besar kemungkinan dia tidak akan menurut. Bukan tidak mungkin Emir dan Inanna akan mendukung Ninlil kalau dia memutuskan bergabung dengan organisasi lain atau memilih jadi vigilante.

"Ninlil, pertama, ujian masuk sekolah intelijen hanyalah untuk siswa sedangkan Agade berada di tingkat instruktur. Kalau pun kamu lolos, kamu hanya bisa menjadi siswa. Kamu baru bisa aku izinkan bergabung dengan Agade kalau kamu sudah lulus dan kemampuanmu setara dengan instruktur."

"Apa ada cara untuk kakak mengakui kemampuanku?"

Ahh..... anak ini.... bersikeras sekali. Lugalgin, berpikir! Kamu adalah ahli strategi Agade. Bahkan kecerdikan dan kelicikanmu diakui oleh Lacuna. Kamu harus bisa berpikir dengan lancar.

"Sebentar..."

Aku menyandarkan punggung dan mencoba memikirkan opsi lain. Opsi pertama, aku berusaha mematahkan semangat Ninlil sekarang juga. Namun, opsi ini tampak sulit dilakukan. Antara Ninlil akan terus bersikeras atau dia malah mengambil jalur lain, yang sudah kupikirkan sebelumnya.

Opsi kedua, menerima Ninlil di Agade. Opsi ini terlalu banyak celah. Aku tidak yakin dengan kemampuan bertarung Ninlil. Selain itu, nyawanya pun juga akan terancam. Namun, setidaknya, opsi ini tampak lebih aman dari opsi pertama.

Opsi ketiga, menerima Ninlil di sekolah intelijen dan mendidiknya di sana sebelum memberi izin untuk bergabung dengan Agade. Aku baru terpikir opsi ini ketika Ninlil membahas ujian masuk sekolah intelijen. Tampaknya, opsi ini adalah yang paling aman.

Jadi, aku harus berusaha agar Ninlil mengambil opsi ketiga. Yah, aku hanya bisa berharap dia tidak terlalu kuat. Kalau dia lebih kuat dari dugaan, maka aku terpaksa menerimanya di Agade. Semoga tidak.

"Kak, bagaimana kalau begini," Ninlil mulai berbicara. "Aku akan mengambil tes yang diambil oleh Kak Emir dan Kak Inanna. Kalau aku memang tidak lolos, maka aku akan menuruti semua ucapan kakak."

Apa kamu akan benar-benar menurut? Maksudku, kamu sudah kelas 3 SMP. Kamu berada di fase berontak. Aku tidak akan kaget kalau kamu menurut di depan, tapi berontak di belakang.

Sebentar.... tampaknya penilaianku mulai bias. Entah kenapa, pikiranku selalu mengarah ke kemungkinan terburuk. Padahal, biasanya, aku bisa menimbang kemungkinan buruk dan baik secara baik.

Tampaknya, obyektivitasku goyah karena berhadapan dengan Ninlil.

Aku menghela nafas, lagi. Entah sudah berapa kali aku menghela nafas padahal masih pagi.

"Aku tidak akan memberimu tes yang sama dengan mereka. Tapi, aku ada tes lain untukmu." Aku berdiri. "Ayo, ikut!"

***

"Jadi, sekarang, ini adalah ujianmu."

Aku mulai memberi penjelasan singkat pada Ninlil.

Saat ini, kami berada di lantai 10 basemen. Tempat ini memiliki luas 250 x 250 meter dengan ketinggian 15 meter. Menurut database intelijen kerajaan, semua gedung yang bisa dijadikan markas intelijen memiliki fasilitas ini. Tempat ini bisa digunakan untuk tes senjata, latih tanding, atau sekadar penyimpanan senjata. Bahkan, tempat ini didesain mampu bertahan dari bom. Dengan kata lain, tempat ini adalah selter.

Kali ini, aku menggunakannya untuk menguji Ninlil. Di kiriku, Ninlil. Di kananku, Shinar. Di ujung ruangan, terlihat Jeanne, Ufia, Emir, dan Inanna. Mereka, selain Inanna dan Emir, hanya tahu tes ini kulakukan untuk memasukkan Ninlil ke kelas A. Di lain pihak, Ninlil pun tidak membahas soal Agade sama sekali setelah keluar dari rumah.

"Persyaratannya mudah. Kamu hanya perlu mendaratkan 10 serangan ke Shinar. Dan, tentu saja, kalian berdua dilarang menggunakan pengendalian."

"Baik!"

Ninlil menjawab dengan lantang. Tampaknya dia begitu bersemangat.

