96 Arc 3-3 Ch 24 - Keakraban dengan Musuh

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

"Jadi, Ukin, bagaimana menurutmu?"

"Terdapat probabilitas sebesar 90 persen Lugalgin akan kalah, bahkan tewas."

"Sudah kuduga."

"Eh?"

Aku dan Ukin berbincang-bincang santai. Seharusnya, aku berjaga bersama anggota Agade yang lain. Sebelum operasi dimulai, secara tidak sengaja, aku melihat ada dua titik di langit. Awalnya aku mengira burung. Namun, setelah memperhatikan agak lama dan tidak ada pergerakan, aku mengira dua titik itu bukanlah burung, tapi orang yang melayang.

Melihat keberadaanku tidak memiliki pengaruh, aku pun meminta izin pada Lugalgin untuk pergi, mengecek orang yang mengawasi. Lugalgin memberi izin dan aku datang ke sini. Untuk berjaga-jaga, aku membawa tiga lipan pedang sepanjang lima meter bersamaku.

Ketika sudah dekat, aku benar-benar terkejut dengan sosok yang menonton. Sosok itu adalah Ukin dan seorang perempuan berambut dan mata biru. Aku mengenal perempuan itu. Dia adalah teman Lugalgin, Maila. Mereka berdua mengenakan pakaian militer.

Maila menonton serangan Lugalgin dengan wajah runyam. Tidak terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Di lain pihak Ukin terus menunjukkan senyum

Ukin menyadari kedatanganku, tapi dia tidak menyerang. Dia membiarkanku mendekat begitu saja. Bahkan, ketika aku datang, dia memberi sebuah teropong monokuler, mengajakku menonton sambil mengobrol. Aku pun menurut dan menonton di sebelah kirinya sementara Maila di sebelah kanan Ukin. Dan, perbincangan kami pun dimulai dengan pertanyaan Ukin.

"Mulisu, bukankah kamu di pihak Lugalgin, kenapa kamu malah setuju dengan Ukin?"

Dia baru bertemu denganku tapi sudah menggunakan kamu? Yah, sudahlah. Aku tidak peduli juga.

"Tapi itu adalah fakta, tidak peduli berada di pihak siapa aku."

"Tapi, kenapa? Maksudku, bahkan, saat ini, dia membantai orang-orang keluarga Alhold itu dengan mudah, kan?"

Saat mendengar pertanyaan Maila, aku dan Ukin saling melempar pandangan. Tanpa mengatakan apa pun, kami seolah sepakat memberi satu respon.

"Karena Lugalgin adalah master gerilya, master bertahan. Dia bukan lah master menyerang."

Aku dan Ukin menjawab bersamaan.

"Tapi, itu-"

"Maila," Ukin menyela. "Seperti yang kami bilang barusan, Lugalgin adalah master gerilya. Aku sudah bilang kan kalau yang membuat dia setara dengan kami adalah strateginya, kan?"

"Namun, saat ini," aku menambahkan. "Lugalgin sudah memiliki dua kekurangan. Pertama, dia menyerang, bukan bertahan."

"Tapi, Ukin bilang, dulu dia sering berpartisipasi dalam pembersihan, kan?"

Seolah tidak mau kalah, Maila terus menyanggah pendapatku dan Ukin. Saat ini, aku justru penasaran, sebenarnya siapa yang berada di pihak Ukin dan siapa yang berada di pihak Lugalgin.

"Itu adalah alasan lain kenapa probabilitas Lugalgin akan kalah menjadi sangat besar." Aku menjawab sanggahan Maila. "Maila, sekali lagi aku tegaskan, yang membuat Lugalgin mampu diakui Lacuna dan bersanding dengan kami adalah strateginya. Namun, saat ini, dia tidak menggunakan strategi sama sekali. Dia mengetuk dari pintu depan."

"Kalau Lugalgin yang dulu," Ukin melanjutkan. "Dia tidak akan pernah mengetuk dari pintu depan. Dia akan menyusup, memasang perangkap dan peledak dimana-mana. Lugalgin bisa memperkirakan jika ledakan terjadi di titik A, orang-orang akan kabur ke titik B. Di titik B, sudah terpasang banyak sekali perangkap. Dulu aku tidak menyadarinya. Tapi sekarang, aku bisa bilang berkat dia lah pekerjaan pembersihan kami menjadi sangat mudah."

Hoo, Ukin yang sekarang sudah lebih dewasa. Benar-benar berbeda dengan yang dulu.

Aku memberi tambahan pada ucapan Ukin. "Saat ini, Lugalgin membawa dua peti arsenal adalah contoh nyata dia tidak menggunakan strategi, hanya bergantung pada senjata."

"Lalu, bagaimana dengan kalian? Dia membuat anggota Agade dan intelijen kerajaan berjaga untuk membantunya, kan?"

"Sayangnya, aku ragu Lugalgin akan meminta bantuan kami." Aku menjawab. "Siang tadi, matanya tidak menunjukkan kepercayaan kepada kami. Dengan kata lain, kemungkinan besar dia akan mencoba menyelesaikan ini sendirian."

Aku tidak bisa menyalahkannya. Dalam beberapa minggu terakhir, kepercayaannya benar-benar dipermainkan. Ayahnya tiba-tiba berkhianat. Lalu kepercayaan Lugalgin pada Agade telah dikhianati oleh Ibla yang terlalu percaya diri. Belum berakhir, Ibla juga mengatakan agen schneider yang Lugalgin percayai pun berkhianat dan lebih memilih memberi laporan pada Yang Mulia Paduka Raja.

Dan lalu, melihat Maila berdiri bersama Ukin, aku bisa menebak kalau Maila adalah orang yang membuat Illuvia menyamar menjadi Sarru. Belum lagi aku yang berkali-kali berusaha memanipulasi Lugalgin dari bayangan, membuatnya berubah. Dan, aku yakin, Lugalgin mengetahui semua ini. Jadi, aku tidak bisa menyalahkannya kalau ingin membersihkan keluarga Alhold sendirian.

Suasana kembali tenang di antara kami. Hanya suara kami yang berhenti membuat suara. Suara angin bertiup kencang masih terdengar di telinga.

Melalui teropong, aku melihat Lugalgin yang dihempaskan oleh bola raksasa. Kalau orang melihat, Lugalgin seolah sudah memperkirakan datangnya bola itu dan membuat dirinya dihempaskan. Namun, Lugalgin yang dulu tidak akan membiarkan bola itu mencapainya. Ya, Lugalgin yang sekarang benar-benar berbeda dengan Lugalgin yang dulu.

"Jadi, Mulisu, apa kamu senang? Kamu yang telah mengubah Lugalgin, kan? Dan berkat kamu, hari ini, terdapat 90 persen kemungkinan Lugalgin akan tewas."

"Ini bukanlah perubahan yang aku inginkan. Aku hanya ingin dia tidak sedingin sebelumnya. Kamu tahu sendiri kan bagaimana dinginnya dia dulu?"

"Ya, benar. Kalau melihat dia yang dulu, kamu tidak akan pernah menduga Lugalgin bisa memulai sebuah keluarga, seperti sekarang."

"Dan, tampaknya, Lugalgin pun sadar kalau aku berusaha mengubahnya dari balik layar."

"Tentu saja. Lugalgin gitu lho." Ukin merespon dengan enteng. "Ngomong-ngomong, apa selama ini dia pernah memberi perlawanan saat kamu berusaha mengubahnya?"

Aku menggeleng, "Tidak. Dia tidak melawan saat aku berusaha mengubahnya. Bahkan, dia seolah tidak peduli. Daripada aku, tampaknya, yang benar-benar mengubah Lugalgin adalah pembantaian keluarga Cleinhad."

"Pembantaian keluarga Cleinhad?" Maila bertanya.

Aku mengangguk.