"Shinar, aku ingin kamu tidak menahan diri. Kalau sampai aku melihat kamu menahan diri, siap-siap saja menerima menu latihan yang jauh lebih parah."

"Ba-baik...."

Aku bisa mendengar Shinar menelan ludah. Berbeda dengan Ninlil, Shinar justru gugup.

Hanya Ninlil yang bersiap dengan kuda-kuda. Shinar hanya berdiri tegak, tanpa kuda-kuda. Shinar sudah mulai mempraktikkan hasil latihan yang kuberi.

"Batas waktu adalah 5 menit. Kalian bisa mulai dari.... sekarang!"

Bersama aba-aba, aku melepaskan aura haus darah. Tidak sepuluh persen atau lima puluh persen. Aku melepaskan seluruh aura haus darah yang kumiliki.

Tubuh Shinar dan Ninlil tidak bergeming ketika menerima pancaran aura haus darah ini. Terlihat urat nadi di leher mereka menyeruak.

Beberapa detik berlalu, tapi belum ada satu pun pihak yang bergerak.

Aku tidak menghitung sudah berapa kali Shinar terpapar aura haus darah ini. Ketika berlatih, aku sering memunculkan aura haus darah secara tiba-tiba. Namun, meski demikian, tampaknya dia masih belum terbiasa.

"Gin!" Inanna memanggil. "Kalo kamu berpikir Shinar belum terbiasa dengan aura haus darahmu. Lebih baik kamu lupakan. Aku bahkan belum mampu bernafas dengan normal di bawah aura haus darah ini."

Oh, begitu ya. Ya, sudahlah.

Shinar dan Ninlil masih belum bergerak. Sudah setengah menit berlalu tapi mereka belum bergerak. Shinar tidak perlu bergerak karena dia hanya perlu menghalau serangan Ninlil. Bahkan, kalau aku menjadi Shinar, aku sudah kabur, menjauh dari Ninlil.

"Sudah hampir satu menit berlalu. Kalau begini terus, Ninlil, kamu akan gagal tanpa melakukan apa pun."

Ninlil membelalakkan mata ketika mendengar ucapanku. Dia pun menggertakkan gigi.

"HAAHHH!!!!"

Ninlil berteriak dan menyerang Shinar. Dia melepaskan beberapa pukulan ke kepala Shinar. Namun, tidak satu pun serangan dapat mendarat. Semua serangannya dihindari oleh Shinar.

"Hiat! Hyah! Hah!"

Teriakan demi teriakan terdengar dari Ninlil.

Seingatku, Ninlil berlatih CQC, Close Quarter Combat. Namun, aku tidak ingat CQC mengajarkan untuk berteriak setiap kamu melancarkan serangan. Bela diri yang biasanya mengajarkan untuk berteriak saat menyerang adalah bela diri barat seperti Kara atau Taewon. Apa ini berarti Ninlil, diam-diam, mencoba bela diri lain?

Perlahan, Shinar berjalan mundur. Sementara kaki Shinar berjalan mundur, badan bagian atas miring ke kanan dan kiri, menghindari serangan Ninlil. Tiba-tiba, Shinar berhenti. Dia merendahkan tubuh, mencengkeram tangan Ninlil, dan melemparnya. Sebuah lemparan yang rapi menghempaskan tubuh Ninlil hingga beberapa meter.

"Kyaa...."

Harus aku akui, aku benci mendengar teriakan Ninlil. Namun, aku tidak bisa memberikan kemudahan lain untuknya.

Shinar melihat ke arahku. Mulutnya bergetar.

"Tidak apa. Kamu tidak salah. Aku ingin kamu serius."

Setelah mendengar balasanku, sebuah senyuman terkembang di wajah Shinar. Tampaknya, dia merasa lega.

"Hiat!"

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. Author mau sedikit curcol. Beberapa minggu lalu, ada sebuah circle yang ingin author menerbitkan I am No King dan dijual di comifuro. Bukan cuma 1 buku, tapi dijadikan 2 buku. Jadi, author kepikiran untuk menjadikan Arc 1 dan Arc 2 sebagai buku cetak di comifuro.

Tapi, izin cover yang diminta author hanya untuk wattpad atau platform non komersial lain. dan Author hanya menulis for fun, jadi, kemungkinan besar, semua keuntungan yang didapat dari penjualan I am No King di comifuro akan disumbangkan ke panti asuhan. Yah, menurut author, ini adalah keputusan terbaik. Meski author ga yakin bisa laku banyak sih bukunya.

Dan, seperti biasa, Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Terima kasih :D

avataravatar
Next chapter