Aku pun mulai menceritakan bagaimana Lugalgin beraksi. Dulu, sebelum pembantaian keluarga Cleinhad terjadi, dia benar-benar menyayangi nyawanya. Dia tidak akan pernah menjalankan misi yang kemungkinan berhasilnya kurang dari 90 persen. Bisa dibilang, Lugalgin yang dulu adalah perfeksionis.

Namun, sekarang, tidak lagi. Lugalgin yang sekarang tidak lagi perfeksionis. Bahkan, aku bisa bilang, Lugalgin yang sekarang adalah suicide squad. Yah, mau bilang squad juga aneh sih karena dia hanya satu orang. Intinya, dia suka menerjunkan diri pada misi-misi berbahaya, misi bunuh diri. Namun, untungnya, Lugalgin bisa melewati itu semua dan masih bertahan hidup sampai sekarang.

Bahkan, ketika Lugalgin mendapat julukan duo disabilitas, aku harus menekan informasi di pasar gelap agar tidak seorang pun yang tahu identitasnya.

"Berarti, itu menunjukkan Lugalgin kuat, kan?"

"Tidak juga," Aku dan Ukin menjawab bersamaan, lagi.

Ukin menambahkan. "Kalau aku bilang, hingga saat ini, Lugalgin beruntung."

"Beruntung?"

"Cara bertarung Lugalgin yang menggunakan apapun sebagai senjata dan perlindungan sangat sesuai jika melawan banyak orang. Anggap ada 50 orang mengeroyok Lugalgin, dia bisa membunuh satu atau dua orang, lalu menggunakan jasadnya sebagai pelindung. Dia akan mengulanginya sampai lawanya habis."

Aku melanjutkan, "sayangnya, saat ini, dia memerintahkan untuk seluruh keluarga Alhold yang tidak tewas diamankan oleh Agade. Jadi, dengan kata lain, dia tidak akan menggunakan jasad mereka sebagai pelindung."

"Dan," Ukin menambahkan. "Kalau Lugalgin melawan satu orang dengan kekuatan pengendalian yang besar, tanpa strateginya, kemungkinan dia bisa menang adalah nol. Aku sudah bilang kan kalau di antara kami bertiga dia adalah yang paling lemah."

"Lalu, apakah ada orang dengan pengendalian kuat yang bisa mengalahkan Lugalgin di keluarga Alhold?"

"Ada tiga orang," aku menjawab Maila. "Enlil, Ninlil, dan Barun."

"Kondisi tambahan," Ukin melanjutkan. "Tampaknya, banyak bagian rumah, pagar, atau benda lain di permukiman keluarga Alhold yang terbuat dari Aluminium. Dari informasi umum, kita tahu bahwa pengendalian keluarga Alhold adalah aluminium. Walaupun Lugalgin memiliki senjata dan peluru penghilang pengendalian, aku ragu itu cukup untuk seluruh permukiman keluarga Alhold."

Ya, benar. Orang awam akan berpikir Lugalgin tidak terkalahkan dengan peluru penghilang pengendaliannya. Namun, sayangnya, peluru itu tidak akan cukup untuk semua aluminium di kediaman keluarga Alhold. Ya, tidak akan cukup.

"Dan lagi, Mulisu, apa kamu menyadarinya?"

"Maksudmu bagaimana Lugalgin menyerang tanpa memancarkan aura haus darah atau niat membunuh sama sekali?"

Ukin mengangguk, "Ya benar. Dengan kata lain, dia tidak mengerahkan seluruh kemampuannya. Apa benar dugaanku kalau ada orang yang tidak ingin dia bunuh."

"Tentu saja ada! Adik dan ayahnya."

Ukin, seolah bisa menebak jalan pikiranku, mulai berbicara pada Maila.

"Maila, ada sebuah ungkapan, 'jika kamu ingin menang tanpa membunuh lawan, kamu harus 3 kali lebih kuat dari lawan. Jika kamu ingin menang tanpa memberi luka berat pada lawan, kamu harus 10 kali lebih kuat dari lawan,'."

Ya, aku mengingat benar ungkapan itu. Lacuna membuat kami mencamkan ungkapan itu baik-baik.

Kalau ditelaah secara lengkap, dalam pertarungan, kalau ingin membunuh lawan kamu hanya perlu lebih kuat sedikit saja. Kalau ingin menang tanpa membunuhnya, tapi masih memberi luka berat seperti patah tulang, kamu hanya cukup 3 kali lebih kuat. Jika ingin menang tanpa luka berat pada lawan atau bahkan tidak melukainya, kamu harus 10 kali lebih kuat.

Saat ini, Lugalgin pasti tidak ingin memberi luka berat pada adiknya. Yah, kalau ke ayahnya sih mungkin dia tidak masalah selama tidak tewas. Namun, kalau Ninlil, aku yakin Lugalgin tidak akan mau memberi luka berat. Sederhananya, Lugalgin tidak cukup kuat untuk bisa mencapai tujuan itu.

Padahal, kalau benar dicuci otak, Ninlil akan melawan Lugalgin. Dengan aluminium tersebar sejauh beberapa ratus meter, Lugalgin benar-benar berada di pihak yang dirugikan. Dia tidak akan bisa serius karena bisa melukai atau bahkan membunuh adiknya. Di lain pihak, dia membiarkan dirinya terpapar pada risiko kematian.

"Jadi, kalau begitu, kemungkinan 10 persen Lugalgin menang adalah..."

Aku melanjutkan ucapan Maila. "Kalau Lugalgin meminta bantuan. Namun, sayangnya, kalau dia meminta bantuan, kemungkinan besar adiknya akan terluka parah. Aku yakin Lugalgin tidak menginginkannya."

"Pada momen ini," Ukin menambahkan. "Lugalgin harus memilih antara hidupnya atau kondisi adiknya."

Ya, ucapan Ukin benar. Kalau seandainya kami masuk tanpa izin dan memberi luka parah pada Ninlil, Lugalgin akan benar-benar kehilangan kepercayaan pada semua orang. Namun, kalau dia terus melanjutkan misi ini seorang diri, nyawanya lah yang akan melayang.

Lugalgin, kenapa kamu membuatku menjadi bingung?

Di lain pihak, aku yakin para anggota Agade dan agen schneider yang berjaga tidak menyadari hal ini. Mereka terlalu menganggap Lugalgin sebagai pribadi yang bisa melakukan apa saja. Saat ini, aku hanya bisa berharap pada Inanna dan Emir. Aku harap, mereka bisa meyakinkan Lugalgin untuk meminta bantuan walaupun harganya adalah adiknya terluka parah.

Tiba-tiba saja, sebuah transmisi yang benar-benar tidak kuinginkan muncul.

[Gin, Ninlil dan Om Barun sudah menampakkan diri!]

Sial! Kalau Ninlil dan Barun melawan Lugalgin, masalah akan semakin runyam. Kalau Lugalgin bersedia membunuh Barun, mungkin dia bisa mengalahkan Ninlil tanpa memberi luka berat. Dengan kata lain, menggunakan Barun sebagai pelindung. Namun, sayangnya, siang ini Lugalgin sudah menyatakan kalau dia tidak akan membunuh ayahnya.

Aku menarik pandangan dari teropong, melihat ke arah Ukin. Saat ini, hanya ada satu cara untuk mengeluarkan Lugalgin dari kondisi ini hidup-hidup dan tanpa memberi luka parah ke adiknya. Namun, sayangnya, hal ini tidak akan mungkin tercapai.

Ukin, menyadari pandanganku, mulai berbicara kembali.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu berpikir, satu-satunya cara agar Lugalgin bisa tetap hidup, misi ini berhasil, dan adiknya tidak mengalami luka berat, adalah dengan aku dan kamu bekerja sama, kan?"

"Eh?" Maila merespons.

Aku mengangguk.

"Yah, aku tidak memungkirinya. Kalau kamu dan aku bekerja sama, kita bisa menekan adik Lugalgin dengan mudah."

"Lalu, apa kamu akan melakukannya?" aku mengajukan pertanyaan balik.

Ukin tersenyum, "Tentu saja, tidak!"

Yah, sudah kuduga. Maksudku, saat ini, posisi kami adalah musuh. Ukin tidak memiliki alasan untuk membantu Lugalgin. Di lain pihak, aku ingin bertanya satu hal pada perempuan di samping Ukin.

"Maila, apa kamu keberatan kalau aku bertanya mengenai motifmu membantu Ukin dan memperdaya Illuvia?"

"Aku tidak keberatan. Kalau seandainya Lugalgin mengirim pesan padaku untuk menanyainya pun juga akan aku jawab."

"Jadi, kenapa?"

"Kalau boleh jujur, aku ingin melepaskan Lugalgin dari semua beban yang dia pikul."

"Eh?"

Maila mulai bercerita. Selama tiga tahun di SMA yang sama, Maila menyatakan tidak pernah melihat sosok Lugalgin yang sebenarnya. Semua yang dilakukan Lugalgin terkesan selalu terhitung, terkalkulasi dengan baik. Bahkan, emosi yang ditunjukkan oleh Lugalgin pun tampak terkalkulasi.

Illuvia sudah buta dengan cintanya pada Lugalgin dan Arde terlalu mengidolakan Lugalgin. Hanya Maila seorang yang mampu melihat bagaimana Lugalgin memalsukan semua emosi dan ekspresi yang dia tunjukkan.

Keadaan Lugalgin pun semakin parah sejak berita pembantaian keluarga Cleinhad. Sejak saat itu, Lugalgin tampak semakin menutup diri. Maila tidak sanggup melihat Lugalgin yang terus menutup diri dan hanya menunjukkan ekspresi yang terkalkulasi. Oleh karena itu, dia mulai menyusun rencana untuk membunuh Lugalgin. Setidaknya, kalau tewas, Lugalgin tidak perlu menderita lagi.

"Yah, rencana awalnya seperti itu. Namun, sekarang, ketika melihat Lugalgin di ambang kematian, aku tidak terlalu yakin."

Yah, benar. Dia belum pernah melihat orang tewas oleh perbuatannya. Jadi, aku tidak terkejut kalau sekarang dia menjadi ragu. Di lain pihak, aku setuju dengan ucapannya. Semua ekspresi dan emosi yang ditunjukkan oleh Lugalgin tampak terkalkulasi dengan baik. Itu adalah satu alasan kenapa Ukin dulu sangat membencinya.

"Oh, iya, kapan kalian bertemu?"

"Mungkin dua tahun lalu," Ukin menjawab. "Sekitar beberapa bulan setelah pembantaian Keluarga Cleinhad. Saat itu, aku hampir tewas dalam pekerjaan, terlantar di pinggir jalan, dan dia menolongku. Sejak saat itu, aku mulai beraktivitas di pasar gelap dengannya."

"Ah, serius? Klise sekali!" Aku memberi respons dengan nada tinggi.

"Hahaha, aku juga berpikir demikian," Ukin setuju. "Ngomong-ngomong, bagaimana kakimu?"

"Kakiku sudah tidak bisa digerakkan, makanya aku menggunakan eksoskeleton seperti ini." Aku menyentil logam yang terpasang di kakiku. "Namun, berkat itu, kekuatan pengendalianku bertambah. Bahkan kakiku yang digerakkan oleh eksoskeleton bisa bereaksi lebih cepat dari sebelumnya."

"Sama-sama."

Ukin merespons seolah aku akan mengucapkan terima kasih. Yah, sudahlah.

Aku kembali menaruh pandangan di teropong.

"Lugalgin, tolong jangan mati."

Bersambung

===========================================================

Halo semuanya.

Pada chapter sebelumnya, author sempat menghindari beberapa pertanyaan karena akan spoiler. Dan, chapter ini adalah penjelasan kenapa author menghindari pertanyaan tersebut. Hehehe

Lalu, seperti biasa. Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna

avataravatar
Next chapter